Tidak terasa sudah 3 tahun Sunoo berlatih ice skating, namun kemampuannya masih di bawah rata-rata, ia tidak bisa melakukan putaran, gerakannya terlihat canggung dan lemah sementara ada beberapa dari temannya yang sudah pernah diikutkan lomba."Aku payah sekali." Keluh Sunoo saat istirahat bersama tiga temannya dan Sunghoon. "Iya Sunoo-ya, kau tidak berbakat." Sahut yang lain. "Kenapa tidak berhenti saja?" Sambung satunya. "Hei, tidak boleh begitu." Sunghoon menengahi.
"Kalian pernah dengar, kalau manusia itu ibarat selembar kertas putih?" Mereka semua menggeleng. "Kalian semua, lahir seperti selembar kertas." Sunghoon menggantungkan kalimatnya. "Apa yang kalian lakukan agar kertas itu indah?"
"Digambar." "Diwarnai." "Ditulis." Sunoo tidak menjawab.
"Semua benar. Sama seperti kalian. Kalian lahir tanpa bakat apa-apa. Jadi kalian harus membentuk diri agar menjadi indah."
"Bagaimana caranya hyung?"
"Lakukan apapun yang kalian senangi, dan temukan bakat kalian di antara semua itu." Mata Sunoo berbinar.
Sunoo memang lebih dewasa dari anak seusianya, ia mampu menyerap informasi-informasi yang rumit untuk anak kecil. Sunoo yang pintar mampu paham dengan mudah.
"Hyung ingin, saat kalian sudah dewasa, daripada jadi orang hebat atau terkenal, jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain." Istirahat selesai, mereka melanjutkan latihan.
Temannya yang lain mempelajari gerakan baru sementara Sunoo masih fokus berputar di tempat.
Sunghoon menghampiri Sunoo. "Sunoo-ssi." Sunoo yang berpegangan pada teralis di pinggiran arena mendongak menatap Sunghoon. "Ini untukmu." Sunghoon menyerahkan gantungan kunci berbentuk sepatu luncur pada Sunoo. "Terima kasih, ssaem." Sunoo membungkuk dalam, Sunghoon mengacak rambut Sunoo kemudian pergi.
Sesi latihan berakhir. Sunoo sangat senang dapat hadiah dari Sunghoon, ia pikir ia satu-satunya yang menerima itu tapi ternyata tidak, ketiga temannya juga dapat hadiah yang sama.
Sunoo diam. Ia begitu mengagumi Sunghoon lebih dari yang lain sementara Sunghoon melihat dirinya sama dengan yang lain.
Sunoo menyimpan gantungan itu ke dalam tas.
Minggu berikutnya, pelatih mereka berganti, bukan lagi Sunghoon melainkan seorang wanita. Sunoo kira Sunghoon libur hari itu karena ada urusan. Namun di minggu berikutnya lagi, pelatih mereka tetap wanita itu membuat Sunoo memberanikan bertanya keberadaan Sunghoon.
"Dia sekolah dan sedang ujian." Balas wanita itu. "Apa Park ssaem akan kesini lagi?" Seo Hyun menggeleng. "Dia sedang mengerjakan tugas akhir dan bersiap melanjutkan pendidikan, ku rasa tidak akan kembali." Sunoo sedih.
Orang yang ia anggap bagai matahari, orang yang bagai petunjuk hidupnya, orang yang sangat ia kagumi lebih dari ayahnya sendiri, orang yang merupakan idolanya, orang yang menjadi inspirasinya. Pergi meninggalkannya tanpa perpisahan.
"Hyung." Panggil Sunoo saat di mobil. "Jika tidak ada kata selamat tinggal, apa artinya akan berjumpa lagi?" Sunoo menatap kosong ke luar jendela yang sengaja ia buka, membiarkan angin malam menerpa wajahnya. "Hmm, mungkin."
"Hyung, aku berhenti ice skating." Niki mengangguk. "Baiklah." Niki menghentikan mobilnya di parkiran taman kota.
"Sunoo-ya." Sunoo menoleh menatap Niki. "Selamat atas kelulusanmu." Untuk pertama kalinya Niki mencium bibir Sunoo. Sunoo pikir itu normal, tanda selamat atas kelulusan sekolah. "Terima kasih, hyung." Sunoo tersenyum. "Mulai sekarang, hanya aku yang boleh menciummu, okay?" Sunoo mengangguk patuh. "Baik, hyung."
![](https://img.wattpad.com/cover/365074969-288-k566366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Dark Side | SunSun
Fanfiction"I'll rip your perfect fake mask I'll tear your angelic wings I'll shut your beautiful smile" Sunghoon baru bergabung kurang dari setengah tahun menjadi tenaga pendidik di Sunair Boys High School. Hingga akhirnya Sunghoon dipercaya menjadi wali kela...