"Sonsaengnim, stop talking nonsense, we're already know how to do it!" Satu kalimat itu berhasil menjatuhkan harga diri seorang lelaki yang berada di depan kelas, ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana sementara suara tawa terdengar di ruang kelas membuat wajahnya memerah. "Yes, I know you guys smart, it's even makes me easier to teach you, good job!" Bertepatan dengan kalimat itu, bel istirahat berbunyi, lelaki itu menghela napas dan keluar kelas setelah memberikan salam.Kaki jenjangnya melangkah gontai, namun karena perawakannya yang tegap membuat Park Sunghoon terlihat berwibawa, beberapa siswa menunduk hormat kepadanya, beberapa acuh tak acuh. "Park ssaem." Seorang guru menghampirinya. "How was your first day?" Sunghoon tersenyum. "Ternyata mengajar tidak semudah yang ku bayangkan." Helaan napas panjang terdengar.
Mereka menuruni anak tangga, menyeberangi koridor menuju ruang guru di sisi berlawanan dengan ruang kelas. "Begitulah, orang bilang beginning is the hardest." Bangchan, guru Bahasa Inggris tersenyum seraya menepuk pundak Sunghoon. "Tegasi saja mereka, kau tahu kan anak-anak zaman sekarang, terlebih ini sekolah swasta." Mereka memasuki ruang guru, hanya ada beberapa orang di ruangan besar itu sementara yang lain pergi ke luar mengingat sekarang jam makan siang. "Thank you." Balas Sunghoon seadanya sambil berjalan menuju meja tempat ia duduk.
Park Sunghoon, lelaki berusia 24 tahun itu menyelesaikan Master Degree nya dalam waktu singkat. Tidak hanya pintar secara akademik, Sunghoon bahkan menguasai beberapa seni beladiri dan keahlian yang menjadi kebanggaannya adalah ice skating, beberapa kali ia menjuarai perlombaan di bidang itu.
Berkat rekomendasi professor selama ia kuliah, banyak tawaran dari sekolah-sekolah yang sedang mencari tenaga pendidik. Ada sekitar 3 sekolah swasta dan 2 universitas yang menawarinya pekerjaan. Sunghoon yang kurang percaya diri untuk menjadi professor di universitas langsung menolak tawaran itu dan mempertimbangkan mengajar di sekolah saja untuk memulai karirnya.
Di antara 3 pilihan sekolah yang semuanya top school di Korea, pilihannya jatuh kepada Sunair Boys High School setelah meminta pertimbangan dari senior-senior serta professor di kampus.
Sunair Boys High School adalah sekolah swasta khusus laki-laki di bawah naungan Sunbright Foundation yang berada di pusat kota Seoul, dengan tingkat kelulusan 100% serta halaman dan bangunan yang luas itu memiliki rating 1% tingkat bullying dan bersih dari segala jenis kecurangan.
Sekolah ini merupakan sekolah dengan fasilitas super lengkap dan mencetak lulusan-lulusan yang akhirnya jadi tokoh terkenal. Kebanyakan anak yang bersekolah di Sunair pun merupakan anak dari orang-orang terpandang, seperti artis, tokoh politik, pejabat negara, dan petinggi-petinggi perusahaan besar.
Sunghoon adalah salah satu orang beruntung yang bisa mengajar di sekolah seterkenal ini dan hari ini adalah hari pertama Sunghoon mengajar, ia mengajar mata pelajaran Matematika untuk kelas 2 di tahun pertamanya ini, ia masuk di semester ke dua menggantikan posisi guru Matematika yang sudah pensiun, reaksi anak-anak di kelas pertama ia mengajar tidak sesuai ekspektasinya, anak-anak orang kaya itu terlampau sombong, namun Sunghoon harus mengakui mereka pintar.
***
Waktu bergulir begitu cepat, tidak terasa sudah hampir 6 bulan Sunghoon mengajar di sekolah ini, berkat usaha gigihnya membangun personal branding, anak-anak yang pada awalnya mengacuhkan dan menganggap rendah dirinya hanya karena masih muda, Sunghoon akhirnya dapat membuktikan ia layak disegani, sekarang para murid menyanjung dan menghormatinya.
Selama hampir 6 bulan itu juga Sunghoon mengamati lingkungan sekolah, murid, guru-guru, para petinggi, dan pimpinan Yayasan, semuanya bersih, tidak ada kecurangan dan inilah lingkungan yang nyaman menurut Sunghoon.
Tibalah ujian untuk kenaikan kelas, Sunghoon mendapat giliran berjaga di kelas 1-1, kelas yang sebelumnya tidak pernah ia masuki. Setelah membagikan soal berserta lembar jawaban, ujianpun dimulai damai. Sunghoon mengamati gerak gerik anak-anak, sesekali berkeliling, tidak ada tanda-tanda kecurangan ataupun menyontek, ia kembali ke kursi di depan kelas, duduk, menyilangkan kaki dan memasukkan tangan ke saku celana.
Matanya mengamati satu persatu siswa di kelas itu, matanya tertuju pada sosok yang duduk di sudut kanan ruangan dekat jendela, kulitnya yang putih nampak semakin berseri karena bias matahari pagi mengenai dirinya, ia sangat fokus mengerjakan soal ujian Sejarah, sesekali menggigit pensil dan mengetuk-ngetukkan ke kepala, tanpa sadar Sunghoon tersenyum kecil.
Cukup lama ia memandangi anak itu sampai akhirnya mereka bertatapan, jantung Sunghoon berdegub semakin kencang, kemudian anak itu tersenyum kepadanya, senyum yang teramat indah, seumur hidupnya baru kali ini Sunghoon melihat senyum seindah itu. Ia terdiam lama bahkan sampai anak itu kembali fokus pada soal ujian.
Sunghoon berdiri untuk berkeliling. "10 menit." Ucapnya mengingatkan waktu akan segera berakhir. Ia berhenti tepat di samping anak itu, melihat ke lembar jawaban dan mendapati apa yang ia cari. "Kim Sunoo." Gumamnya tanpa sadar. "Hmm?" Merasa terpanggil, Sunoo mendongak menatap langsung mata Sunghoon sambil tersenyum.
***
"Congrats, kau dipercaya kepala sekolah untuk jadi homeroom teacher tahun ini." Seusai rapat dewan guru hari itu, Sunghoon diminta jadi wali kelas 2-1, semua guru menyarankan kepada kepala sekolah setelah melihat kinerja Sunghoon semenjak bergabung di Sunair. Sunghoon sama sekali tidak keberatan, ia justru bersemangat karena memulai sesuatu yang baru, itu berarti ia dipercaya dapat mengurus anak-anak di kelas itu nantinya.
Setelah rapat kenaikan kelas, mereka pulang. Sunghoon langsung menuju apartment yang tidak jauh dari lokasi sekolah.
Semenjak mengajar di Sunair, Sunghoon memutuskan pindah untuk menghemat waktu dan biaya. Rumah orang tuanya berada Suwon, akan menghabiskan waktu jika ia pulang-pergi menggunakan kereta ke Seoul untuk bekerja. Sebelumnya, selama kuliah ia bisa tinggal di asrama kampus, tapi sekarang mau tidak mau ia harus punya tempat tinggal, tabungannya selama inipun cukup untuk membeli apartement yang nyaman untuk ditinggali seorang diri.
Ruangan dengan satu kamar, ruang tengah, dapur, dan kamar mandi itu lebih dari cukup untuknya. Bahkan Sunghoon hanya memerlukan waktu 10 menit jalan kaki untuk sampai ke Sunair, sungguh beruntung dirinya.
Sunghoon lahir dari keluarga menengah ke atas, ayahnya seorang dokter bedah di rumah sakit dan ibunya PNS guru di sekolah negeri, sementara adiknya masih kuliah, selama ini ia menjalani kehidupan yang nyaman tanpa masalah serius.
Di perjalanan pulang, Sunghoon berhenti di sebuah restaurant untuk membeli makan malam, ia mengantri untuk memesan.
Sementara menunggu pesanannya, ia melihat-lihat tempat makan ini, matanya langsung tertuju pada Sunoo yang sangat ia kenali, Sunghoon langsung mengenali sosok Sunoo yang juga menatap dirinya sedari masuk restaurant.
Kim Sunoo muncul bersama seorang pria asing yang berjalan bersamanya berdampingan. Mereka terlihat sangat akrab. Sunoo hanya tersenyum ringan padanya kemudian menghilang bersama lelaki tadi untuk masuk ke ruangan VIP.
Nomor pesanan Sunghoon dipanggil. Sunghoon mengambil pesanannya kemudian keluar restaurant, jantungnya berdetak kencang, tidak tahu apa penyebabnya, yang jelas ia marah, ada rasa kebencian memenuhi hatinya. Sunghoon mengigit bibir sambil mempercepat jalannya. "Sialan." Ucapnya kesal, tangannya yang tidak memegang apa-apa mengepal erat, tanpa ia sadari bibirnya berdarah akibat ulahnya sendiri. "Fuck!" Gumamnya lagi.
To Be Continue
Hello, masih perkenalan ya. Hope u guys like it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Dark Side | SunSun
Fanfiction"I'll rip your perfect fake mask I'll tear your angelic wings I'll shut your beautiful smile" Sunghoon baru bergabung kurang dari setengah tahun menjadi tenaga pendidik di Sunair Boys High School. Hingga akhirnya Sunghoon dipercaya menjadi wali kela...