"Gadis itu benar-benar!"
Keadaan mobil yang diisi oleh sepasang suami istri itu dipenuhi amarah.
Bagaimana tidak, lagi dan lagi guru di tempat bimbingan belajar Rora menghubungi mereka dan mengatakan bahwa gadis itu kembali tidak memenuhi absennya untuk hari ini.
Api amarah sudah memuncak di pucuk kepala Millana, isi kepala wanita itu hanya memikirkan apa lagi hukuman yang harus ia berikan agar Rora dapat merasa jera.
Berbeda dengan Millana yang sedari tadi mengoceh, sang suami hanya diam dan memilih untuk fokus menatap jalan dengan tatapan tajamnya. Tidak ada yang tau bagaimana isi pikiran Wonanda saat ini.
Setelah menempuh waktu yang cukup lama, akhirnya kendaraan besi beroda empat itu tiba juga di istana mereka.
Keduanya turun dengan langkah tegap. Tidak bisa dipungkiri wajah lelah mereka malah terkesan dua kali lipat lebih mengerikan daripada wajah dengan raut biasanya.
Suasana rumah tampak sepi, seperti tidak anda tanda-tanda kehidupan di dalamnya jika saja mereka tidak melihat para pekerja yang sedang berlalu lalang namun tetap menjaga kondisi rumah agar tetap tenang.
"RORA!"
"RORA!"
Tidak ada sahutan dari si pemilik nama.
"RORA, DIMANA KAMU?"
Salah seorang maid memberanikan diri untuk mendekat. Memberitahukan pada tuan dan nyonya-nya mengenai keberadaan dari seseorang yang mereka cari itu.
Meninggalkan Millana di belakangnya, dengan langkah cepat Wonanda melangkahkan kaki menuju arah yang di tunjuk.
Brak!
Pintu kayu itu terbuka dengan kencang dan berhasil membangunkan kedua gadis yang terlelap di dalamnya.
Ruka terkejut melihat kehadiran ayah dan bunda mereka yang ternyata sudah kembali dari perjalanan bisnis tiba-tiba itu.
"Ayah, ada apa?"
Tidak memperdulikan pertanyaan Ruka, kaki Wonanda malah melangkah semakin mendekat ke ranjang di mana kedua anaknya berbaring.
Srak!
Padahal mata Rora belum sepenuhnya terbuka karena efek samping obat yang ia minum, namun dengan kejamnya sang ayah malah menarik kasar rambut gadis itu dan menyebabkan Rora terjatuh dengan keras di atas lantai.
"Ayah!"
"Lepasin Rora!"
Ruka berdiri dengan panik, ia berusaha menahan lengan kekar sang ayah yang masih setia menarik surai sang adik.
"Lepas Ruka! Ayah harus beri pelajaran pada gadis sialan ini!"
Kehebohan yang terjadi di kamar Rora berhasil mengusik ketenangan para penghuni lainnya.
Yeona dan Chikita yang tadinya sedang tidur bersama seketika terbangun ketika mendengar bantingan pintu. Begitu juga dengan Rami.
Juga Pharita dan Asa yang baru saja pulang, seketika berlari kencang menuju arah sumber keributan.
"Ayah, lepasin adek aku!"
Teriak Asa yang tak terima melihat adiknya diperlakukan seperti itu.
Gadis itu turut membantu Ruka dan berusaha untuk melepaskan cengkraman erat sang ayah dari rambut Rora.
"Millana! Bawa anak-anak pergi! Aku akan mengurus gadis ini sendirian."
Millana mengangguk, ia berjalan mendekat dan meraih lengan Asa dan Ruka untuk menjauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Back Home | BABYMONSTER
Fanfiction[ E N D ] Jangan pulang, sebelum dipanggil. . . Update every Saturday & Sunday' Night🔊🔔 . Nb : Genandra Sisterhood mengalami perubahan.