19 Unchained Talks

11 2 0
                                    

"Apa yang telah mereka lakukan padamu?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja, dan Vendetta tidak sempat menduganya. Di antara semua pertanyaan yang ada, itu adalah pertanyaan yang paling ingin dia hindari dan tidak ingin dia jawab sampai kapan pun. Bukan karena dia tidak punya jawabannya, tapi justru karena jawaban yang dia punya sangat tidak menyenangkan sampai-sampai dia tidak mau mengatakan apa pun. Lagipula, orang-orang tidak pernah menanyakan hal seperti ini padanya sebelumnya. Mereka tidak pernah peduli, mereka bahkan tidak pernah tahu masalah apa yang dia miliki dengan Black Water sampai akhirnya dia menampakkan diri ke publik. Dia jadi bingung reaksi seperti apa yang harus dia tampilkan di hadapan laki-laki berjubah kuning campur hitam itu.

"Hm ... sepertinya sekarang semua orang memang ingin tahu kenapa aku balas dendam pada mereka," gumam Vendetta berbasa-basi. Dia mencoba bersikap biasa saja, tapi sepertinya usahanya gagal begitu matanya tanpa sengaja beralih, menghindari tatapan Tim.

Tim menyadari hal itu, tidak ada satu pun hal yang luput dari perhatiannya sejak dia melangkahkan kaki ke ruangan ini. Dia sudah tahu kalau Vendetta tidak akan menjawab pertanyaannya begitu saja, dia bukan gadis yang mudah ditangani dan tentu saja dia akan membuat segalanya menjadi sulit. Ingatannya seketika melayang pada pertemuan pertama mereka yang cukup menyebalkan, di mana gadis bermana emas itu berulang kali menghindari pertanyaannya dan malah bersikap acuh tak acuh seolah dia adalah orang paling santai di dunia. Memang tidak akan mudah, tapi, tidak pernah ada kata menyerah dalam kamusnya.

"Ya, semua orang ingin tahu. Aku juga ingin tahu," jawab Tim penuh determinasi seolah tidak ada ruang yang menyisakan setitik pun keraguan dalam suaranya.

Vendetta kembali menatap laki-laki itu. Emas bertemu biru. "Yang mereka lakukan padaku bukan hal yang menyenangkan. Itulah kenapa aku balas dendam pada mereka," ucapnya tajam.

Sebisa mungkin Tim menahan diri untuk tidak memprotes begitu dia mendengar hal yang sudah jelas dan siapa pun pasti akan tahu tanpa perlu dijelaskan. Yang dia inginkan adalah jawaban, penjelasan, atau apa pun yang bisa membawanya ke titik terang dan menghapus sesuatu yang mengganjal di hatinya, bukan sesuatu yang seperti ini. Masih banyak misteri yang belum terpecahkan di antara mereka berdua dan organisasi rahasia bernama Black Water itu, dia harus segera mengungkap segalanya secepatnya sebelum wanita bernama Shawn itu melakukan sesuatu. 

"Kau bilang kau akan bicara padaku. Apa itu begitu sulit?" tanya Tim, pertanyaan retoris. Dia mencoba untuk tidak terdengar putus asa meskipun dia sangat ingin tahu kebenarannya.

"Aku sedang bicara denganmu." Vendetta bergurau ringan. Bibirnya tersenyum miring, hampir tertawa, seolah mereka berdua sedang mengobrol santai sambil minum teh.

"Kau tahu bukan itu maksudku, kau tahu apa yang aku inginkan," respon Tim, suaranya penuh harap.

Melihat raut wajah tulus yang Tim tunjukkan padanya, Vendetta terdiam sejenak. Senyumnya perlahan luntur dan pikirannya mulai berputar-putar. Muncul sebuah perasaan asing yang belum pernah dia rasakan dalam hatinya, seperti ada sesuatu yang berbisik sekaligus meyakinkannya kalau dia bisa memberitahu laki-laki itu tanpa perlu mengkhawatirkan banyak hal. Tapi, dia tidak mengerti. Kenapa? Apa karena dia tahu kalau Robin adalah seseorang yang peduli terhadap orang lain, termasuk seseorang sepertinya? Perasaan aneh itu semakin lama semakin membesar hingga dia harus berusaha keras untuk menahannya.

"Mereka menyakitiku," ucap Vendetta singkat, dia menopang dagunya dengan telapak tangan, tidak berkata lebih lanjut. Matanya sekarang menyapu sekitar ruangan, melihat apa pun selain sepasang netra berwarna biru yang sedang menatapnya dengan rasa ingin tahu.

"Menyakitimu?"

Tim mengerjapkan mata. Dia tahu kalau jawaban tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak kemungkinan yang ada, tidak sedikit orang yang menyimpan dendam ketika disakiti oleh orang lain. Tapi, dia tidak pernah menyangka kalau gadis itu akan benar-benar menjawabnya dengan alasan tersebut. Sebagian dari otaknya sempat mengira kalau gadis itu akan mengatakan hal yang terkesan main-main dan tidak masuk akal seperti 'karena mereka menyebalkan' atau hal-hal lainnya---jangan salahkan Tim telah berpikiran demikian karena sikap gadis itu yang memang sulit ditebak.

Robin: VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang