0.23 Kakak Disini

1.3K 161 80
                                    

Kafe yang mereka kunjungi ini memiliki nuansa nyaman dan menyejukkan mata. Mungkin karena lokasinya yang berada di pinggiran kota hawa sejuk terasa begitu memanjakan tubuh.

Ditambah lagi dengan pengunjung yang sedikit mungkin karena lokasinya yang kurang sesuai atau dikarenakan kafe ini yang tidak mengikuti trend jaman sekarang menambah rasa damai dan tenang bagi mereka yang datang.

Sepertinya Pharita memang sengaja memilih kafe ini untuk mereka kunjungi, meskipun bukan tipenya.

Walaupun kedua kakak beradik itu tidak dekat, tapi ia cukup tau bagaimana sifat Rora yang tidak menyukai keramaian.

Keduanya memesan jenis makanan yang sama dan menikmatinya dalam diam dan khidmat.

Berbanding terbalik dengan Rora yang fokus pada makanan di hadapannya, isi kepala Pharita malah semakin ribut oleh pemikiran akan apa yang hendak ia sampaikan pada Rora.

"Kok susah banget sih bilang itu aja?"

"Oh God, please help me?"

Dengan penuh keraguan Pharita memberanikan diri untuk memandang wajah sang adik.

Senyum tipis terukir di wajahnya melihat Rora yang begitu lahap menyantap makanan itu.

Kembali menghembus nafas panjang, Pharita pun mulai membuka mulutnya dan mengeluarkan suara.

"Maafin gue."

Kepala Rora terangkat, matanya kini beralih menatap mata sang kakak yang juga turut melihatnya.

"Maaf karena ucapan gue tadi pagi yang pastinya udah nyakitin hati lo."

Rora meletakkan sendoknya perlahan kemudian meraih segelas air putih untuk ia teguk.

"Gak apa-apa kak. Gak masalah kok." Senyum indah Rora hadiahi untuk sang kakak yang sedang menatap wajahnya. "Aku tau mood kakak buruk tadi pagi karena berkelahi dengan Kak Ruka lagian itu juga gara-gara aku kok. Bukan salah kakak juga, itu salah aku."

Bukannya mereda, perasaan bersalah di dalam benak Pharita malah makin menjadi.

Shit, ia merutuki mulutnya yang sudah lancang mengeluarkan kalimat sialan seperti itu.

Alangkah lebih baik jika Rora berbalik marah pada dirinya. Entah membalasnya dengan kata-kata kasar, ataupun memukulinya, terserah apapun itu Pharita pasti akan merasa lebih lega.

Bukan dengan cara memberikan senyum seperti itu.

Pharita merasa bahwa dirinya adalah orang paling kejam yang hidup di muka bumi ini.

"Nanti gue temenin lo les bareng Miss Karina boleh?"

Pharita sudah memantapkan dirinya agar bisa berusaha lebih dekat dengan adiknya yang satu ini.

Tidak ada salahnya bukan?

Lagipula gadis itu juga heran, mengapa ia harus membenci adiknya sendiri padahal Rora sama sekali tidak memiliki kesalahan pada dirinya.

Sebenarnya itu pun juga karena pengaruh kedua orangtua mereka. Kedua pasangan itu menanamkan kebencian pada masing-masing putri Genandra untuk membenci si bungsu kedua.

"Boleh gak?"

Rora mengangguk kaku. Walaupun bingung, ia juga merasa senang. Karena hari ini ia akan menghabisi hari bersama dengan salah satu kakak kesayangannya.

"Oke, kalau gitu cepat habisin. Lo harus bersih-bersih dulu biar lebih segar belajarnya."

~ DON'T BACK HOME ~

Don't Back Home | BABYMONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang