Chapter 10

4.7K 45 2
                                    

Batang Pak Ilham kini mulai mengeras. Bisa dirasakannya batang itu bergesekan dengan celah pantatnya. Sudah 10 menit Pak Ilham melakukannya. Tangannya mulai makin berani masuk ke celah baju Dian, berusaha mencari puting susunya. Dian yang sadar dengan aksi oak ilham berusaha mebghentikan tangan gempal itu. Napasnya cepat, air mata mengalir tak terkontrol. Ingin sekali Dian pergi dari pelecehan ini. Namun pelukan pak Ilham menahannya untuk beranjak pergi.

"Pak, tolong hentikan pak." Pinta Dian disela tangisnya.

" Kenapa kamu ingin bapak berhenti nak Dian?"

"Ini tidak benar pak, tolong jangan lecehkan saya!"

"Bukankah kamu menikmatinya? Kamu sendiri yang menggosokkan pantat sexymu pada kontol bapak sejak tadi." Balas Pak Ilham dibelakanh telinga Dian. Dan hal yang lebih mengejutkan terjadi. Rasa hangat dan basah kini terasa pada telinganya. Pak Ilham sedang menjilati daun telinga bagian belakangnya.

"Ahh pak tolong jangan lakukan ini, saya mohon."

"Bagaimana saya bisa berhenti nak, kamu sendiri sedang mendesah saat ini." Tangannya kini telah mencapai dada kiri Dian. Dimainkannya puting dian melingkar.

"Aahhhh pak tolong hentikann. Ahhhh." Pak Ilham salah, dia tidak mendesah atau menikmati permainan pria tua bangka ini. Dian merasa ternodai dan terlecehkan.

Tiba tiba dengan hentakan keras, kontol Pak Ilham kini terbenam diantara pangkal paha Dian. Bergesekan dengan sela pantatnya yang masuh terllapisi kain celana tipisnya. Pak Ilham mulai memaju mundurkan kontolnya, seakan hendak bersenggama dengan Dian. 

Menyadari hal itu dian berusaha membuka kedua kakinya untuk melepaskan kontol Pak Ilham dari jepitan pantatnya. Namun semua usaha Dian terhalang kaki kiri Pak Ilham yang kini menahan kaki Dian untuk bergerak.

Dian kembali memberontak dengan keras. Dia merasakancseluruh harga dirinya sebagai seorang laki-laki telah hilang terlucuti oleh tiap gerakan kontol Pak Ilham. Badannya bergetar tangannya berusaha menyiku berusaha membuat Pak Ilham menyudahi aksinya. Namu tubuh kecil dan kekuatannya tidak sebanding.

Perlahan Dian yang kehilangan tenaga mulai menghentikan usahanya. Air mata kini mulai mengering, menyisakan kantung mata yang sembab. Tangannya yang sedari tadi mencengkran dan mencakar Pak Ilham mulai terkulai lemah. Bisa dirasakannya celana bawahnya kini basah dengan cairan bening yang keluar dari kontol Pak Ilham.

Sesaat sebelum Dian kehilangan seluruh harapannya, Pak Ilham tiba-tiba berkata.

"Kamu mau saya menghentikan semua ini nak Dian."

Mendengar ucapan itu Dian membelalakkan matanya. Sesaat sebelum Dian merasakan seluruh hidupnya hancur tanpa perlawanan, lelaki keji ini memberikan secercah harapan padanya. Kini tak lagi dirasakan gerakan tangan yang sebelumnya meremas dadanya dan gerakan kontol yang sebelumnya mengentoti bagian luar pantatnya.

" Saya akan berhenti mengentoti pantat sexymu ini, jika kamu mau melakukan sesuatu."

"Tolong hentikan semua ini pak, saya mohon. Saya bukan banci, saya bukan gay." Pinta Dian.

Tangan Pak Ilham yang sejak tadi beristirahat di dada Dian kini mulai bergerak keluar dari celah bajunya. Hingga akhirnys tangan itu menyentuh dagu. Berusaha membuat Dian menatap kesamping. Dalam gelap ruangan Dian dapat melihat Pak Ilham tengah menyeringai.

"Jika kamu mau ngocok kontol saya seperti sebelumnya, saya tidak akan melakukan apa yang saya lakukan tadi. Cukup buat saya keluar dengan tangan mungil sexymu itu. Dan iya, biarksn saya muncrat di wajah cantikmu lagi."

Mendengar hal itu membuat seluruh harapan yang Dian rasakan sebelumnya sirna. Jika Dian menyetujuinya itu sama saja dengan memberikan seluruh kelelakiannya untuk kembali dihancurkan oleh Pak Ilham.

Tidak mendapatkan respon dari Dian Pak Ilham kembali lagi membujuk. "Saya bisa saja melakukan ini semalaman." Ucapnya sambil kembali memaju mundurkan kontolnya. "Apalagi yang saya entot cuma jepitan pantat seperti ini, kurang enak. Saya bisa tetap melakukannya sampai pagi. Itu tidak masalah bagi saya, toh saya tidak bekerja besok. Tapi kamu kan memiliki proker yang harus dikerjakan besok. Apa kamu rela tidak tidur semalaman hanya karna kamu tidak mau ngocokin saya?"

Tidak terjawab sepatah katapun dari mulut Dian. Yang terdengar hanya sayup sayup suara jangkrik diiringi angin malam.

"Jadi bagaimana?" Lanjut Pak Ilham. Kontol masih bergerak menyodok Dian.

"Baik Pak."

Mendengar hal itu senyum lebar menghiasi wajah Pak Ilham.

KKN BergairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang