Musim dingin kali ini membuat jalanan bersalju dan mulai sepi. Hanya beberapa orang dan kendaraan yang berlalu lalang, tidak seperti biasanya.
Pria rupawan itu baru menyadari bahwa dirinya hanya memakai kaos pendek, dan tak memakai mantel musim dingin. Oh, pantas saja ada beberapa orang yang lewat menatapnya dengan aneh. Dia memutuskan untuk masuk kedalam toko dan membeli mantel musim dingin yang tebal, hanya sekedar untuk kamuflase saja. Karena sebenarnya, hawa sedingin apapun tak akan berpengaruh baginya.
Dan mulailah dia berjalan menyusuri trotoar untuk mencari mangsa. Aroma-aroma yang bertebaran membuatnya lapar, dan malam ini harus segera dituntaskan. Selama beberapa hari ini tubuhnya belum terisi apapun karena kegiatannya bersama Lillian.
Ah, ya... lagi-lagi dia mengingat gadis itu. Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menjadikannya santapan. Karena dia masih ingin bermain-main. Benar begitu, bukan?
Pria itu naik ke angkutan umum. Di dalam bus tak terlalu ramai, karena musim dingin seperti ini orang-orang lebih suka berada di dalam rumah, kecuali jika memang ada keperluan atau kebutuhan yang mendesak.
Dia melihat seorang gadis dengan mantel berwarna merah muda, mencari-cari tempat duduk. Dan karena banyak tempat duduk yang kosong maka dia tidak kesulitan untuk mencarinya. Namun ketika matanya bertemu pandang dengan pria rupawan yang duduk di bangku dekat jendela, dia terdiam sesaat. Dan tentu saja pria yang ditatapnya langsung merekahkan senyum mautnya yang membuat gadis itu tak akan mampu berpaling barang sedikitpun.
Dan, benar saja. Gadis bermantel merah muda itu langsung berjalan menuju belakang, kearah bangku yang diduduki Rodric.
Gotcha!
Tak sulit bagi pria itu untuk mendapatkan mangsa, dan mayoritas yang mudah didapat adalah berjenis kelamin perempuan. Karena dia mempunya modal yang lebih dari cukup dari segi wajah maupun perawakan tubuhnya.
"Kau sendirian?" Ucap Rodric tanpa berbasa basi, karena gadis itu kini sudah duduk di dekatnya, bahkan begitu menempel.
"Apakah kau melihat aku bersama dengan seseorang?" Tantangnya.
"Ya. Bersamaku?" Rodric sudah mulai muak, namun dia tetap berusaha tenang supaya buruannya tak lepas.
"Ikutlah ke apartemenku..." Ucapnya dengan menggoda.
Dan di sinilah di dalam apartemen gadis itu, dia langsung melepas matel merah mudanya, terlihat begitu terburu-buru karena terlampau nafsunya sudah sangat naik melihat pria rupawan yang sedari-tadi menatapnya dengan 'kelaparan' yang amat sangat.
"Namamu siapa, tampan? Aku... Akkkkkkk ARRRRGGGHHHHHHHHH....!!!!"
Rodric langsung membungkam mulut gadis itu dengan satu tangannya, ketika taringnya sudah menancap di leher dan mengoyaknya, kemudian mengisap semua yang ada didalamnya.
Cukup mudah mendapatkan santapan di malam ini...
.
.
.
Pagi yang cerah ini, di pelataran kampus terlihat dua sejoli sedang duduk berdua dengan sangat mesra dan lengket. Tentu saja mereka adalah pasangan yang kini sudah menjadi terkenal seantero kampus dalam waktu yang sangat singkat. Pasalnya, mereka berdua ini terlalu berani dan begitu mencolok dalam mengumbar kemesraan. Apalagi sang pria yang penampilannya sekelas artis Hollywood itu terlihat selalu menempeli gadis yang menurut mereka penampilannya biasa saja.
Ya, sebenarnya penampilan Lillian tak terlalu buruk. Wajahnya sangat manis dan awet muda seperti remaja belasan tahun meskipun dia sudah menjadi mahasiswi kampus. Namun ketika disandingkan dengan Rodric yang ketampanannya sudah diatas rata-rata, seolah kecantikan Lillian tak ada apa-apanya, setidaknya itulah yang mereka pikirkan. Dan mereka menganggap bahwa Lillian tak layak menjadi pacar Rodric.

KAMU SEDANG MEMBACA
CREATURE
Mistério / Suspense"Rodric...???" Namun tiba-tiba sorot itu berubah, menjadi liar dengan mata menyala. Seluruh otot-otot tubuhnya menegang, seperti merasakan sesuatu yang merasuk dalam tubuhnya. Dia merasakan kehausan, kelaparan, dan jiwanya harus segera diisi. Mereka...