Tim perlahan membuka matanya.
Sial, dia sempat hilang kesadaran.
Laki-laki itu bersandar ke kursi. Tubuhnya terasa begitu nyeri akan kekerasan yang diterimanya. Babak belur, lebam di mana-mana. Kostum bagian lehernya sobek, seseorang merusaknya dengan pisau, dan pisau tersebut mengiris kulitnya hingga berdarah. Kedua tangan serta kakinya terikat erat, pergelangannya hampir terasa lecet. Salah satu matanya bengkak, tapi mata yang lainnya mengamati keadaan sekitar.
Sebuah lampu berkelap-kelip di dinding. Dia berada di sebuah ruangan tanpa jendela yang remang-remang dengan dinding serta lantai metalik. Lubang ventilasi yang sempit terpasang di dekat langit-langit. Pintu yang ada di ruangan ini adalah pintu ganda yang tidak memiliki lubang kunci, kemungkinan besar terkunci dari arah luar. Tidak ada satu pun teknologi yang bisa dilihatnya sejauh mata memandang, hanya ada kursi tempat di mana dia duduk, dan sayangnya, kursi tersebut dibaut secara permanen ke lantai, mustahil untuk menggoyahkannya. Siapa pun yang meninggalkannya di sini jelas-jelas tidak ingin dia melarikan diri.
Berkali-kali Tim berusaha melepaskan diri sekuat yang dia bisa, tapi hasilnya selalu nihil. Semakin kuat dia mencoba, tangan serta kakinya semakin terasa sakit seolah akan berdarah.
Ini buruk. Sangat buruk.
Harusnya dia bisa melihat ini datang. Harusnya dia sudah siap akan segala kemungkinan. Tapi, dia benar-benar tidak menduga kalau ini akan terjadi.
Pada titik ini, hal terakhir yang bisa Tim lakukan adalah berharap yang terbaik, berharap siapa pun segera datang menyelamatkannya. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, bahkan sekarang hal tersebut tampak mustahil baginya. Pelacak yang ada di kostumnya dicabut, alat komunikasinya diambil, senjatanya disita. Sialan, bahkan masker dan sabuknya hilang entah kemana. Dia tidak memiliki apa pun yang tersisa untuk meminta bantuan atau melepaskan diri.
Setelah hening selama beberapa saat, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari luar dan menarik perhatian Tim. Dia otomatis mencuri pandang ke arah pintu, pikirannya berpacu dengan berbagai kemungkinan. Apa itu adalah orang yang menculiknya? Orang yang ingin menyelamatkannya? Atau sesuatu yang lain? Dia tidak tahu.
Cklek!
Pintu terbuka. Setelahnya, seorang gadis dengan mata berwarna emas serta rambut pendek berwarna biru tua yang mencuat ke pinggir dan tidak beraturan, melangkah masuk. Gadis itu mengenakan rompi putih berkerah biru tua yang memperlihatkan belahan dadanya, dipadukan dengan celana pendek pinggang tinggi berwarna senada dengan rompi yang mengekspos kedua kaki rampingnya.
"Oh, di sini," dia bergumam.
Dari balik poninya, Tim memperhatikan setiap pergerakan gadis tersebut dengan seksama. Kemunculannya membuat dia sadar kalau dia masih belum dilupakan---siapa pun itu, mereka pasti masih memiliki urusan dengannya.
Gadis itu berjalan dengan santai. Dia tidak membawa apa pun, dia bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia akan menyerangnya. Tapi, Tim tidak tahu apa yang mungkin tersembunyi di balik punggung atau genggaman tangannya. Apakah itu senjata atau obat luka? Masih menjadi misteri. Sekarang laki-laki itu mencoba untuk tetap tenang meskipun dirinya berada di posisi yang canggung dan tidak menguntungkan.
"Apa aku mengenalmu?" tanya Tim, nadanya terdengar monoton, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa gusar.
"Apa kau mengenalku?"
Gadis itu mengulang pertanyaannya, kemudian dia menggelengkan kepala.
"Tidak, kau tidak mengenalku," jawabnya, dia lalu menarik sebuah kursi dan duduk di hadapannya.
Sambil terus mengawasi gerak-gerik gadis itu, Tim diam-diam mengamati penampilannya. Dia sangat menarik perhatian, terutama pakaian yang dia kenakan. Siapa orang yang hanya mengenakan rompi berkerah dengan kombinasi celana pendek? Dia jelas-jelas tidak memakai kostum yang tertutup dan aman sepertinya. Itu agak ceroboh dan tidak hati-hati. Apalagi belahan dadanya, itu sedikit mengalihkan perhatian Tim---tidak, dia tidak boleh seperti ini. Oh, gadis itu juga tidak mengenakan alas kaki. Benar-benar tidak masuk akal. Apa yang dia lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Robin: Vendetta
FanfictionBagi penjahat, menyelamatkan vigilante bukan hal yang bagus. Bagi vigilante, tertarik dengan penjahat juga bukan hal yang bagus. Tim tertangkap, tidak ada jalan keluar, dan satu-satunya orang yang datang untuk menolongnya adalah seorang gadis yang...