20 The Weapon Master

10 3 0
                                    

Tim tidak mengerti kenapa Vendetta bisa menceritakan semuanya dengan sangat, sangat santai. Gadis itu sama sekali tidak terlihat marah, kecewa, atau sedih, dia bahkan sesekali tertawa dan melontarkan candaan serta sarkasme seolah apa yang dia ceritakan adalah hal lucu yang terjadi dalam hidupnya. Padahal, dia berdiri di hadapannya sambil meneguk liur dan berkeringat dingin. Tanpa sadar tangannya berkali-kali mengepal dan terlepas. Mendengar semua yang gadis itu ceritakan padanya bagai mendengar berbagai kabar buruk yang digulung menjadi satu kemudian dipaksakan masuk ke dalam kepalanya yang menolak percaya.

Tim sudah pernah menduga kalau apa yang Black Water lakukan pada gadis itu merupakan sesuatu yang tidak terbayangkan, seperti merenggut nyawa seseorang yang dia sayangi atau mengambil sesuatu yang berharga darinya. Tapi, dia tidak pernah mengira bahwa sejak awal yang mereka lakukan adalah menghapus semua ingatan yang gadis itu miliki, membuat dia melupakan semua hal yang berharga baginya juga melupakan dirinya sendiri. Dan menurutnya, tidak tahu siapa yang menyayanginya adalah sama buruknya dari kehilangan seseorang.

"Itu ... awal dari segalanya?" Tim hanya bisa bertanya demikian dengan suara yang gemetar.

Vendetta mengangguk kecil, kemudian dia melanjutkan cerita tentang dirinya yang diajarkan menggunakan kekuatan yang dia miliki. Tidak hanya itu, dia juga diajari cara untuk membunuh menggunakan senjatanya, bertarung menggunakan kekuatannya, serta menghapus semua jejak seolah dia tidak pernah ada di sana. Ketika Shawan berkata kalau dirinya sudah lebih dari siap, 'permintaan' mulai berdatangan. Permintaan untuk mengeliminasi orang-orang yang wajahnya tercetak di foto dan namanya tertulis di berkas. Dia tidak mengerti kenapa dia harus melakukan ini, tapi wanita itu berkata kalau orang yang harus dia bunuh adalah orang jahat, dan jika dia berhasil melakukannya, maka orang-orang tidak akan berhenti berterima kasih padanya.

"Dan, ada eksperimen juga."

Latihan semakin menggila, semakin melelahkan, tidak ada waktu untuk beristirahat. Tapi gadis bermata emas itu suka menjadi kuat, dia ingin menjadi yang terkuat, dan dia senang ketika Shawn berkata kalau dia punya potensi lain yang sangat berharga. Wanita itu bilang kalau dia bisa menjadi tidak terkalahkan, kalau tidak ada satu pun senjata yang bisa melukainya jika dia melukai dirinya sendiri lebih dulu dan membiasakannya. Mulai saat itu, setiap harinya, mereka akan menembaknya dengan pistol, mengirisnya dengan pisau, atau menusuknya dengan pedang, sengaja menciptakan luka untuk menguji seberapa cepat dia sembuh dan mengukur seberapa dekat dia mencapai potensi yang mereka inginkan. Rasanya teramat sakit, seolah hampir mati, tapi wanita itu tidak pernah berhenti meskipun dia memohon.

Napas Tim tercekat, dadanya seakan dihantam sesuatu dengan sangat keras. Mendengar semua yang Vendetta ceritakan membuat perutnya melilit dan terasa mual, nyaris memuntahkan apa yang baru saja dia makan tadi siang. Menekuni pekerjaan yang berbahaya seperti vigilante, dia tentu pernah berada dalam situasi genting dan tertembak pihak musuh yang memegang senjata. Mungkin tidak separah yang gadis itu alami, tapi rasanya tetap tidak terbayangkan.

"Kau ..." baik-baik saja? Tim menelan ludah, mengurungkan pertanyaan itu. Ada sesuatu yang membuatnya tidak kalah penasaran sekarang. "Kau ... terlihat biasa saja, kenapa?" tanyanya.

Vendetta tersenyum, matanya sampai terpejam, tapi yang ada di bibirnya adalah senyum sinis. "Itu terjadi empat tahun yang lalu, sudah lama sekali. Tidak apa-apa, ada yang membantuku dengan hal itu. Aku baik-baik saja," jawabnya seolah dia tahu pertanyaan yang Tim urungkan.

Siapa? Tim membatin, tapi dia tidak menyuarakannya. "Ini gila." Hanya itu yang dia ucapkan.

"Aku tidak menceritakan ini agar kau bisa bertanya tentang perasaanku atau reaksiku, aku menceritakan ini agar kau tahu seberapa buruknya mereka," ucap gadis itu. Dia bergerak di kursi, senyumnya hilang, nada bicaranya menajam. Baginya, tidak ada waktu untuk dikasihani.

Robin: VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang