0.45 Kunjungan

826 139 39
                                    

Surat itu Rora dekap erat-erat. Mengandaikan kalau benda tersebut adalah Grace yang sedang memeluknya.

Lirihan penuh sesak terus tergugu mengiringi jatuhnya air bening yang membasahi pipi.

Rora tidak yakin bahwa ia akan kuat.

Rora tidak yakin bahwa ia akan tegar.

Rora tidak yakin bahwa ia akan baik-baik saja tanpa kehadiran Grace.

"Ra, udah ya?" Bujuk Pharita sembari dengan mengusapi pipi sang adik.

Ia memberikan senyuman terbaiknya berharap agar dapat memberikan ketenangan pada diri gadis kecil itu.

"Jangan nangis lagi ya sayang?" Pharita merapikan surai Rora yang sedikit berserakan. Merapikan penampilan adiknya dan masih tetap mempertahankan senyuman indah miliknya, "Grace pasti gak bakalan suka lihat kamu nangis terus. Udah ya nangisnya?"

Rora mengangguk patah, bagaimana pun apa yang diucapkan sang kakak itu benar adanya. Apapun yang terjadi kehidupan akan terus berlanjut, walau orang yang disayangi sudah tidak ada di sisi kita.

Ia berusaha menahan tangisnya, tapi tetap saja air mata itu tidak bisa berhenti mengalir. Suara yang keluar dari bibirnya malah terdengar semakin menyakitkan.

"Ra, gak apa-apa sayang. Maaf ya udah maksa kamu berhenti." Pharita tidak sampai hati mendengarnya, "Kalau masih mau nangis, nangis aja dulu. Gak apa-apa kok. Puas-puasin aja nangisnya. Tapi sesudah itu harus bangkit lagi, oke?"

Cukup lama mereka menunggu Rora mengeluarkan kesedihannya, bukan hanya dengan pelukan Pharita saja namun dengan semua orang yang ada disana juga ikut mendekapnya.

Ada sedikit rasa iri yang bersarang di hati mereka dan datang di waktu yang tidak tepat.

Namun melihat Rora yang begitu menyayangi Grace, membuat perasaan semua Gadis Genandra merasakan hal yang sama. Dan tak urung mereka juga berusaha untuk mengusir rasa yang tak seharusnya ada itu.

"Udah tenang?" Rora mengangguk.

"Sesak?" Ia kemudian menggeleng.

Kecupan penuh kasih sayang Pharita berikan tepat di dahi dan kedua kelopak mata Rora yang memerah.

"Ra, mungkin kalau kakak bilang hal ini sama kamu, kamu bakalan ngira kakak sok menggurui. Tapi satu hal penting yang harus kamu tau, Grace gak pernah ninggalin kamu. Dia ada disini." Pharita mengarahkan telapak tangan kecil miliknya tepat pada dada Rora. "Dia ada di dalam hati kamu, selagi kamu masih ingat sama dia, dia gak bakalan pergi kemana-mana."

"Kamu harus berusaha untuk bisa ikhlas ya? Ikhlas bukan berarti lupa kok, ikhlas itu menerima apa yang terjadi dengan lapang dada. Lihat kamu nangis kayak tadi, kakak yakin Grace pasti ikutan sedih. Kami juga."

"Kamu gak sendiri, Ra. Maaf kalau selama ini kami gak pernah peduli sama kamu dan buat rasa percaya kamu ke kita jadi gak ada. Tapi untuk yang kali ini aja, kamu bisa pegang janji kakak Ra. Pegang janji kita semua. Kamu gak akan pernah sendirian lagi."

~ Don't Back Home ~

"Jo, pelan-pelan. Anak-anak masih tidur."

Uncle Jo dan Aunty Ji yang entah kapan sudah datang mengunjungi ketujuh ponakan mereka dengan berjalan mengendap-ngendap, seakan jika mereka bersuara sedikit saja dapat mengganggu ketenangan ketujuh gadis yang sedang terlelap itu.

Prang!

Karena kurang berhati-hati, ponsel yang berada di saku kemeja Jo secara tidak sengaja terjatuh dan menyebabkan bunyi yang berhasil mengusik ketenangan para insan yang terlelap.

Don't Back Home | BABYMONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang