22 The Real Crisis

6 2 0
                                    

Semenjak secarik kertas itu dikirim ke kamarnya dengan misterius, tanpa meninggalkan satu pun jejak, ada kemungkinan kalau rumahnya telah disadap. Telinga Black Water bisa ada di mana-mana, mendengarkan setiap kata yang diucapkannya dari segala sisi, bahkan dengan suara paling lirih sekalipun. Vendetta harus sangat berhati-hati, organisasi itu tidak pernah main-main. Sehabis melarikan diri dari Batcave, dia tidak kembali ke sana. Dia meninggalkan barang-barangnya begitu saja dan pergi ke tempat yang lebih aman, apartemen temannya.

"Kau bilang kau akan melakukan sesuatu yang jauh lebih gila lagi! Apa itu akan seperti: bang bang!? Atau boom boom!? Atau piu piu!? Menurutku, piu piu terdengar seru! Bukankah begitu!?"

Harley berkata dengan mulut penuh popcorn, beberapa remahan popcorn berjatuhan dari mulutnya. Kedua tangan wanita itu membentuk pistol yang dia tembakkan dengan dramatis seolah itu adalah pistol sungguhan, menirukan adegan yang pernah dia lihat secara langsung di depan mata. Film dokumentasi kriminal membosankan yang ditayangkan di televisi diabaikan begitu saja, dia jauh lebih tertarik pada rencana gadis bermata emas yang lebih muda darinya.

Vendetta mengusap wajah, menghela napas melihat kelakuannya. Meskipun Harley berusia di atasnya, wanita itu bersikap kekanakkan. "Ya, itu bagian dari rencana. Mungkin semuanya," katanya. Meskipun begitu, dia tetap meladeni---dan mentolerir---ocehannya.

Walaupun apartemen Harley tidak senyaman rumahnya dan tampak berantakan hingga susah melangkah dan membuat geleng-geleng kepala, setidaknya gadis itu mendapat tempat baru yang aman untuk sementara waktu. Dia bisa tinggal di sini sampai rencananya tersusun dengan sempurna lalu mulai bergerak begitu persiapan balas dendamnya telah selesai. Dia tidak butuh tempat yang bagus untuk menjalankan aksi, yang dia butuhkan hanyalah otak yang bekerja memikirkan cara yang tepat untuk mengajak orang yang sudah tersusun dalam kepalanya.

"Semuanya!? Seru! Seru!" Harley memekik senang, kemudian dia meraup sekepal popcorn.

Vendetta dan Harley bertemu beberapa waktu lalu di tengah malam Gotham yang ramai. Keduanya berteman begitu saja---atau lebih tepatnya, Harley berteman begitu saja dengan Vendetta. Alasannya sederhana, karena Harley suka dengan kostum yang gadis itu kenakan. Rompi dengan kombinasi celana pendek high waist. Unik, berbeda dengan kebanyakan kostum superhero atau vigilante atau bahkan villain yang pernah dia temui sebelumnya. Itu cocok sekali dengan selera fashionnya, jadi dia secara otomatis ingin berteman dengan gadis mata emas itu.

Asalkan Harley tidak membocorkan identitas dan keberadaannya---yang entah bagaimana dia berhasil melakukannya sampai sekarang meskipun dia adalah wanita yang banyak omong dan gemar mengatakan segala hal yang ada dalam pikirannya---Vendetta tidak keberatan berteman dengannya. Lagipula, daripada terus sendirian, dia lebih memilih untuk memiliki seseorang di sisinya, terutama setelah orang terakhir berpisah dengannya. Dan di sinilah mereka sekarang.

"Aku tidak bisa kembali ke gedung itu lagi," ucap Vendetta. Dia mengetuk dagunya dengan jari, menunjukkan kalau dia sedang berpikir keras. "Batman dan yang lain sudah tahu kalau Black Water bermarkas di sana. Tentunya, Black Water pun tidak akan bergerak sesuka mereka."

Harley mengangguk. Dia tahu. Dia tahu hampir segala rencana milik gadis itu karena sejak awal, dialah orang yang membantunya. Tapi, ada sedikit perasaan tidak enak yang dia rasakan dalam hatinya. Pikirannya terbawa ke beberapa hari lalu, ketika Batman dan Robin mendatanginya. Wanita itu mungkin hanya memberitahu sedikit informasi tentang Black Water pada mereka, tapi dia tidak menyangka mereka bisa mengetahui markas Black Water hanya bermodalkan secuil informasi tersebut. Kalau urusan kepintaran, Batman dan Robin memang mengerikan.

"Hey, V," panggil Harley, membuat sang pemilik nama menoleh ke arahnya dengan alis yang terangkat. "Maaf kalau tempatku menjijikkan, tapi hanya tempat ini yang kupunya," katanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Robin: VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang