Sosok berhoodie abu serta mengenakan masker hitam tampak berjalan memasuki lift, berbaur dengan orang banyak yang juga berbondong di dalam sana. Dengan sebelah tangan yang ia masukkan ke dalam kantong celana, seseorang itu menekan angka 7 pada deretan angka yang ada disana.
Kakinya ia ayunkan dengan langkah santai memasuki lorong sepi rumah sakit. Hanya ada beberapa perawat yang berlalu lalang di lorong tersebut.
Perjalanan yang ia tempuh cukup lama, kurang lebih sembilan sampai sepuluh menit karena ruang ia tuju letaknya berada di ujung lorong.
Ruang ICU
Masker yang tadinya bertengger manis pada kedua daun telinga kini telah terlepas, menampilkan senyuman tipis mengandung makna.
Ia berdehem, menyenandungkan sebuah lagu yang entah berjudul apa.
"Halo? Apa kabar?" Tanyanya pelan pada sosok yang terlarut pada buaian tutupan mata.
Kekehan sinis terdengar dari bibir sosok itu, tangannya perlahan menyentuk surai seseorang yang terbaring.
"Ra, waktu lo udah habis. Gue bantuin pulang, ya?"
Perlahan tangannya menyentuh surai Rora, memainkannya bak boneka. Kemudian menariknya dengan kuat.
"Lemah banget sih lo, masih gitu aja udah masuk ICU."
Tangannya yang lain turut mengotak-atik mesin yang dibutuhkan oleh Rora. Menekannya sesuka hati tanpa peduli dengan kondisi sang pemilik.
"Gue jijik banget lihat lo, seriusan deh. Banyak banget lukanya. Kenapa sih Keluarga Genandra masih mau nerima lo?"
Jemari itu terus bermain dengan tujuan dapat mengembalikan Rora pada Tuhan-nya. Tidak ada raut bersalah di wajah cantik itu, hanya ada kepuasan serta rasa senang yang terpancar disana.
"Say goodbye, Ra!" Ujarnya dengan tangan yang sudah bersiap untuk menarik kabel mesin yang digunakan sebagai penunjang kehidupan Rora.
~ Don't Back Home ~
Mata yang terpejam itu perlahan terbuka, menampilkan manik indah yang bisa memukau semua orang.
Masih dengan pandangan buram, gadis itu mencoba untuk menetralkan penglihatannya dengan menutup-buka matanya.
Setelah berhasil mengembalikan kesadarannya, ia baru menyadari ada sebuah tangan yang melingkar lembut pada pinggangnya.
Ia menolehkan kepala ke samping kanan, "Udah bangun? Nyenyak banget tidur kamu."
Senyuman manis ia hadiahkan pada sang pemilik pertanyaan yang masih asik dengan kegiatannya yang sedang bermain dengan surai panjangnya.
"Kamu ketiduran tadi, lihat itu disana, adek lagi main air sama kakak-kakak. Gak ikut?"
Ia mengalihkan pandangannya, dengan posisi setengah duduk ia melihat si bungsu dengan para kakak sedang bermain kejar-kejaran.
"Enggak, aku mau sama kakak aja." Bibir tipis si kakak tampak tersenyum melihat sifat manja adiknya yang baru saja keluar.
Ia mengelus kepala yang sudah bertengger manis di dadanya dengan penuh kelemahlembutan. Menciuminya dengan kasih sayang, menyalurkan rasa cinta yang meluap-luap tidak ingin tumpah dan terbuang begitu saja.
Suara deburan ombak serta angin yang bersimilir pelan menjadi lagu pengiring kegiatan mereka.
"Aku sayang kakak."
"Kakak juga sayang banget sama kamu Ra."
"Kalau aku pergi nanti, kakak harus sering-sering kunjungi rumah baru aku ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Back Home | BABYMONSTER
Fanfiction[ E N D ] Jangan pulang, sebelum dipanggil. . . Update every Saturday & Sunday' Night🔊🔔 . Nb : Genandra Sisterhood mengalami perubahan.