•┈┈┈••✦ :💔: ✦••┈┈┈•
Rooftop saat ini memang tidak terlalu bisa membuat suasana tenang, karena banyak genangan air yang memenuhinya. Sehingga tidak bisa membuat Danantya dan Sera bergerak dengan leluasaKetika Danantya dan Ali akan pergi ke kelas Sera tadi, mereka bertemu dengan Sera dan teman-temannya di luar kelas
Flashback on
"Danan! Ali!" panggil Sera kepada dua kaum adam itu
"Yo, Na." Ali berjalan menghampiri Sera dan teman-temannya
"Kalian mau kemana?" tanya Sera saat Danantya dan Ali berdiri di depannya
"Eh, halo temen-temen Ana!" sapa Ali sebelum menjawab pertanyaan Sera
Danantya tadinya berpikir akan canggung jika bertemu seperti ini, namun dengan adanya Ali, semua pikiran buruk Danantya hilang begitu saja
"Oh iya, kalian belum kenal Ali kan?" mereka ber-empat kompak menggeleng
"Nah kenalin, ini Ali temennya Danantya, kalo Danan mah kalian pasti udah tau. Nah, Ali, mereka ini Gwen, Shasa, Sadam, Januar." Sera memperkenalkan temannya satu per satu
Ngomong-ngomong soal Januar, Sera sebenarnya tidak marah dengannya, hanya mencoba untuk merenungi perkataan Januar saja. Jadi, Ia pergi ke tempat duduknya untuk itu
"Salam kenal, Gue Ali. Anak IPA 1 yang paling baik, paling kalem, paling berani, paling badas, paling ganteng di kelas karena muka Gue yang katanya mirip Jaemin." Ali memperkenalkan dirinya
Sekarang juga Danantya benar-benar ingin pergi dari hadapan Sera dan teman-temannya
"Dam, akhirnya Lo menemukan makhluk yang satu spesies sama Lo." ucap Gwen
Sadam melongo menatap Ali, "Anakku?" ucapnya dramatis
"Ayahku?" jawab Ali yang tak kalah dramatisnya
Mereka berdua berpelukan dan pura-pura menangis di koridor kelas yang lumayan ramai
"Tinggalin aja udah," ucap Januar mengajak pergi teman-temannya
"Nan, kamu mau kemana?" tanya Sera melihat Danantya pergi berbeda arah
"Rooftop, Ra."
"Aku ikut Danan ya? Dadahh..." Sera berjalan mengikuti Danantya dari belakang
"Kita bertiga doang nih?" tanya Shasa
"Biarin aja mereka berdua ntar juga nyusul," jawab Januar
"Iya biarin, Ali pasti ngga nolak ajakan Sadam nanti, Dia aja kaya ngga canggung gitu sama kita." timpal Gwen
Apa yang akan mereka lakukan dan bicarakan disana? orang yang dari tadi memandang Danantya hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya
Flashback off
"Aku baru tau selain danau, rooftop juga bisa bikin pikiran dan hati kita tenang, walaupun cuma ngerasain semilir angin dari atas gedung." ucap Sera
"Dulu Gue ajakin kesini ngga pernah mau,"
"Hehe, ini tempat yang nyaman buat ngelukis ngga sih? Sambil Kamu nyanyi juga, ah... surga dunia"
"Boleh,"
"Hah?" pernyataan Danantya membuat Sera bingung
"Besok kita kesini lagi, Lo bawa alat lukis aja besok."
"Maksudnya apa yang Aku bilang itu bakal terjadi?" Sera memastikan kembali
Danantya mengangguk, "kalo udah selesai tinggal taruh aja di ruangan itu,"
Sebuah ruangan yang terdapat di atas rooftop itu nampak seperti sebuah gudang yang digunakan tempat untuk menyimpan gitar Danantya
"Akhirnya Aku punya tempat baru buat ngelukis,"
"Seneng?"
"Seneng banget lah! Ayah udah bener-bener ngga bolehin Aku buat ngelukis, sebelum peralatan lukis Aku dibuang, Aku harus bawa kesini besok banget."
"Bukanya Om Indra dulu ngedukung banget buat Lo jadi seniman, ya?"
"Itu dulu, Nan. Sekarang semuanya udah berubah,"
Danantya sudah menemukan 3 fakta yang Sera sembunyikan sekarang
"Pulang sekolah nanti aja, Aku harus langsung pergi les sampe jam tujuh." adu Sera
"Ujian masih satu bulan lagi, Ra?"
"Ayah bilang harus dipersiapkan jauh-jauh hari, Ayah takut Aku dapet nilai dan peringkat yang rendah. Nanti temen-temen Ayah tau, terus Ayah malu." jelas Sera
Menurut Danantya, Ayah Sera ada benarnya juga. Tapi, dari raut wajah Sera nampak tidak bersemangat
"Lo kenapa?"
"Aku ngga masalah kalo Ayah ngomongnya dari jauh-jauh hari, tapi Ayah tuh baru ngomong semalam sebelum Aku pergi ke Bandung dan Ayah ngga bolehin Aku buat ikut kelas menggambar. Itu yang buat Aku jadi kurang bersemangat,"
"Ambil sisi positifnya aja, Ra. Mungkin Om Indra gamau Lo terlalu capek karena ikut les dan juga kelas menggambar, jadi buat sekarang, Lo harus fokus ke ujian dulu."
Benarkah begitu?
Danantya tidak bermaksud untuk lebih membuat Sera sedih karena perkataannya, Ia tau mimpi Sera yang sebenarnya itu apa. Tapi untuk saat ini, mungkin yang lebih Sera butuhkan adalah belajar.
"Jangan sedih, mulai besok dan seterusnya, kan Lo bisa ngelukis disini." hibur Danantya
"Tunggu disini sebentar," Danantya melangkah kakinya ke arah gudang di rooftop itu
Tidak memerlukan waktu yang lama, Danantya kembali dengan pulpen dan juga kertas di tangannya
"Buat apa itu?"
"Bikin jadwal," jawab Danantya
"Bikin jadwal?" ulang Sera, "jadwal mapel diganti lagi, ya?"
Danantya menggeleng, "bukan jadwal mapel, tapi ini"
'Jadwal Sera Melukis di Rooftop'
Kira-kira seperti itu judul di kertas bagian atasnya. Oh ayolah, ribuan kupu-kupu dalam perut Sera tengah berterbangan saat ini
"Ayo kita bikin jadwalnya sekarang, bentar lagi bel masuk." Sera menganggukkan kepalanya dan mulai mengatur jadwal untuknya dan juga Danantya
•┈┈┈••✦ :❤️: ✦••┈┈┈•
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah dari Tuhan
Ficción GeneralBagaimana perasaan seorang anak, ketika rumah yang dulu penuh dengan kebahagiaan, kini menjadi rumah yang penuh dengan luka? Anasera Dahayu, salah satu anak yang merasakan hal itu. Atau mungkin bukan hanya dirinya saja yang merasakan? Rumah yang har...