Haha!
Haha!
Haha?
Tawa itu menyambut pendengaran Rora di saat gadis itu melangkahkan kaki masuk ke dalam kelasnya.
Disana ia melihat sekumpulan perundung itu mengelilingi mejanya, tapi Rora tidak tau apa yang telah mereka perbuat disana.
"Lihat, lihat. Tuh si Rora udah datang."
Pandangan semua orang kini tertuju pada Rora yang tidak tau apa-apa.
Tanpa memperdulikan pusat perhatian yang tertuju pada dia, Rora pun melangkahkan kaki menuju tempat duduknya.
Dan disitulah ia dapat melihat apa yang menjadi bahan tertawaan gadis-gadis itu.
Meja miliknya yang dihiasi dengan tulisan dari tinta spidol dan juga tipe-x.
Dan yang makin parah yaitu tulisan-tulisan yang tertera di meja itu berisi kata-kata kasar dan penuh umpatan.
Tangan Rora terkepal di kedua sisi. Ia menahan amarah yang begitu besar hendak keluar dari dalam kepala.
Rasanya ia sudah tidak tahan lagi untuk berteriak dan meminta pada mereka agar dapat berhenti mengusik.
Mata Rora sudah teramat panas, ingin rasanya menangis namun ia sadar orang-orang tersebut tidak akan peduli dengan air matanya.
"Rora?"
Dengan wajah penuh amarah Grace melangkahkan kakinya cepat menuju pada sang sahabat.
"SIALAN LO SEMUA! SIAPA YANG NULIS KAYAK GINI HAH!"
Grace tidak terima dengan perlakuan orang-orang itu pada Rora. Ia tautkan tangan mereka berdua sambil menatap berang pada para pelaku yang menampilkan raut tidak bersalah mereka.
"ANJING LO SEMUA YA! Bahkan kayaknya, anjing lebih baik dari kalian semua."
Grace menarik lengan Rora menjauhi kelas itu, untung saja pagi ini para guru sedang melakukan rapat entah untuk membahas apa.
Suasana taman saat ini sangat sepi, angin sepoi-sepoi yang bertiup menambah kesan yang menenangkan.
Grace memandang lekat wajah sang sahabat yang tampak sendu. Air muka Rora terlihat amat lelah. Grace tidak tega melihatnya.
"Rora, are you okay?" Tanya Grace memulai percakapan.
Rora tidak berkutik, mata indahnya itu hanya terpaku pada pemandangan pepohonan di taman belakang ini.
"Rora, kalau mau nangis ya nangis aja. Gak usah di tahan."
Rora menggeleng, ia hanya tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain walaupun itu Grace sendiri.
Meski Grace sendiri pernah melihatnya menangis.
"Enggak, gue baik-baik aja." Elak Rora.
Grace mendengus kasar, "Gak bakalan ada orang yang baik-baik aja karena kejadian tadi. Pasti lo ada perasaan marah atau sedih."
"Gak usah di sembunyiin Rora."
"Gue sahabat lo, kita udah satu tahun sahabatan tapi kayaknya gue cuman yang anggap lo kayak gitu."
Rora kembali menggeleng, kali ini tangannya ikut menggenggam jemari Grace yang hendak pergi.
"Please jangan pergi. Gue cuman punya lo, Grace. Jangan tinggalin gue. Tolong?"
Tadinya Grace yang meminta Rora untuk menangis saja. Tetapi ketika melihat air itu jatuh membasahi pipi Rora, rasa sakit itu seakan ikut mengajak Grace untuk menyelam ke dalamnya.
Pelukan hangat Grace berikan pada sang sahabat. Ia berharap dengan pelukan itu, Rora dapat menemukan ketenangannya.
Tidak lupa kalimat-kalimat menenangkan Grace bisikkan tepat di telinga Rora, ketika dirinya semakin mendengar isakan yang teramat menyesakkan keluar dari bibir orang yang ia peluk ini.
"Its okay, gue disini. Lo bisa nangis sepuasnya Ra. Jangan ditahan."
Teramat pilu suara itu terdengar, seakan menyimpan begitu banyak beban yang terkandung di dalamnya.
"Gue capek Grace. Pengen nyerah tapi gak bisa." Isak Rora dalam dekapan sang sahabat.
"Ra, gue tau lo capek. Tapi please, jangan nyerah ya!" Mata Grace menatap dalam wajah sang sahabat penuh kasih, "Istirahat aja bentar, gue tungguin. Tapi janji, harus bisa bangun lagi. Demi diri lo sendiri, demi gue. Demi keluarga lo. Demi orang-orang yang sayang sama lo."
"Kapan pun lo sedih atau merasa terpuruk, lo boleh lari ke gue. Gue bakalan siap siaga nyediain bahu gue buat lo, Ra. Lo gak sendiri. Ada gue disini."
"Gue bakalan genggam tangan lo terus menerus. Walapun semua orang di dunia berusaha untuk jatuhin lo dan ninggalin lo. Gue janji, sumpah demi apapun yang ada di dunia ini, gue bakalan selalu percaya dan terus di samping lo. Gue bakalan dukung lo sampai titik penghabisan."
"Itu artinya sahabat kan?"
~ DON'T BACK HOME ~
Semenjak berkenalan dengan Rora, Grace seakan menemukan arti sahabat itu sendiri.
Dia yang selalu ada untuk Grace.
Dia yang selalu memberi hiburan untuk Grace jikalau dirinya sedng bersedih.
Dia yang selalu bisa mengembalikan mood Grace menjadi lebih baik.
Dia yang selalu mengalah pada Grace walaupun Grace yang lebih dulu bulan lahirnya.
Dia yang selalu siap meladeni sikap kekanakan Grace dengan sikap dewasanya.
Tapi dibalik semua itu, Grace merasa gagal untuk menjadi sahabat yang baik bagi Rora.
Karena selama ini hanya Rora yang selalu ada untuk Grace. Sedangkan Grace malah lebih sibuk dengan dunianya sendiri dan teman-temannya yang lain.
"Grace, jadi kan ngemall-nya nanti?" Saat ini Grace bersama dengan Rora di kantin setelah berhasil memaksa Rora untuk menemaninya ke tempat ramai itu.
Grace mengacungkan jempol dan mengangguk antusias, "Jangan lupa jemput gue. Gue males bawa kendaraan."
"Sip, tenang aja. Serahin sama gue."
Gadis yang tidak di kenal Rora itu pun pergi darisana setelah selesai menanyakan perihal urusannya pada Grace.
"Sorry ya Ra gue gak bisa nemenin lo ke toko buku. Gue dah sempet buat janji sama mereka tadi. Lo kan temen gue, jadi pasti ngerti kan?" Bujuk Grace masih dengan lahap menyantap makan siangnya.
"Tenang aja Grace, santai. Gak masalah kok. Kapan-kapan kan juga bisa."
Bel masuk berbunyi, keduanya pun berjalan beriringan memasuki kelas masing-masing.
"Bodoh banget si Grace mau temenan sama cewek kayak Rora. Atau Grace mungkin lagi ngemanfaatin anak itu kali ya?"
"Iya lah anjir, nggak mungkin Grace sudi mau temenan sama Rora kalau gak ada keuntungannya. Grace kan cewek famous, ya kali mau temenan sama Rora yang cuman butiran debu."
Bisikan-bisikan itu sungguh teramat mengganggu pendengaran Rora.
"Tapi, gue penasaran sampai sekarang awal pertemanan mereka berdua tuh gimana sih? Kan lo tau tuh gimana si Grace, banyak orang yang mau deket sama dia, mau temenan sama dia. Eh, dianya malah sahabatan sama si Rora."
"Entah, gue juga gak tau sih awal mulanya gimana. Tapi setau gue, si Grace nyelamatin Rora dari pembullyan-nya Ivana, Terra dan Jessie. Padahal kan dia satu circle tuh sama mereka. Itu aja sih, selebihnya gue gak tau. Atau kalau lo penasaran tanya aja tuh, sama orangnya."
"Idih, najis banget nanya-nanya hal gak penting ke dia."
~ DON'T BACK HOME ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Back Home | BABYMONSTER
Фанфик[ E N D ] Jangan pulang, sebelum dipanggil. . . Update every Saturday & Sunday' Night🔊🔔 . Nb : Genandra Sisterhood mengalami perubahan.