Creature 12

6 0 0
                                    

"Okay, Aku minta maaf jika aku melakukan kesalahan. Katakan Lillian, apa yang sudah kuperbuat hingga kau mendiamkanku seperti ini? Aku tak pintar menebak pikiran seorang gadis. Sungguh..." Rodric memang berucap jujur kali ini. Selama dia hidup, yang dia cari hanyalah 'makan' untuk memuaskan dahaga iblis yang bersarang di tubuhnya. Dia sama sekali tak mengenal apa itu cinta dan perasaan-perasaan semacam itu.

Lillian lah satu-satunya gadis terlama yang bersamanya, yang hingga sampai detik ini tubuhnya masih baik-baik saja tanpa ada yang kurang sedikitpun. Entah sampai kapan gadis itu akan menjadi makanan penutup, karena Rodric sama sekali belum pernah mencoba untuk melakukannya. Yang dia lakukan hanya menunda, menunda dan menunda.

"Dengar. Kau tak suka jika aku dekat dengan Nick, namun kau menolak mengatakan bahwa kau cemburu!"

Oh, jadi ini masalahnya...

"Siapa bilang? Tentu saja aku cemburu, Lillian. Jika tak cemburu, untuk apa aku kesal dengannya jika dekat-dekat denganmu...?"

Wajah Lillian berubah seketika. "Sungguh? Kau cemburu?"

"Ya. Aku cemburu"

Gadis itu langsung merekahkan senyumnya. Rodric pun ikut tersenyum, dia suka sekali melihat gadisnya ini tersenyum. Sangat manis, semanis aroma tubuhnya.

Rodric kali ini harus berhati-hati dalam bertindak dan berucap, karena ada hal-hal kecil yang tak dimengerti olehnya, yang bisa membuat dirinya dan gadis manis ini bertengkar. Dia tak suka jika Lillian mengacuhkannya.

"Lalu, sekarang kau tak marah lagi?"

Lillian menggeleng. Dia langsung mematikan laptopnya, dan menarik tangan Rodric untuk segera keluar dari kamar.

"Ayo kita makan!"

"Makan...?"

.

.

.

Rodric pun tak mampu mengelak lagi, karena Lillian langsung membuka kulkas dan mengeluarkan makanan yang berada di dalamnya.

"Aku akan menghangatkannya sebentar" Ucapnya dengan wajah cerahnya.

Rupanya Lillian membuat spaghetti, tak lupa dengan toping bolognaise yang menyertainya. Waktu yang cukup singkat untuk membuat spaghetti instant hanya untuk mereka berdua.

Gadis itu metelakkan dua piring spaghetti di atas meja pantry.

"Duduklah Rodric" Ucapnya.

Rodric pun hanya bisa menurut, dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Lillian.

Dengan semangat gadis itu menggulung spaghetti dengan garpunya, kemudian langsung memakannya.

Pria itu pun mengikuti jejak Lillian dengan menggulung spaghetti buatan gadis itu dan kemudian memasukkan kedalam mulutnya.

"Bagaimana? Enak?" Lillian berucap dengan mulutnya yang masih penuh.

"Ya, enak sekali" Rodric tersenyum, dan melanjutkan memakannya.

Lillian menatap Rodric yang sedang memakan spaghettinya. "Tak ada yang aneh dengan cara makanmu. Aku heran, mengapa kau selalu menolak jika aku mengajakmu makan" Gadis itu kembali menggulung spaghetti dan kemudian memakannya lagi.

"Memang tidak ada yang aneh. Kau saja yang merasa aneh dengan itu..."

Lillian tersenyum. "Mungkin"

Dan akhirnya mereka berdua melanjutkan acara makannya hingga sampai selesai. Rodric benar-benar menghabiskan seluruh spaghettinya.

"Aku akan membuatkan lagi jika kau suka" Ucap Lillian.

"Tak perlu. Aku sudah kenyang."

Ponsel Rodric tiba-tiba saja berbunyi nyaring. Membuat mereka berdua terkejut karena selama ini ponsel milik Rodric tak pernah berbunyi. Itu karena Rodric jarang memakainya.

Dan bahkan ponsel Rodric yang keluaran terbaru itu, berada di kamar Lillian. Dia hampir tak pernah membawanya.

Lillian berjalan memasuki kamar dan kemudian mengambil ponsel itu, lalu memberikannya pada Rodric.

Pria itu melihat nama yang tertera di ponselnya, kemudian mengangkat telepon itu.

"Hallo" Rodric sengaja menyalakan loudspeaker, karena Lillian sedari tadi menatapnya. Dia tidak ingin gadis manisnya itu berpikir yang tidak-tidak.

"Dengan Rodric Asmodeus?"

"Betul. Saya sendiri"

"Mohon maaf, anda sangat sulit sekali dihubungi padahal sudah sering sekali petugas saya mencoba menelepon. Saya Fransisco, pemilik flat yang anda sewa. Menurut informasi, anda sudah tiga bulan lebih tak kunjung membayar perpanjangan sewa flat"

"Oh, astaga..." Ya, dia terlalu sibuk dengan Lillian sehingga lupa untuk membayar sewa flat. Yang bahkan flat itu jarang sekali dia tinggali. Hanya untuk formalitas saja supaya terkesan bahwa dia memiliki tempat tinggal. "Maaf. Saya akan segera membayarnya"

"Baik. Kami tunggu secepatnya. Dan untuk denda berjalan, anda harus membayar sejumlah...." Berapapun dendanya, Rodric pasti sanggup membayarnya.

Setelah selesai bicara di telepon, Rodric meletakkan kembali ponselnya di meja kemudian dia pergi kekamar mandi. Pria itu memuntahkan kembali semua makanan yang sudah masuk kedalam perutnya. Dia sudah tak tahan menampung makanan manusia ini di tubuhnya. Begitu semua makanan berhasil dimuntahkan, dia membasuh mulut dan wajahnya, kemudian segera keluar dari kamar mandi.

Dia melihat Lillian sudah berdiri tepat di depan kamar mandi.

"Kau muntah?" Ucapnya dengan suara cemas.

Rodric hanya terdiam tak menjawab.

"Wajahmu pucat sekali. Sepertinya kau sakit..." Lillian berucap lirih. "Kau jadi terlambat membayar sewa flat milikmu pasti karena aku. Apakah kau sudah mulai kehabisan uang karena membiayai kuliahku?"

Pria itu bingung bagaimana menjawabnya. Tentu saja dia sama sekali tak kehabisan uang. Dan untunglah Lillian tak berpikir macam-macam jika tahu bahwa dirinya baru saja muntah.

"Lillian..."

"Kau boleh pulang, Rodric. Tak perlu mencemaskan aku. Setiap hari kau terus-terusan bersama denganku, hingga kau lupa untuk mengurusi tempat tinggalmu..."

Rodric tersenyum, dan kemudian mengangguk. "Baiklah Lillian. Mungkin aku akan sering pulang, tapi aku akan tetap mengunjungimu setiap hari. Bagaimana?" Ini adalah kesempatan besar, jika ada saat-saat di mana dia 'pulang', saat itu pula dia bebas mencari 'makan' tanpa khawatir Lillian akan mencarinya dan bertanya-tanya keberadaannya.

Bagus sekali!

.

.

.

Next Chapter 13


CREATURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang