8 Plan Goes Wrong

37 6 34
                                    

Drone yang Barbara kirim untuk pergi mengikuti kemana Vendetta melarikan diri hanya berakhir sia-sia. Gadis itu menghancurkan semuanya, satu persatu, menggunakan belati serta pedang yang dia ciptakan dengan kekuatan supernya. Tapi, bukan Batman namanya kalau dia tidak punya rencana cadangan. Sebuah pelacak berukuran kecil berhasil ditempel secara diam-diam pada sebuah bagian mobil ketika gadis itu sibuk melawan drone-nya, membuat mereka bisa langsung mengejarnya beberapa menit sehabis memanggil Batmobile yang kedua.

"Dia berhenti," ucap Tim, tepat setelah titik merah yang ada di layar terlihat tidak lagi bergerak.

Bruce tidak mengatakan apa pun, dia segera memutar kemudi dan berbelok menuju tempat yang ditunjukkan oleh alat pelacak. Itu adalah sebuah gang yang tampak remang-remang, tidak banyak orang berlalu-lalang di sana. Tim dan Bruce turun dari Batmobile dengan hati-hati, kewaspadaan mereka sama sekali tidak menurun. Keduanya memperhatikan keadaan sekitar secara seksama, jaga-jaga akan kemungkinan datangnya serangan mendadak atau jebakan.

Tidak ada satu pun hal mencurigakan yang Tim atau Bruce temukan di sana selain mobil yang mereka kejar yang telah terparkir dengan sempurna. Tim melompat secepat mungkin ke arah mobil tersebut sebelum seseorang menyadari kehadirannya. Tapi, tepat saat dia melihat ke bagian dalam melalui kaca, semuanya kosong. Dia tidak melihat sosok Vendetta di sana, ataupun orang yang menyetir di balik kemudi dan membawanya pergi.

"Dia mengakali kita lagi." Bruce berkata sambil mengerutkan wajahnya tidak suka.

Tim hanya bisa terdiam. Dia merasa buruk. Dia sempat lengah dan membiarkan seorang gadis yang selama ini mereka incar memiliki kesempatan untuk melumpuhkannya, membuat Bruce terpaksa mengambil resiko yang ternyata malah berbalik arah pada mereka dan membuat gadis itu mendapat waktu untuk melarikan diri yang kedua kalinya.

* * *

Suasana di Batcave terasa sedikit menyesakkan. Sejak kepergian butler setia sekaligus salah satu anggota keluarga mereka, Alfred Pennyworth, semuanya tidak lagi sama. Tim tidak bisa berhenti berpikir sejak dia kembali ke sana dengan perasaan berkabut. Dia melamun di depan Batcomputer, pandangannya tertuju ke layar yang menyala, tapi pikirannya melambung tinggi.

Ini bukan kali pertama gadis bernama Vendetta itu membuatnya merasa hanya berlari di tempat. Mulai dari dia yang membantunya, kejadian di mana dia membantai seluruh penghuni gedung, identitasnya sebagai seorang assassin yang dibayar hanya untuk membunuh, serta pertemuan kedua mereka yang mengungkapkan kalau selama ini dia adalah metahuman yang bisa menciptakan belati serta pedang---yang akhirnya digunakan untuk merusak Batmobile.

"Manifestasi senjata ...." Tim bergumam pelan.

Dia seketika mengerjapkan mata, menemukan suatu koneksi dalam kasus ini. Tentu saja sampai sekarang GCPD tidak bisa mendeteksi siapa pemasok senjata dari belati yang mereka temukan di gedung tersebut karena gadis itulah yang membuatnya sendiri. Dia, atau siapa pun juga sama sekali tidak terpikirkan hal ini sebelumnya karena mereka tidak pernah bertemu orang yang memiliki kemampuan untuk membuat senjata begitu saja dari udara kosong sepertinya.

"Pelurunya," ucap Bruce tiba-tiba.

Tim terkesiap. "Huh? Peluru?" ulangnya kebingungan, tapi kemudian dia mengusap wajah dan tersadar kalau dia melamun di tengah penyelidikan mereka.

"Peluru yang digunakan untuk membunuh pria yang kita interogasi bukan peluru dari sniper yang ada di lokasi kejadian." Bruce menjelaskan, layar hologram terpampang di depannya, menunjukkan dua buah barang bukti. "Model peluru dan sniper-nya berbeda," katanya.

"Gadis itu yang menembaknya," kata Tim, matanya memicing, suaranya penuh keyakinan. "Dia juga bisa membuat peluru, dan selama ini dia ada di sana untuk membungkam pria tersebut."

Robin: VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang