Suasana Batcave terasa menegangkan sekarang. Belum ada satu pun yang buka bicara sejak terakhir kali Dick mencoba mencairkan suasana---meskipun tidak berhasil. Kini mereka sedang sibuk dengan pemikiran masing-masing, mempertimbangkan tentang perbedaan pendapat yang terjadi di antara mereka, membuatnya terbagi menjadi dua belah pihak. Tim bungkam, dia menghindari tatapan Damian, atau mungkin tatapan semua orang yang ada di sekitarnya. Setiap detiknya, dia semakin merasa kalau dia memang terdengar tidak masuk akal dan konyol, tapi itu tidak akan pernah menghentikannya untuk mempercayai apa yang dia percaya.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan?" Dick membuka suara, memecah keheningan.
Belum ada satu pun yang kunjung menjawab, sampai akhirnya Bruce menggerakkan tangan kekarnya untuk menggeser sesuatu, membuat hologram besar yang terpampang jelas di hadapan mereka bergeser, menampilkan beberapa informasi yang telah mereka kumpulkan dari berbagai sumber mengenai Black Water ataupun Vendetta.
Tentang gadis itu, mereka hanya memiliki informasi tentang bagaimana penampilannya, kejahatan yang dia lakukan, kekuatan super, serta analisis titik lemah kekuatan supernya yang masih ditelusuri. Sedangkan tentang Black Water, ada beberapa lembar kertas yang ditemukan oleh Tim, data orang-orang yang dicurigai sebagai anggota, barang bukti yang ditemukan seperti racun yang empat pria itu gunakan untuk bunuh diri, serta sebuah lokasi yang diduga sebagai target selanjutnya. Selain hal tersebut, semua yang mereka miliki masih abu-abu.
"Untuk sekarang, kita putuskan kalau Black Water juga berpotensi jadi ancaman besar, dan tentang gadis itu, kita harus tetap menangkapnya. Terserah apakah dia benar-benar musuh kita atau bukan. Apa yang telah dia lakukan membuat kita tidak bisa membiarkannya begitu saja, dia harus tahu apa konsekuensi dari perbuatannya," ucapnya dengan suara tegas.
Semuanya masih terdiam. Kalau Bruce sudah berkata seperti itu, maka keputusan sudah bulat dan kemungkinan besar tidak bisa diganggu gugat. Sebagai mentor sekaligus sosok ayah bagi mereka, pria itu memiliki kekuasaan tertinggi sekaligus penengah kalau ada yang berselisih dalam keluarga. Dia lebih banyak tahu dan berpengalaman dibanding mereka, dia melihat dari berbagai sudut pandang. Entah itu dirinya sendiri, Tim, Damian, atau bahkan seluruh dunia. Perannya sebagai The Dark Knight yang melindungi Gotham selama puluhan tahun tentu saja bukanlah sebuah isapan jempol belaka, dia sama sekali tidak bisa diremehkan.
Bruce menoleh pada Tim. "Maafkan aku, Tim. Aku tahu apa yang kau coba katakan. Tapi dia sudah membunuh banyak orang sendirian, hanya dalam selang waktu satu atau dua hari. Kita tidak bisa mengambil resiko apa pun atau membiarkan dia melakukan itu lagi," ujarnya.
Lidah Tim terasa kelu. Dia tidak sanggup mengatakan apa pun selama beberapa saat, dia juga tidak lagi membantah, seolah ada sesuatu yang menggumpal di kerongkongannya. Semua yang Bruce katakan tidak salah---tidak, segala pendapat yang dia dengar sampai saat ini tidak ada satu pun yang salah. Pendapat yang mereka miliki memang bertolak belakang, tapi berbeda bukan berarti salah. Akhirnya dia pun menghela napas berat, lalu menggelengkan kepala.
"Tidak, harusnya aku yang minta maaf, Bruce. Aku mengerti," ujarnya pelan, ekspresinya lesu.
Tim mengerti, dia sungguh mengerti. Orang waras mana pun pasti akan berpikiran seperti Bruce dan Damian, atau bahkan Dick---dia yakin kalau laki-laki itu juga berada di pihak yang sama dengan mereka berdua. Ini bukan keadaan yang mudah, dia tidak menginginkannya.
"Tapi, kita bisa coba bicara dengannya dulu. Negosiasi."
Mendengar hal tersebut, Tim yang semula menundukkan kepala kini sontak mendongak dan menoleh ke arah Bruce. Mata birunya melebar, menatap pria itu dengan pandangan terkejut campur heran, seolah meminta penjelasan tentang apa yang baru saja dia katakan.
"Dibanding menyerangnya langsung seperti waktu itu, kita bisa coba negosiasi dengannya. Mungkin itu lebih efektif." Bruce berkata dengan nada suara yang mantap. "Kalau dia masih waras, dia akan menyempatkan waktu untuk mendengarkan kalau dia tidak bisa seenaknya. Ini tidak beresiko besar, dan kalaupun dia tidak mendengarkan, kita tidak akan rugi apa pun. Menyerangnya seperti waktu itu justru membuat kerusakan tambahan yang tidak perlu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Robin: Vendetta
FanfictionBagi penjahat, menyelamatkan vigilante bukan hal yang bagus. Bagi vigilante, tertarik dengan penjahat juga bukan hal yang bagus. Tim tertangkap, tidak ada jalan keluar, dan satu-satunya orang yang datang untuk menolongnya adalah seorang gadis yang...