Chapter 14

3.9K 42 5
                                    

Dian menjalani acara mengajar dengan perasaan campur aduk. Pandangannya kosong, mengarah ke arah depan. Anton tengah memberikan materi pelajaran kepada anak-anak sekolah dasar. Mereka tampak sangat gembira dan bersemangat mengikuti pelajaran gratis yang kelompoknya berikan. Namun semua itu tidak membuat Dian beralih dari lamunanmya. Dian masih ingat betul detik-detik pejuh Pak Ilham mengenai wajahnya. Olesan kontolnya mengusapkam seluruh oejuhnya di wajah Dian masih bisa dirasakannya.

Beberapa temannya sempat menanyakan apa yang terjadi hingga Dian terlambat datang ke lokasi acara. Ada juga yang menanyakan alasan sikapnya berubah menjadi pendiam. Namun semua itu tidak digubrisnya. Perasaan marah masih memenuhi hatinya.

Lamunanmya dikejutkan ketika badannya sedikit tersentak. Bima duduk disampingnya dengan badan yang diposisikan sangat dekat dengan Dian. Bima terdiam sesaat, lalu memiringkan kepalanya hingga bibinya semakin dekat dengan kuping Dian.

"Lu marah dengan kejadian kemarin?" Tanya Bima berbisik. Dian tidak mau membahasnya. Tidak mau mengungkit kembali kembali salah satu kejadian yang membuatnya trauma beberapa hari terakhir ini.

"Gue cuma bercanda yan. Ehhh ternyata lu mau juga ngelakuinnya hahaa." Tawa Bima sambil kembali menegakkan tubuhnya. "Bukan salah hue kan kalo lu mau"

Dian tak mampu membendung air matanya. Buliran air mata mengalir di pipinya. Namun dengan cepat diusapnya agar tidak menimbulkan kecurigaan dari teman-teman dan murid sd. 

"Lah lu ngapain nangis? Cengeng banget kayak cewek." Kata Bima menusuk perasaan Dian. Dia paling benci jika dibandingkan dengan perempuan. Dian tidak hanya merasa dihina, tapi juga kata-kata itu mengingatkannya pada pelecehan yang dialaminya belakangan ini. Bagaimana dia bisa dikatakan sebagai seorang pria ketika dia memegang kemaluan dua orang lelaki dalam waktu beberapa hari ini. Bahkan dia telah memberikan kepuasan pada salah satunya. Perbandingan yang dikatakan Bima telah menambah luka yang dirasakan Dian.

Dian ingin beranjak pergi dari ruang kelas. Air mata mulai membanjiri pipinya. Namun usahanya digagalkan oleh genggaman tangan Bima.

"Mau kemana lu? Jangan bikin drama ya. Ntar diliat orang-orang lu nangis." Ucap Bima tegas.

"Kenapa kamu ga jadi jemput aku bim!" Sahut Dian dengan nada yang sedikit tinggi. Namun sudah cukup membuat seisi ruang kelas menoleh kehadapan mereka. Bima yang menyadari hal tersebut melepaskan genggaman tangannya, membiarkan Dian berjalan cepat meninggalkan ruangan.


KKN BergairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang