Ada orang pernah bilang bahwa bertambahnya usia kita di dunia adalah berkurangnya usia kita di akhirat
•┈┈┈••✦ :💔: ✦••┈┈┈•
Hari yang gelap, kini sudah berubah menjadi cerah."Bangun anak malas!" Indra menggoyangkan tubuh Sera dengan cukup kuat
"Ayah!"
"Cepat bersiap untuk sekolah dan siapkan Saya makanan." Setelah mengatakan itu, Indra masuk ke dalam rumahnya
Semua sudah selesai, bersiap untuk sekolah dan membuatkan sarapan untuk Ayah dan dirinya sendiri tentunya.
"Ayam balado? Kamu gila ngasih Saya makanan pedas di pagi hari seperti ini?"
"Hari ini Ayah bertambah usia, jadi Sera pikir buat masak makanan kesukaan Ayah."
"Ck! Saya tidak memerlukan hal seperti itu, lagipula Kamu ingin membuat Saya sakit perut?"
Sera menggelengkan kepalanya, "ngga ayah, mau Sera masakin yang lain aja?"
"Tidak perlu, Saya sudah tidak berselera untuk makan masakan kamu. Lebih baik Saya membeli makan di luar saja."
Indra hanya meminum air putih dan langsung pergi begitu saja
✼ • ┈┈┈┈┈┈ 🌻 ┈┈┈┈┈┈ • ✼
Sebenarnya hari ini Sera ingin merayakan ulang tahun Ayahnya, walaupun Sera tau ujungnya pasti akan seperti biasa 'Ayah tidak membutuhkan ini'
Karena lama melamun sambil berjalan, Sera akhirnya tersadar
"Udah nyampe halte aja."
Sera merasa ada yang kurang hari ini
"Oh iya! Cookies yang dari Revan belum aku makan dari kemarin."
Dan benar saja, ternyata cookies itu masih tersimpan di dalam tasnya. Sera memakan cookies itu dengan wajah yang senang
"Kata Revan, kalau ketemu dia lagi, aku ngga boleh kelihatan sedih," ucapnya bermonolog
"Tapi ngomong-ngomong, Revan mana ya?"
Bus sekolah Revan sudah sampai di jam seperti biasa, Sera ingin mengetahui keberadaan Revan, makan dari itu Ia mencoba untuk bertanya kepada salah satu guru TK itu.
"Permisi, Bu. Maaf Saya mau nanya, Revan dimana ya?" tanya Sera kepada guru tersebut
Guru itu yang tadinya tersenyum kepada Sera, kini raut wajahnya berubah menjadi sendu
"Revan ... sudah berpulang, Mba."
"Maksudnya gimana ya, Bu? Maksudnya Revan pulang kampung gitu?"
Guru itu menggeleng, "kemarin, kebetulan sekali orang tua Revan ingin menjemput pulang anaknya, biasanya anak-anak akan kami antar-jemput, tapi orang tua Revan mungkin sedang ingin menjemput anaknya karena mumpung mereka ada waktu luang. Hujan kemarin membuat mobil yang dikendarai oleh Ayah Revan hilang kendali ketika berada di turunan, sehingga menyebabkan kecelakaan," jelas Guru Revan
"Tapi Revan baik-baik aja kan? Yang Ibu maksud berpulang itu, Revan udah pulang ke rumah? Kemarin dia bilang sama Saya kok bakal temuin Saya disini lagi," tanya Sera yang perlahan meneteskan air mata
"Maaf, Mba. Revan benar-benar sudah tiada, Dia sudah meninggal."
Setelah Guru Revan mengatakan kalimat terakhir itu, Sera menangis menangis tanpa suara dan berlari tanpa arah. Danau menjadi tempat pelabuhan Sera untuk saat ini, dengan tangisan yang belum juga usai.
"Kenapa orang-orang yang membuat Sera bahagia harus diambil, Tuhan? Sera masih butuh mereka."
Tangisan Sera yang tadinya kencang, kini perlahan mulai memelan.
"Tuhan ambil Ibu aja Aku masih belum ikhlas, kenapa tambah sama yang lain?"
"Ikhlas, Ra. Tolong ikhlasin."
Sera melihat ke belakang, Danantya, lagi. Dia selalu ada dimana Sera berada
"Ngomong aja gampang, Nan. Ngelakuinnya yang susah,"
"Kita coba pelan-pelan, Lo pasti bisa, Ra."
"Kenapa harus kita? Kenapa ngga cuma Aku aja?"
"Karena Gue akan temenin Lo dalam proses mengikhlaskan itu."
Detik itu juga, Sera memeluk erat tubuh Danantya yang dibalas tak kalah erat olehnya.
•┈┈┈••✦ :❤️: ✦••┈┈┈•
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah dari Tuhan
Ficción GeneralBagaimana perasaan seorang anak, ketika rumah yang dulu penuh dengan kebahagiaan, kini menjadi rumah yang penuh dengan luka? Anasera Dahayu, salah satu anak yang merasakan hal itu. Atau mungkin bukan hanya dirinya saja yang merasakan? Rumah yang har...