24 - Softball

60 3 0
                                    

•┈┈┈••✦ :💔: ✦••┈┈┈•


"Selamat pagi, dunia! Awal yang baru untuk suasana di rumah ini. Semoga dengan adanya Shasa disini, Ayah jadi segan buat marah dan main tangan sama Aku," ucap Sera dengan muka bantalnya

Sera bangun seperti biasa, jam 5 subuh. Setelah menyelesaikan sholat subuh Ia akan lanjut memasak. Namun ketika akan menuruni tangga, Sera mendengar suara gaduh dari dapur. Ia berjalan perlahan menuruni anak tangga satu per satu. Ketika sampai di anak tangga terakhir, Ia melihat dari kejauhan ke arah dapur, ternyata disana sudah ada Ayahnya dan Shasa.

Mereka memasak bersama.

Tanpa ada rasa canggung diantara keduanya. Melihat interaksi mereka, seketika membuat Sera merasa Iri. Wajar saja jika Ia merasakan itu, Sera yang anak kandungnya saja tidak pernah bisa memasak dengan Ayahnya.

Mereka saling bersenda gurau.

Ayahnya yang menjahili Shasa dan Shasa yang selalu meminta untuk diajari cara memotong ini itu, memasukkan bumbu apa ke dalam masakan.

Sera ngga boleh gitu, gapapa kalo Shasa deket sama Ayah. Sekarang Ayah kamu ayah Shasa juga, batin Sera mencoba untuk menghilangkan perasaan iri pada dirinya

Sera memilih untuk kembali ke kamarnya dan bersiap diri

Pada hari rabu, Sera menggunakan seragam identitas sekolah, dengan seragam sekolah berwarna baby blue dan rok berwarna putih. Sera juga memilih untuk menggerai rambut lurusnya pada pagi hari dan ketika akan olahraga nanti baru Ia kuncir kuda rambutnya.

Memoleskan bedak dengan tipis ke wajah dan menggunakan lip balm sebagai pelembab bibir, menambah kecantikan seorang Anasera Dahayu.

"Oke! Kali ini bener-bener udah selesai semua, tinggal berangkat." Sera bangkit dari duduknya setelah mengikat kedua tali sepatunya

Ternyata Indra berada di depan pintu kamar Sera, hal itu membuat Sera sedikit terkejut

"Ayah ... tumben kesini? Ada apa?"

"Lupa sama kewajiban Kamu?" Indra menatap Sera dengan mata yang menyalang

"Maksud Ayah?"

"Jangan mentang-mentang sekarang ada Shasa, Kamu jadi bersikap seenaknya sendiri. Ingat Sera, semua tugas Ibumu sekarang menjadi tugas mu," ucap Indra

"Sera tau dan Sera udah ngejalanin ini selama 5 tahun, jadi Ayah jangan khawatir kalo Sera lupa sama tugas yang harus Sera kerjakan."

"Lalu kenapa Kamu baru keluar kamar sekarang?"

"Sera telat bangun." Sera berbohong

Indra melipat kedua tangannya di dada

"Kamu ngga akan ngerasain ini, kalau 5 tahun lalu Kamu ngga bersikap seperti anak kecil."

"Tolong jangan diungkit lagi, Ayah, rasanya sakit."

"Saya ngga akan mengungkitnya, kalau istri Saya meninggal dengan wajar. Kalau dipikir-pikir, Kamu itu memang anak pembawa sial, Sera, bahkan sebelum Kamu lahir."

Meninggalkan Sera dengan tangisan lirihnya tidak membuat Indra merasa bersalah

Suasana meja makan tampak berbeda hari ini atau mungkin akan selalu seperti ini. Karena keberadaan Shasa diantara Sera dan Indra tentunya membuat suasana saat ini sedikit berbeda

"Kamu yang masak, Sha?" tanya Sera

Shasa mengangguk. "Iya, Na. Tapi yang paling berperan disini adalah Om Indra, Ayah kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hadiah dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang