17

557 81 23
                                    



Setelah hampir tiga puluh menit perjalanan , sampailah mereka di depan pagar rumah Jennie.

" Astaga —- mereka berdua malah tidur"

"Ji— Jisoo... Chaeyoung—" Jennie membangunkan Jusoo sambil menggoyangkan sedikit bahu Jisoo.

"Eughhh" Chaeyoung merasa terusik dan mulai membuka matanya .

"Eh—" Dirinya sedikit kaget saat posisinya memeluk Jisoo.

"Kita sudah sudah sampai Chaeng, Jisoo bangunlah kita—"

"Sepertinya Kak Jisoo sangat mengantuk karena efek obat Kak Jen... Biar aku yang akan menggendongnya masuk kedalam. ..Eoh kita ada dirumah siapa?" Chaeyoung baru menyadari berada ditempat asing, dia pikir mereka akan oulang ke rumah Jisoo

"Ini rumahku Chaeng, Ayo —"

Chaeyoung membuka pintu mobil lalu keluar. Setelah itu dia sedikit berjongkok untuk menggendong Jisoo, dari daam Jennie membantu agar tubuh Jisoo bisa menghadap Chaeyoung . Dengan hati-hati Jannie dan Chaeyoung membantu Jisoo , mereka harus hati-hati karena luka diblengan kirinya masih basah.

Saat tubuh Jisoo sempurna di belakang punggung Adiknya Jennie dengan gerakan cepat langsung keluar,tidak lupa dia membayar taksi terlebih dahulu menggunakan aplikasi—jadi tidak repot membayar dengan cash.

Mereka akhirnya masuk kedalam rumah Jennie ,Jisoo benar-benar tidak merasa terganggu.

"Kamarnya ada di kantai dua, yakin kau ingin menggendongnya sampai sana?" Mereka sudah berada di bawah tangga saat ini.

"Kalaupun kamarnya ada di lantai sepuluh aku tidak mungkin tega membangunkannya , Lagipula badanya ringan sekali" Jennie terkekeh lalu memberi kode untuk Chaeyoung berjalan duluan menaiki tangga.

Jennie langsung menarik selimut saat Jisoo ingin dibaringkan di rajang. Dengan hati-hati Chaeyoung mendudukan Jisoo di ranjang dan di bantu oleh Jennie untuk menidurkan dengan posisi nyaman.

"Eughhh "Jisso hanya sedikit menggeliat saat Jennie membenarkan bantalnya.

"Dia benar-benar simulasi mati suri " Kata Jennie yang sedikit heran melihat Jisoo .

"Chaeyoung— setelah ini kau—"

"Bolehkah  aku disini sebentar, setidaknya sampai aku bicara dengan kak Jisoo"

"Kenapa tidak. Tapi sebaiknya kau bersih-bersih dan ganti baiu. Pilih saja dilemari itu — itu baju Jisoo yang sengaja dia tinggal disini. Dan setelah itu turunlah kebawah, kau belum makan —. Aku tunggu dibawah hmm" Chaeyoung mengagguk mengerti.

Setelah Jennie menutup pintu kamar, Chaeyoung menghampiri Jisoo yang tak merasa terganggu sama sekali. Berjalan lebih dekat — Chaeyoung membenarkan rambut Jisoo yang menutupi wajah cantik pucatnya .

"Selamat istirahat, Kak Jisoo" Lalu mencium kening Jisoo lama.

***

"Kau pasti sedang mencari Bunda?"

Chaeyoung sedikit tersentak saat dirinya terbaca oleh Jennie. Saat ini mereka berdua sudah dibawah san makan berdua di meja makan.

"Bunda sedang di butik" Jennie menyuap nasinya dengan lahap. Caheyoung hanya mengagguk mengerti.

"Aku boleh tanya sesuatu ke Kak Jennie?" Dengan hati-hati Chaeyoung mengatakannya.

"Hmm ,katakan saja "

"Ke—napa saat kemarin—Kak Jennie bilang kalau Kak Jisoo ada di Jogja?" Jennie langsung menghentikan aktivitas mengunyah makanannya.

"Ah—-itu . Maaf kan aku, sebenarnya aku hanya —mm—- jadi Jisoo bilang dia ingin istirahat dan tidak ingin di ganggu , makanya kemarin aku mengambil keperluannya karena rencananya dia akan tinggal disini dan tidak ingin di ganggu oleh orang lain."

"Apa aku juga termasuk orang lain?"

"Uhuk" Jennie tersedak saat Chaeyoung mengatakan hal itu.

"Ehh— ini minum dulu Kak Jen" Chaeyoung memberikan segelas air putih untuk Jennie. Jennie langsung menenggaknya sampai tandas.

"Emmm—- Selamat untuk kelulusanmu Chaeyoung, akhirnya kau akan menjadi dokter yang hebat" Entah Jennie memberikan ucapanmya karena ingin atau dia hanya mengalihkan topik yang sedikit canggung.

"Terimakasih kak. Aku izin keatas — aku lupa belum mengabari Ayah — dan terimaksih untuk makananya" Jennie mengangguk dan merasa sedikit tidak enak dengan Chaeyoung.

Saat Chaeyoung membuka pintu kamar — dilihatnya Jisoo masih tidur dengan nyenyak.

"Hallo Ayah."

"....."

"Aku menginap dirumah Lisa dan —- Ayah di bandara?"

".....———-"

"Kenapa selalu mendadak . Baiklah — hati-hati, kabari jika sudah sampai Ayah."

Chaeyoung menyudahi panggilannya lalu berniat untuk bergegas keluar dari kamar. Namun baru dua langkah— langkhnya berhenti saat mendengar rintahan suara kakaknya.

"Sshhhhh—-Erggghh"

"Kak —- Kak Jisoo bangunlah" Chaeyoung panik mendapati wajah Jisoo yang makin pucat. Bukankah Jisoo sudah membaik dan memang seharusnya.

"Uhukkkk—-" Kedua matanya akhirnya terbuka saat merasa dadanya begitu sesak . Rasanya sakit sekali.

"Kak—- " Chaeyoung langsung membingkai wajah Jisoo . " Tarik nafas—- jangan terlalu panik" Jisoo mulai mengikuti perintah adiknya.

"Ini minumlah" Chaeyoung membantu Jisoo minum saat nafas kakaknya sudah stabil. Jisoo samgat berterimaksih karena semesta saat ini memihaknya.

"Aku ingin buang air kecil " Chaeyoung mengagguk dan mulai membuka selimut kakaknya.

"Adek bantu " Jisoo bangun dari ranjangnya dan muali menapakan kakinya di lantai.

Brukkk

"Astaga—— Kak!" Chaeyong bahkan belum sempat menangkap Jisoo yang begitu saja jatuh.

"Kenapa cerobh sekali ! Kan sudah di bilang Adek bantu. Kakak belum bisa berdiri sendiri. Lihat jadi jatuh kan— lihat—- ehh sejak kapan kaki Kak Jisoo bengkak?" Baru ingin melihat lebih dekat— Jisoo langsung menutupinya.

"Kau ingin membantu atau ingin mengomel. Ini sudah di ujung tanduk"

"Astaga. Ayo Adek bantu . Jangan terlalu lama menahan kencing." Dengan hati-hati Chaeyong membantu Jisoo berdiri, jangan lupakan luka di lengan Jisoo yang masih basah.

" Jangan sampai dia tahu Jisoo. Jangan membuatnya khawatir" Batin Jisoo.


Jakarta,20 Maret 2024

Lembur terus 🥹
Tugas kuliah 🙂🥲😭😖😡😏😫😤😡🤬🤯😢🥺😩😡🤬🥺🥺🤬🤬😢🥺🥺😨🥵🥶😱😱🥶🥵🥵😰😣😔😔😞😞

If the World was ending [Chaesoo X Siblings]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang