0.7

535 76 34
                                    

Saat pertama kali membuka mata Jisoo bisa merasakan badannya seperti remuk .

"Eughhhh" Saat matanya terbuka penuh Jisoo bisa melihat sesorang menindih tangan kanannya yang bebas infus.

Kenapa Chaeyoung bisa ada disini? Dimana Jennie yang seharusnya ada di sampingnya. Sial kenapa harus ada Chaeyoung disaat dirinya seperti ini.

Merasa risih dengan masker oksigennya Jisoo meraih masker oksigennya lalu membukanya dengan tangan kirinya. Gerakannya membuat Chaeyoung terusik dan membuka matanya.

"Kak — sebentar Adek panggil dokter" Chaeyoung yang masih belum terlalu terkumpul nyawanya berdiri kaget saat kakaknya sudah sadar.

"Tekan saja tombolnya Dek" Astaga kenapa Chaeyoung bisa lupa, hampir saja di berlari keluar untuk memanggil dokter.

"Ahh— Adek terlalu semangat kak" Menggatuk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Setelah menekan tombol nurse,tak lama dokter dan satu perawat mendatangi ruang rawat Jisoo.
Chaeyoung berdiri di samping ranjang Jisoo menunggu dokter memeriksa Jisoo.

"Jika ada keluhan segara beritahu kami , penyakit asam lambung tidak bisa di remehkan begitu saja. Dan—" Dokter menghentikan ucapnnya saat melihat Chaeyoung yang terlihat begitu khawatir . " Nona Chaeyoung jangan khawatir , Nona Jisoo akan baik-baik saja." Dokter laki-laki bermarga Jung tahu bahwa mereka adalah anak dari Lee Minhoo.

Chaeyoung hanya mengangguk dan tersenyum tipis,walaupun rasa khawatir itu tidak sepenuhnya hilang.

Setelah Dokter Jung dan perawat pamit keluar Chaeeyoung segera menghampiri Jisoo . Hanya hening yang tercipta disana . Keduanya sama-sama larut dalam pikirannya masing-masing. Canggung? Mungkin itu mendefinisikan situasi saat ini.

"Jennie—"

"Kak Jennie ada urusan mendadak di Bogor" Chaeyoung tahu kakaknya akan mencari Jennie. Harusnya Jisoo bisa mengandalkan dirinya. Kenapa harus orang lain?.

"Pulanglah ak—"

"Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu disini sendiri. Aku akan disini sampai kau sembuh." Lagi-lagi Chaeyoung memotong ucapan Jisoo.

Kenapa terdengar aneh jika adiknya tidak menggunakan kata Adek saat bicara kepada dirinya. Jisoo tidak menyukai itu. Tapi kenapa? Bukankah itu bukan suatu masalah.

Chaeyoung meraih tangan Jisoo yang bebas infus, menciumnya lembut dan lama, tanpa sadar Jisoo tersenyum tipis dengan perlakuan adiknya yang sudah lama tidak pernah seperti ini. Terakhir saat Jisoo berumur belasan tahun , jika dirinya sakit Chaeyoung selalu ada disamping dan mencium tangannya untuk menyampaikan rasa sayangnya. Ahh Jisoo jadi mengenang kenangan manis itu.

" Kenapa bisa separah ini? Tak bisakah kakak peduli terhadap kesehatan sendiri? Jika seperti aku akan lebih khawatir jika kita berjauhan"

"Bisakah kita tinggal ber—-"

"Aku mengantuk" Chaeyoung tahu Jisoo pasti akan mengalihkan pembicaraan.

"Jika memang kakak tetap keras kepala dan mengabaikan kesehatan kakak lagi ak—-"

"Keluarlah jika ingin bicara omong kosong. Kau tahu aku tidak akan pernah bisa kembali kerumah itu, lagipula aku tidak pernah meminta belas kasihan darimu. Aku masih bisa menjaga diriku sendiri. Pergilah——"

If the World was ending [Chaesoo X Siblings]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang