14. Mengagumi itu menyakitkan

24 2 0
                                    

"mengapa aku memilih membuatmu abadi dalam tulisan? sebab luka bisa menjadi sempurna karna sebuah karya"




Wattpad : @viimul_
Tiktok : @authorvin_
Instagram : @authorvin_ & @vmlyni_



Happy reading...

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

Pagi ini sangat berbeda dari pagi biasanya, angin berhembus kencang hingga permukaan kulit terasa dingin.

Qia sedang berada diluar menatap seseorang yang selalu memporak porandakan hatinya setiap kali bertemu dengannya.

" Tuhan mengapa aku harus mengaguminya?. " Batin qia bergemuruh.

" Apakah aku pantas untuk seorang dirinya yang alim paham agama, dan aku? Seorang yang fakir ilmu. Apakah ini ujian cinta yang harus aku dapatkan. "

Tuk

Qia terlonjak kaget ketika seseorang menepuk bahunya, menoleh melihat siapa yang mengejutkannya.

" Aku pernah dengar kayak gini.' Kejarlah tuhannya maka kamu pantas mendapatkan ciptaannya'. " Ucap orang itu tulus menatap seseorang yang di lihat oleh qia.

Qia tersenyum kecut. " Aku dan dia sebuah ketidak mungkinan yang tak akan pernah bersatu." Ucap qia mengalihkan pandangannya menatap seseorang yang menepuk bahunya.

" Bagaikan air dan minyak gak akan pernah bisa bersatu. " Lanjut qia.

Terkadang qia sangat benci dengan perasaannya yang membuat dia berharap lebih. Otak dan hati nya selalu bertolak belakang, hati berkata tidak mungkin, tapi otak berkata mungkin saja.

" Mungkin air dan minyak tidak dapat bersatu tapi kalo di tambah sabun bagaimana?. "

" Jangan membuat seseorang berharap lebih ning. " Dingin qia.

Ning ara terkekeh pelan. " Tapi kalo tuhan yang berkehendak bagaimana?. "

" Saya tau, saya sadar sesadar-sadarnya saya tidak se baik yang ning kira masih banyak kekurangan yang saya punya. "

" Manusia tidak ada yang sempurna. " Ucap ning ara menatap dalam mata qia yang tersirat.

" Jangan merendahkan diri sendiri, kita sama-sama belajar, setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. "

Qia tersenyum tipis. Ia tau itu! tapi hatinya selalu saja tidak dapat dikendalikan, matanya seakan-akan selalu ingin melihat nya setiap hari, tubuhnya yang secara reflek mengayun melihat sekitar, otak dan hatinya berkata 'itu dia' seolah-olah mendapatkan mangsa yang ia cari.

Hatinya kacau melihat seseorang yang dikaguminya berjalan menuju arahnya dan ara, tubuhnya kaku seakan tidak bisa digerakkan jantung nya berdebar hebat, tangan nya yang sedikit bergetar. Qia menggigit bibir bawah dalamnya kuat sambil mengucapkan istighfar berkali-kali dalam hatinya agar bisa mengendalikan tubuh, pikiran, dan hatinya.

Qia sangat benci di situasi seperti ini, hingga membuatnya lemah.

" Kalian ngapain disini?. " Tanya seorang pria itu ketika sampai di hadapan qia dan ning ara.

Ning ara melihat qia yang menundukkan pandangannya, mengerti. " Kita lagi ngobrol-ngobrol aja. " Jawab ning ara.

Pria itu mengangguk-angguk." Oh ya qia ada orang tua kamu, saya di suruh manggil kamu ke ndalem." Ucap pria itu.

Qia tidak berani menatap pria itu, hanya mengangguk samar saja. " Hm, kalo gitu saya mau langsung ke sana, saya pergi dulu assalamu'alaikum gus, ning. " Ucap qia lalu pergi dari hadapan mereka berdua.

" Waalaikumsalam. " Jawab kakak beradik itu.

Ning ara terkekeh pelan, lucu sekali melihat qia sangat gugup.

Gus khair menaikkan satu halisnya ada apa dengan adiknya itu.

Entahlah.

***

Qia bernapas lega ketika sudah jauh dari mereka berdua. Yang tadinya jalannya sedikit terburu-buru sekarang sudah santai, qia menyusuri koridor-koridor menuju ndalam untuk menemui orang tua nya.

Rencananya qia sudah bilang di telepon tadi malam bahwa ia ingin pulang ke rumahnya dengan alasan kangen rumah, orang tua dan teman-temannya karena itu orang tua qia datang hari ini untuk menjemput.

Untung orang tuanya tidak curiga, sebenarnya qia ingin menenangkan hatinya dan juga ada urusan yang harus segera ia urus tentang peneroran yang lalu yang belum tau siapa pelakunya.

Qia menatap bangunan di hadapannya, qia menarik napasnya lalu menghembuskannya perlahan-lahan, qia memulai mengetuk pintu.

Tok tok tok

" Assalamu'alaikum. " Salam qia sambil membuka pintu.

" Waalaikumsalam masuk aja qi. " Ucap hafsah orang kepercayaan ndalem dan juga seorang ustadzah yang mengabdi mengajar di sini.

Kebetulan hafsah tadi ada keperluan, ketika ingin keluar ia mendengar qia yang masuk dan umi farah juga berpesan kepadanya kalo ada qia suruh langsung ke ruang tamu saja.

Qia tersenyum ke arah hafsah di balas senyuman lagi oleh hafsah. " Kata umi farah langsung aja ke ruang tamu tadi. " Ucap hafsah dengan senyuman yang tak luntur.

Qia mengangguk. " Oh, iya makasih. "

" Sama-sama kalo gitu saya permisi ya qi masih ada urusan, assalamualaikum. " Ucap hafsah lalu pergi setelah mendapatkan jawaban salam dari qia.

" Waalaikumsalam. " Jawab qia menatap punggung hafsah yang mulai menghilang dari pandangannya.

Huh! Ternyata benar ya seorang hafsah itu sangat baik ketika melihat wajahnya saja merasa tenang, banyak rumor bredar bahwa hafsah dan gus khair memiliki hubungan bahkan ada yang berkata juga mereka di jodohkan.

Sudahlah qia tidak mau berharap kesekian kalinya lagi.

Qia berjalan masuk ke ruang tamu yang di bilang hafsah tadi untuk menemui orang tuanya, ia tak sabar untuk bertemu ayah dan bundanya.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

Sambil nungguin buka puasa nih....

See you next chapter.

Gimana ceritanya???

Janlup voment nya...

-kuningan 23/03/24

QIARA & RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang