Pria itu berjalan keluar kampus setelah memastikan Lillian sudah masuk ke kelasnya. Dia menuju parkiran kampus untuk mencari mobilnya. Ya, tak mungkin dia meninggalkan mobilnya di kampus meskipun dengan kemampuannya dia bisa pergi kemanapun bahkan lebih cepat dari mobilnya.
Di parkiran, dia melihat seorang gadis yang kebetulan juga berada di sana. Entah dia baru saja datang atau baru saja pulang.
Begitu dia melihat Rodric sendirian, gadis itu pun menghampirinya.
"Kau ingat aku? Aku Leila, yang waktu itu memberimu nomor ponsel. Tapi kau sama sekali tak pernah menghubungiku..."
Rodric berpikir sejenak.
Oh, ya. Dia mengingatnya. Dia memasukkan kertas berisi nomor ponsel itu di saku bajunya, entah di saku baju yang mana, dia tidak ingat.
"Ya, aku tahu kau"
Gadis itu pun tersenyum. "Kau mau kemana?"
"Pulang"
"Apakah kau ada waktu?"
Pria itu tersenyum menyeringai. Tangkapan yang sangat bagus. Gadis ini terlihat binal dan juga sepertinya dia tak menyukai Lillian. Hal yang sangat bodoh jika yang dilakukannya adalah ingin bersaing dengan Lillian untuk mendapatkan Rodric.
"Aku tunggu di taman kota." Ucap Rodric, dan setelahnya dia langsung masuk kedalam mobilnya.
.
.
.
Dan benar saja, Rodric yang berjalan meskipun menggunakan masker namun dia mampu mencium aroma gadis itu, dalam radius beberapa meter saja. Dia menelusurinya dengan berjalan di sekeliling taman kota, dan akhirnya bisa mendapatkan gadis itu yang sedang duduk di bangku panjang.
Leila langsung berdiri dari duduknya dan berjingkrak senang.
"Kau datang juga rupanya! Aku sudah menunggu lama di sini. Kupikir kau tak akan datang menemuiku. Aku tahu kau pasti tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu denganku..." Ucapnya bangga. Ya, tentu saja dia bangga karena secara fisik dia merasa bahwa dirinya lebih unggul dari Lillian.
"Hm" Rodric menjawab singkat. "Kau bawa mobil?"
"Tentu!" Dia menjawab dengan antusias.
"Kita naik ke mobilmu"
Bak gayung bersambut, gadis itu langsung mengiyakan ajakan Rodric. Dia rela dibawa kemanapun asalkan bersama dengan pria tampan bernama Rodric. Harapannya menjadi nyata, bukan hanya dalam mimpi. Sebentar lagi dia akan bisa mendapatkan Rodric dan merebut pria itu dari Lillian.
"Apakah kita akan keluar kota?" Gadis itu bertanya pada Rodric yang sedari tadi diam, karena pria itu yang menyetir mobilnya jadi dia tidak tahu tujuan mereka akan kemana. Sepertinya mereka kini sudah berada di perbatasan.
"Tunggu saja. Karena ini kejutan"
Hanya dengan ucapan itu, membuat si gadis tersenyum tersipu.
"Kemanapun itu, aku akan ikut denganmu"
Ucapan si gadis membuat Rodric melebarkan senyumnya.
"Bahkan ke nerakapun kau akan ikut?"
"Pria setampan kau tidak cocok di neraka..." Dia menjawab dengan tertawa.
Rodric sudah mulai bosan berbasa basi, dan ketika mobilnya melewati tempat dengan pepohonan yang rimbun, dia memutuskan untuk parkir di tempat yang sedikit lapang. Raganya sudah bergolak dan dia harus menuntaskan semuanya.
"Kemari..." Rodric meminta gadis malang itu mendekat padanya.
Dengan gerakan cepat, gadis itupun langsung memeluk erat Rodric. Tanpa dia tahu bahwa sorot mata pria itu sudah berubah, dan giginya sudah mengeluarkan taring iblisnya...
.
.
.
"Apa kau tidak dengar, bahwa sudah dua minggu Leila tak pulang kerumahnya?"
"Bukankah dia memang sering tak pulang?"
"Gadis secantik dia memang sering bergonta-ganti pacar"
"Dia punya banyak pacar"
"Tapi yang aku dengar, biasanya dia selalu pulang kerumahnya. Paling lama hanya dua hari jika dia menginap di rumah pacarnya"
"Orang tuanya sudah memanggil polisi, tapi tak kunjung ditemukan"
"Sebenarnya sih kasihan. Tapi dia sombong sih..."
"Sombong tapi kalau sudah ada hal semacam ini, seharusnya dia segera bisa ditemukan. Terbukti hartanya tak sebanyak yang kita kira karena sampai sekarang tak ada kabar apapun"
"Uangnya tak cukup untuk mengerahkan pencarian"
Dan desas-desus itu semakin terdengar. Rodric dan Lillian hanya berjalan lewat di koridor dengan wajah biasa saja.
Siapa tadi katanya? Leila. Bahkan Lillian tak terlalu mengenalnya. Hanya tahu orangnya saja tapi tak mengenal secara pribadi. Jadi dia tak terlalu tertarik membahas hal itu. Ya, mungkin saja dia kabur dengan pacarnya.
Sedangkan Rodric, sedari tadi dia melirik Lillian dengan sudut matanya. Namun dia tak melihat perubahan apapun di wajah gadis itu.
"Kau tahu, gadis yang bernama Leila itu? Dia salah satu primadona di kampus ini" Oh, akhirnya Lillian membahas juga.
"Lalu?"
"Kau pernah melihatnya?"
"Mungkin. Bagiku, semua gadis terlihat sama saja. Terkadang aku tak bisa membedakannya"
Lillian mendelik. "Termasuk aku?"
Pria itu tersenyum. "Kecuali kau"
"Buktinya?"
"Buktinya... aku tak pernah gagal menemukan keberadaanmu Lillian. Itu bukti bahwa kau berbeda dengan mereka"
Mendengar ucapan Rodric, wajah Lillian berbinar. Padahal, Rodric tak bermaksud menggombal. Hanya saja dia harus berhati-hati jika berbicara dengan Lillian karena gadis ini moodnya sering berubah. Jadi, sudah seharusnya dia memilih kata-kata yang tepat.
"Hai Rodric! Lillian!" Trent berlari-lari menghampiri mereka berdua.
Hampir saja Lillian ingin berteriak emosi pada Trent, namun dia menahannya. Dia sudah berjanji pada Rodric untuk tak sering marah-marah, karena pria itu bilang, dia tak suka melihat Lillian marah.
"Kalian tahu, kabar terbaru bahwa Leila menghilang?"
Rodric dan Lillian saling melirik, kemudian mereka berdua mengangguk bersamaan.
"Apakah kalian tahu, siapa pelakunya?"
Kening Lillian mengerut. "Pelaku? Dia menghilang dan kau bertanya siapa pelakunya? Memangnya sudah dikonfirmasi bahwa itu penculikan?"
"CCTV menangkap gambar dia terakhir kali di parkiran sekolah"
Mendengar hal itu, Rodric sedikit melirik kearah Lillian. Namun gadis itu masih serius menatap Trent. "Dia diculik di parkiran kampus?" Tanya Lillian.
Trent menggeleng. "Aku melihatnya, sebelum dia pergi dia terlihat berbicara dengan Rodric"
Lillian cukup terkejut mendengar itu, dan dia langsung mendongak menatap Rodric. "Benarkah itu Rodric???"
Rodric masih memasang wajah datarnya. Dia sedang berpikir untuk menyingkirkan bocah di hadapannya ini yang belakangan sering membuat segalanya menjadi semakin rumit.
"Aku sama sekali tak mengenalnya." Rodric berucap dengan tenang. "Kalian lihat saja CCTV dengan seksama, bahwa dialah yang menghampiriku"
"Kau terlihat berbicara dengannya" Ucap Trent. Meskipun wajah Rodric terlihat datar, namun gemuruh didalamnya sungguh mengerikan. Kalau saja ini bukan di kampus...
.
.
.
Next Chapter 16

KAMU SEDANG MEMBACA
CREATURE
Misterio / Suspenso"Rodric...???" Namun tiba-tiba sorot itu berubah, menjadi liar dengan mata menyala. Seluruh otot-otot tubuhnya menegang, seperti merasakan sesuatu yang merasuk dalam tubuhnya. Dia merasakan kehausan, kelaparan, dan jiwanya harus segera diisi. Mereka...