15 The Blackest Water

16 3 0
                                    

"Aku ingin kalian tidak membiarkan mereka melakukan itu lagi padanya."

Saat itu, malam yang dingin dan gelap di sudut Gotham. Langit tampak suram, cahaya bintang-bintang mengintip malu dari balik awan tebal yang gelap. Lampu jalanan berkedip, menambah suasana misterius dan mencekam di sekitar. Suara mobil yang terkadang berlalu lalang, gemerisik dari sesuatu yang terdengar samar dan tidak diketahui, serta langkah kaki gusar menjadi latar belakang yang sudah biasa bagi penduduknya.

Gotham bukan tempat yang aman. Kota ini penuh berbagai tindak kriminal yang bisa ditemukan di setiap sisinya. Kejahatan tidak pernah tidur, bahkan ketika bulan bersinar terang di langit. Kebanyakan orang akan lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah pada malam hari, menutup pintu dan jendela rapat-rapat bagaikan tidak ada hari esok, kemudian tidur setengah nyaman dengan pistol yang tersimpan baik-baik di nakas.

Di sebuah gang terpencil, seorang anak kecil berdiri sendirian. Matanya yang berwarna emas bagaikan satu-satunya bintang yang bercahaya terang di tengahnya malam. Dia terdiam di sana, tidak mengatakan apa pun. Usianya mungkin tidak lebih dari sepuluh tahun. Dia masih sangat muda, masih banyak hal yang tidak dia ketahui tentang dunia yang keras dan kejam, sisi tergelap dari Gotham tidak pernah terbesit dalam pikirannya. Di salah satu tangannya yang mungil, dia menggenggam sebuah belati, ujungnya yang tajam berkilauan terkena cahaya.

Anak kecil itu memainkan belati tersebut dengan cukup lihai. Memutar, melempar, dan menangkapnya berulang kali dalam telapak tangan. Tidak ada yang tahu kalau dia pernah menyentuh benda berbahaya seperti itu sebelumnya, dan kalau orang tuanya tahu, mungkin dia akan dimarahi. Itulah kenapa dia berada di sini sendirian. Bisa dibilang, ini adalah tempat rahasianya. Tempat di mana dia bebas menunjukkan sisi dirinya yang berbeda dari orang lain, tempat di mana dia bisa melakukan apa yang dia ingin lakukan dengan 'sesuatu' yang dia miliki.

Tidak ada seorang pun yang pernah tahu kalau dia ada di sana. Dia tidak pernah memberitahu siapa-siapa, dia juga selalu berhati-hati tiap kali dia datang ke sini, memastikan tidak ada seorang pun yang mengawasinya. Seharusnya begitu, seharusnya tidak ada yang tahu. Tapi, detik itu juga dia dapat mendengar sesuatu yang mendekat ke arah tempat rahasianya.

Itu adalah suara mobil yang datang. Dari ujung matanya, dia dapat melihat sebuah mobil berwarna hitam metalik berhenti di bagian ujung gang. Suara mesinnya yang halus terdengar jelas dikeheningan malam. Mobil tersebut tampak sangat mewah, kontras sekali dengan suasana sekitar yang tampak agak kumuh dan berantakan, seolah-olah mobil tersebut berasal dari dunia yang berbeda. Menyadari hal tersebut, anak kecil itu cepat-cepat bersembunyi di balik tumpukan kotak penuh rongsokan yang bahkan tidak cukup untuk menyembunyikan seluruh tubuhnya. Dia mengintip, memperhatikan tanpa satu pun suara.

Tidak lama kemudian, pintu bagian belakang mobil terbuka, seorang wanita muncul dari dalam sana dengan gerak tubuh yang anggun. Wanita itu mungkin berusia sekitar pertengahan dua puluh tahunan, wajahnya tidak terlalu terlihat jelas. Rambut panjangnya yang berwarna ungu gelap dengan gradasi putih di bagian bawah berayun lembut seiring dia melangkahkan kaki. Dia mengenakan mantel hitam dan kemeja putih lengan panjang. Kemeja tersebut tampak sangat pas di tubuhnya yang ramping, dimasukkan ke dalam celana berwarna abu-abu yang dibalut sebuah sabuk berwarna senada dengan rambutnya. Dia juga mengenakan sarung tangan kulit berwarna hitam dan kalung bunga lily berwarna putih pucat di leher.

Seraya wanita itu berjalan, ada dua pria berjas hitam yang mengikuti di belakangnya. Mereka memegang dua buah payung, menaungi wanita tersebut entah dari apa. Mungkin debu yang bertebaran atau mungkin hal lainnya, wajar saja kalau orang yang terlihat kaya dan berkelas sepertinya tidak ingin kotor. Sementara itu, di belakang mereka ada seorang wanita lainnya. Wajahnya ditutupi oleh sebuah masker berbentuk aneh. Desainnya menyerupai wajah oni---iblis---dengan dua gigi taring besar yang menonjol keluar dari sisi mulut masker. Bukan payung seperti yang dua pria tersebut pegang, di tangannya justru ada sebuah tameng.

Robin: VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang