Creature 14

7 1 0
                                    

"Rodric, ayo lanjutkan lagi ceritanya!" Tiba-tiba Trent sudah menatapnya kembali dengan bersemangat.

Pria itu mendesah pelan. "Aku sudah tak minat lagi" Ucapnya seraya mengalihkan tatapannya dari Trent dan kini melihat acara televisi yang membosankan itu.

"Ayolah Rodric..."

Kali ini dengan tidak tahu diri Trent menarik-narik baju Rodric, persis seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan oleh ayahnya.

"Sekali lagi kau merengek, kau akan kuhabisi..." Desisnya.

"Hah??? Maksudnya???"

Rodric hanya terdiam dan tak menjawab sama sekali.

Namun bukannya berhenti, Trent malah menggeser duduknya mendekati Rodric. Sangat dekat seperti jarak dirinya ketika Rodric sedang bersama Lillian.

Iblis dalam dirinya sekelebat bergolak karena dia juga mampu merasakan aroma manis itu. Namun Rodric masih bisa mengendalikannya.

"Kau ingin minum?" Rodric mencoba mengalihkan perhatian.

"Ah, ya. Aku haus. Semenjak tadi kau sama sekali tak memberiku minuman... Aku kan tamu di sini..." Ucapnya tak tahu diri.

Pria itu bangkit dari duduknya. "Sebentar" Ucapnya.

Rodric langsung keluar dengan kecepatan kilat untuk membeli beberapa botol minuman dingin, karena isi kulkasnya kosong. Dia juga tak mau jika nantinya Lillian tahu akan hal itu. Gadisnya itu pasti akan bertanya-tanya, bagaimana mungkin kulkasnya kosong tak ada isinya.

Begitu sampai di apartemen, Rodric langsung memasukkan botol-botol minuman itu di dalam kulkas, dan dia juga sudah membeli beberapa makanan kaleng untuk mengisi kulkasnya.

"Aku tak melihat di dekat sini ada market. Kau membelinya di mana?" Tanya Trent ketika dia meletakkan sebagian botol minuman itu di atas meja.

Ya, Trent memang benar. Jika ke market minimal butuh waktu sepuluh menit untuk perjalanan pulang dan pergi, itupun jika menggunakan kendaraan. Namun itu tak berlaku bagi Rodric karena dia bisa lebih cepat dari itu.

"Oh ya? Mungkin kau salah lihat, di sekitar sini ada market"

"Tapi-"

"Minumlah Trent" Rodric langsung menyodorkan botol minumnya yang tutupnya sudah dia buka.

"Terimakasih Rodric" Trent langsung tersenyum dan meminumnya.

Hanya selang beberapa waktu saja, terdengar suara berisik dari arah apartemen sebelah. Namun Rodric sudah bisa merasakannya, aroma gadisnya itu tercium menguar meskipun dia berada di dalam apartemen. Pria itu bergegas membuka pintu apartemen sebelum gadis itu mengetuknya.

Benar saja, Lillian salah kamar. Entah apartemen nomor berapa yang dia gedor-gedor, alhasil seseorang di apartemen itu memarahi gadisnya.

Rodric pun bergegas menghampiri Lillian dan menyelamatkan gadis itu dari bentakan si penghuni apartemen yang rupanya di dalamnya adalah sepasang suami istri dengan usia yang sudah lanjut.

"Ikut aku" Ucap Rodric seraya menggandeng tangan gadis itu untuk memasuki apartemennya.

"Hai, Lillian!" Trent langsung berdiri dari duduknya dan menyambut Lillian dengan wajah berbinar.

Lillian yang tadinya sudah reda kemarahannya, kini kembali memuncak.

"Kau! Kenapa bisa berada di apartemen Rodric???"

"Begini Lillian-" Sebelum Rodric menjelaskan, Trent sudah memotong pembicaraan.

"Rodric yang mengajakku kesini" Serunya dengan wajah bersemangat.

Wajah Lillian langsung merah padam saking marahnya. Dan dia beralih menatap Rodric. "Kau, bisa-bisanya mengajak Trent ke apartemenmu sedangkan kau tak pernah mengajakku kesini! Dan kau membiarkan orang lain menginjakkan apartemenmu ini sebelum aku diajak kesini! Kau-"

Rodric langsung menutup mulut gadis itu dan kemudian membawanya masuk kedalam kamarnya yang tak pernah dipakai itu. Dan kemudian mengunci pintunya.

Trent hanya terbengong-bengong menatap pintu kamar Rodric yang sudah terkunci rapat. Namun kemudian, dia tak ambil pusing dan kembali duduk di sofa. Dia mengganti channel televisi dan menonton acara masak dengan wajah tanpa dosa.

.

.

.

Hari ini terpaksa Rodric memulangkan Trent dan juga dia mengantar Lillian kembali ke apartemennya daripada terjadi keributan lagi.

"Apakah kau selalu seperti ini, membawa seseorang ke apartemenmu??" Lillian masih saja mengungkit-ungkit masalah itu.

"Tidak. Aku tak pernah membawa siapapun ke apartemen selain hari itu" Jawabnya jujur.

Ya, Rodric memang tak pernah membawa siapapun ke apartemennya karena dia selalu mengeksekusi mangsanya di tempat lain. Akan bermasalah jika dia membawa seseorang masuk kedalam apartemennya, yang pada akhirnya orang tersebut tidak akan pernah keluar kembali.

"Meskipun tidak ada bukti, tapi aku akan berusaha mempercayaimu" Ucap Lillian.

"Kau bisa melihat CCTV apartemenku, apakah pernah aku membawa seseorang masuk kedalam apartemen kecuali Trent dan kau." Ya, mungkin memang tidak ada seseorang yang dia bawa masuk karena nyatanya pria itu bahkan jarang sekali pulang ke apartemennya.

"Baiklah" Lillian hanya mendesah pelan. "Untuk saat ini aku percaya, dan jika selanjutnya ada keanehan, aku akan memeriksanya"

"Okay. Sepakat."

Rodric kali ini berusaha untuk meminimalisir masalah dengan Lillian. Dia tak suka melihat gadisnya itu marah-marah. Dan karena kejadian itu, Rodric sama sekali belum berpamitan untuk pulang di malam hari meskipun Lillian mengijinkan. Dia akan tidur di apartemen gadis ini.

.

.

.

Indera penciumannya bertambah sensitive karena beberapa hari ini Rodric sama sekali belum 'pulang' dan masih menempeli gadis itu. Bahkan ketika di kampus, semerbak aroma darah manusia semakin membuat raganya bergolak.

Dia harus segera 'makan'.

Sebenarnya Lillian sedikit aneh dengan ekspresi Rodric hari ini. Dia lebih banyak diam dan seperti menahan sesuatu.

"Kau sakit?" Tanya Lillian.

"Hanya sedikit pusing" Tentunya tidak. Rodric tidak akan pernah merasakan pusing di kepalanya dan bahkan lupa rasanya pusing itu bagaimana.

"Sebaiknya kau pulang saja, Rodric. Jangan memaksakan. Aku tak pernah menyuruhmu menempeliku terus-terusan..." Lillian kasihan juga melihatnya.

"Kau masih marah?"

"Tidak. Tak apa, Rodric. Soal Trent, aku sudah tak terlalu memikirkan. Dia memang seperti itu..." Lillian mencoba meyakinkan. Dia juga sedikit ada rasa bersalah karena sudah menuduh Rodric yang tidak-tidak.

"Baiklah Lillian. Aku pulang dulu..." Pria itu mengecup bibir Lillian sekilas. Pergolakan dalam tubuhnya terjadi, namun Rodric bisa menguasainya. Iblis ini tak bisa diam jika sudah seperti ini.

Pria itu berjalan keluar kampus setelah memastikan Lillian sudah masuk ke kelasnya. Dia menuju parkiran kampus untuk mencari mobilnya. Ya, tak mungkin dia meninggalkan mobilnya di kampus meskipun dengan kemampuannya dia bisa pergi kemanapun bahkan lebih cepat dari mobilnya.

Di parkiran, dia melihat seorang gadis yang kebetulan juga berada di sana. Entah dia baru saja datang atau baru saja pulang.

Begitu dia melihat Rodric sendirian, gadis itu pun menghampirinya.

"Kau ingat aku? Aku Leila, yang waktu itu memberimu nomor ponsel. Tapi kau sama sekali tak pernah menghubungiku..."

.

.

.

Next Chapter 15


CREATURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang