0.2 Tidak Yakin

2.9K 195 19
                                    

Hari-hari Rora tidak memiliki kesan apa-apa.

Kesehariannya sangat monoton, itu-itu saja. Tidak ada yang menarik.

Namun, walaupun demikian ia tidak bisa menolak dan tidak bisa mengubahnya.

Mau tak mau keseharian itu harus ia lakukan dengan lapang dada.

"Kak Rora gak ikut?" Rora tersentak ketika mendengar suara sang adik. Bahkan buku yang ada di pegangan pun terjatuh dari tangan.

"Adek mau kemana?"

"Mau jalan-jalan bareng kakak yang lain. Kakak ikut?" Rora menggeleng.

Jawaban dari sang kakak mampu membuat Chikita merengut sebal. Ia tidak suka penolakan dan karena itu Chikita kembali berusaha membujuk Rora.

"Ayo, ikut kak! Makin ramai, makin seru tau."

"Maaf ya adek, tapi tugas kakak masih banyak. Lain waktu deh kakak janji bakalan nemenin kamu. Sekalian kakak traktir, serius."

Mendengar kata traktir, mampu membuat mata si bungsu bersinar cerah. Ia sangat suka kata itu karena uang sakunya pasti akan aman, sebab sang kakaklah yang mengeluarkan uang untuk dirinya.

"Deal, adek pegang janji kakak ya. Bye!"

"Bye!"

Sebenarnya, bukan Rora tidak mau menuruti keinginan sang adik. Apalagi ia sangat yakin pasti dirinya juga dapat menikmati kegiatan itu.

Tapi ia masih memiliki tanggungjawab. Tanggungjawab untuk mengerjakan tugas dan latihan yang sang ibu berikan. Latihan di luar pelajaran sekolah dan tugas dari tempat les.

Ting!

Bunda❣️

Sebentar lagi Ms.Rina datang.
Tanya soal yang tidak kamu tau.

Anda

Iya bunda.

Rora mengecek jam yang bertengger manis di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah mengarah di angka 4 dan jarum panjang di angka 12.

Ia merapikan segala macam benda yang berserakan di kamar dan menyusun pada tempatnya semula untuk menciptakan kesan rapi.

Suhu AC pada ruangan juga agak ia turunkan agar suasana menjadi lebih sejuk. Wewangian aromaterapi juga ia nyalakan untuk membantu dirinya berkonsentrasi dalam belajar.

Tok!

Tok!

Tok!

"Pintunya gak dikunci, masuk aja."

Terdengar bunyi kenop yang ditahan ke bawah bersamaan dengan daun pintu yang terbuka setengah menampilkan wanita cantik berumur pertengahan 20 tahunan tersenyum hangat pada Rora.

"Halo sayang? Apa kabar?"

"Hai miss, seperti biasa. Rora selalu baik." Acungan jempol yang diberikan anak didiknya serta senyuman manis itu mampu menguarkan tawa dari bibir si pengajar.

Rora segera membawa segala macam jenis buku yang akan mereka pelajari di pertemuan kali ini.

Keduanya mengambil posisi dengan duduk di lantai beralaskan karpet bulu agar terasa lebih rileks saat belajar.

Don't Back Home | BABYMONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang