Mengapa memikirkan pendapat orang lain lebih penting daripada perasaan anaknya sendiri?
•┈┈┈••✦ :💔: ✦••┈┈┈•
Waktu sudah menunjukkan pukul 15:08. Namun, kedua orang berlawan jenis itu masih enggan untuk beranjak pergi dari danau yang mereka singgahi sedari pagi."Ayo pulang!" ajak Danantya kepada Sera
Dibalas gelengan kepala oleh gadis itu, membuat Danantya lagi-lagi menghela napasnya
"Kenapa?" tanya Danantya
"Takut dimarahin Ayah," jawab Sera
"Gue juga pasti dimarahin Mama sama Baba, kita sama-sama dimarahin."
"Ngga, Nan. Kita beda."
"Apa yang beda?"
"Aku belum siap cerita,"
"Cerita kapanpun Lo siap, Gue selalu ada sama Lo. Maaf semalem Gue ngga bisa ngajarin Lo nyanyi."
"Minggu kita ngga olahraga kan?" Sera mengalihkan pembicaraan
"Harusnya si olahraga, karena minggu kemaren kan kita cuma jajan di pasar."
"Jadwalnya jangan diubah dong, pleasee. Kalo besok jadwalnya ngga olahraga ya berarti emang ngga," ucap Sera dengan menggenggam kedua tangannya di depan dada
"Iya deh," final Danantya
"Yess! Kalo gitu, temenin aku nail art ya?"
"Hah?"
"Makanya jangan sering bilang aku budeg, sendirinya juga gitu."
"Gue gamau."
"KOK GITU?!" teriak Sera tidak terima
"Gue males ke tempat kaya gitu, pasti lama."
"Ya namanya tempat cewe, pasti lama lah."
"Ke tempat yang lain aja bisa gak si?"
"Yaudah si kalo gamau nemenin, Aku bisa pergi sendiri kok," kesal Sera
"Gue temenin, tapi pulangnya mampir warung gado-gado, ya?"
Sera menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku gamau gado-gado, Kamu kan tau Aku ngga suka sayur."
"Justru itu, kalo Lo udah gede gini masih ngga doyan sayur, gimana mau sehat?"
"Sayur ngga enak, Danan. Rasanya aneh."
"Lo yang aneh, pokoknya besok minggu Lo harus bareng Gue."
"Huaa gamau!"
"Harus mau!"
Detik berikutnya, Danantya menarik Sera untuk berdiri dan pergi dari danau itu
✼ • ┈┈┈┈┈┈ 🌻 ┈┈┈┈┈┈ • ✼
"Kurang ajar! Dasar anak tidak tau diuntung!" umpat Indra sembari memukul keras rahang anaknya yang menangis itu
Sebuah tamparan mungkin masih bisa Sera terima, tapi jika pukulan seperti ini rasa sakitnya bukan hanya di bagian yang terkena pukulan saja, tapi hatinya juga sakit.
"Ayah, Sera udah mengakui kesalahan Sera dan minta maaf sama, Ayah. Tolong berhenti memukul Sera, Ayah," mohon Sera
"Kamu sudah membuat Saya malu dengan ditegur oleh wali kelas mu dan dengan gampangnya hanya mengakui kesalahan dan meminta maaf?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah dari Tuhan
Художественная прозаBagaimana perasaan seorang anak, ketika rumah yang dulu penuh dengan kebahagiaan, kini menjadi rumah yang penuh dengan luka? Anasera Dahayu, salah satu anak yang merasakan hal itu. Atau mungkin bukan hanya dirinya saja yang merasakan? Rumah yang har...