22

563 87 33
                                    

Jennie berlari memasuki rumah Jisoo dengan wajah yang paniknya, saat di perjalanan pulang Jennie mendapat telfon dari Jisoo untuk segera datang kerumahnya . Mendengar Jisoo menangis membuat Jennie langsung memutar setir untuk segera menghampirinya. Jennie berharap sahabatnya baik-baik saja .

Brakk!

"Lee Jisoo!" Jennie langsung membuka kasar pintu kamar Jisoo dan mendapati sahabatnya tengah meringkuk duduk di bawah ranjangnya sambil menangis.

"Ternyata sakit—-hiksss—-Aku pikir ini tidak akan menyakitkan....tapi ternyata sangat sakit,Jennie" Jennie langsung  berhambur memeluk Jisoo , melihat Jisoo menangis seperti ini membuatnya merasa bersalah karena telah bersikap kasar saat menasehatinya tadi.

"Gwenchanaa—- Menangislah, kau juga manusia—-Tuhan menciptakan air mata memang untuk meluapkan kesedihanmu " Jennie menepuk punggung kepala Jisoo, suara isakan mulai mereda namun Jennie tau betapa Jisoo sangat tersiksa saat ini.

"Maafkan aku—- sikapku tadi —-aku hanya ingin kau tidak bersikap bodoh, kau harus jadi dirimu sendiri,Ji" Ucap Jennie

"Aku sudah kehilangan diriku? Bukan—-Aku memang tak pernah menjadi diri sendiri"

"Tidak Jisoo, jangan bersikap angkuh di depan chaeyoung, kau sangat peduli terhadapnya —namun—-"

"Aku harus bagaimana? Aku hanya ingin memberi jarak untuk membuatnya jauh dari ku—- kau tau aku tidak sanggup jika saat nanti waktu itu tiba ... itu akan lebih sakit untuknya , aku hanya  ingin dia membenciku dan melu——"

"Lalu bagimana denganku? " Jennie melepas pelukkannya, lalu menatap Jisoo dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kau juga akan memberikan jarak diantara kita? Agar aku tidak—— Demi tuhan Jisoo,  Bagimana jika keadaannya terbalik? Kau juga akan melupakkan ku begitu saja jika—- tidak ..bagaimana jika Chaeyoung mengalami sakit parah dia —-sekarat —- kau akan pergi begitu saja walaupun dia sudah menyakitimu? "

Jisoo hanya diam tidak menjawab, tidak terbayang olehnya jika orang yang dia sayang mengalami hal yang sama.

****

"Saya turut berduka atas kematian Tuan Lee —-"

"Tidak! Jangan katakan itu ! —- tolong jangan lagi hikss —- Ayahku tidak mungkin mati hikss—— " Dokter Jung selaku dokter yang menangani Minho.

"Maafkan saya saya Nona Chaeyoung , tapi keadaannya benar-benar —-"

"Ayah—- hikss ayah——hiks hikss —- " Chaeyoung seaakan tidak bisa berdiri dengan benar saat ini , badannya benar-benar seperti jelly yang lunglai dan jatuh kelantai.

"Ayah!!!!!!"

"Chaeng tenanglah" Lisa dengan cepat mendekati Chaeyoung yang baru terbangun dari pingsannya setengah jam yang lalu.

" Ayah —- dimana Ayahku?!" Chaeyoung langsung menarik infus yang menancap di tangannya , Lisa kesulitan untuk mengontrol tenaga sahabatnya yang seperti sedang kerasukan makhluk halus bahkan dirinya harus terejembab ke belakang karena Chaeyoung mendorongnya dengan kasar.

"Astaga ! Chaeng tenanglah! " Lisa berusaha bangkit dan menyusul Chaeyoung yang sudah kelur dari ruang rawatnya.

"Aissshhh—- kemana anak itu " Lisa bahkan sudah tidak melihat Chaeyoung lagi saat dirinya kelur .

Chaeyoung berlari dengan sedikit tertatih untuk mencari Ayahnya.

"Dokter! Dimana Ayahku!" Chaeyong bertemu dengan dokter yang dia kenal baik , Dokter Jung.

"Dokter Jung, Ayah ... hiks — Dimana ayahku?!"

"Keadaanmu memburuk Nona, kenapa ada disini—-"

"Katakan saja dimana Ayahku —-katakan dia baik-baik saja hiks—"

"Tuan Lee baik-baik saja, jika enak jam dari sekarang keadaannya membaik ,maka kami akan pindahkan keruang rawat. " Jelas Dokter Jung.

"Chaeyoung!" Lisa akhirnya menemukan sahabatnya yang terlihat sangat menyedihkan.

"Ayo kita kembali lagi , kau dengarkan Paman Lee baik-baik saja ,sekara——"

"Aku ingin melihatnya" Chaeyoung ingin beranjak namun Lisa menahannya.

"Bisa nanti Chaeng, kau ini keras kepala ,perhatikan juga dirimu . Jadi kumohon tenang dan jangan pikirkan ter——" Belum selesai Lisa menyelesaikan kalimatnya Chaeyoung memotongnya.

"Bagaimana jika ini terjadi pada dirimu? Bagaimana rasanya—-jika hari-hari gila ini menjadi harimu,Lisa? Apakah kau tahu—-kau juga akan hancur sendirian sepertiku? Hiks —hikss semua rasa sakit yang ku pendam...seolah hatiku akan meledak!"

"Iya. Meledaklah, jangan di pendam" Lisa langsung memeluk erat Chaeyoung yang sudah bergetar karena  rasa sakit yang ia pendam.

"Hiksssss——- Lisa bagaimana ini hiksssssss—— kenapa ini terlalu menyakitkan —-hikssss"


***

Kecelakaan yang di alami oleh Lee MinHo hampir menghebohkan seluruh penjuru pekerja rumah sakit Lee Hospital dan juga masuk di dalam berita terkini yang tayang di televisi.

Ji Ah berjalan mondar-mandir gelisah yang memang sudah tau saat sebelumnya Lisa langsung pergi kerumah Chaeyoung untuk melihat keadaan Chaeyoung saat melihat berita yang beredar di televisi tentang kecelakaan yang Lee Minho alami.

"Apa Jisoo sudah tau?" Dirinya bertanya entah kepada siapa sambil menggigit jari telunjuknya.

Saat sibuk dengan lamunannya dirinya tersentak saat ponselnya berdering,  tertera nama Jennie disana.

"Bunda" Suara lirih Jennie terdengar lirih di sebrang sana.

"Nak—"

"Hikss—- Ji—- hikss Jisoo Bun Hikss" Ji Ah tau kalimat selanjutnya pasti akan kabar buruk yang dia terima.

"Sedang dimana?" Dengan tenang Ji Ah bertanya dengan tenang.

"Rumah sakit Cipto,Bun"

"Lalu apa yang terjadi dengan Jisoo?"

"Hiks —- Jisoo baru saja masuk ICU —-"



Jakarta, 30 Maret 2024



NOTE : BUAT TEMEN-TEMEN  AKU UCAPAN BANYAK-BANYAK UNTUK APRESIASI KALIAN YA🥰 Kadang —satu komen dari kalian aja bisa buat mood author seneng hehehe . Btw ada yang nyadar—- ada dialog lagu korea, coba tebak, yang bener bakal dapet lahdhdiskzgKmagaja dari aku😂

GA BERASA UDAH SETAHUN AJA, SEMOGA NANTI BISA DENGER FLOWER& ALL EYES ON ME ,SECARA LIVE YA🥰🥰

GA BERASA UDAH SETAHUN AJA, SEMOGA NANTI BISA DENGER FLOWER& ALL EYES ON ME ,SECARA LIVE YA🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
If the World was ending [Chaesoo X Siblings]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang