Tenang, Safira.

5.5K 222 0
                                    

Ayu dan Safira saling menautkan tangan sebelum memasuki ruangan ustadzah Nadia. "Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam, ada perlu apa?"

"Afwan ustadzah saya dan Safira izin membeli kebutuhan kami di warung depan pesantren." Ucap Ayu kepada ustadzah Nadia.

"Saya izinkan, tapi setelah kegiatan selesai ya kalau saya tidak ada disini kalian bisa langsung mengisi surat izin keluar."

"Terimakasih ustadzah, Assalamu'alaikum." Pamit Ayu dan Safira bersamaan.

"Waalaikumsalam."

Jum'at bersih, hari ini seluruh santri sudah memakai baju olahraga yang di sediakan pesantren. Setelah melakukan senam pagi mereka segera bergelut dengan alat kebersihan mereka masing-masing.

"Kita nyapu depan pesantren yuk!" Ajak Diah.

"Panas ah, mending di dalem aja." Protes Ayu

"Tapi kalau bukan kita siapa lagi? kebanyakan pada bersih² di dalem pesantren." Timpal Aisya.

Ayu menghala nafas, 3 lawan 1 dirinya kalah suara. "Yaudah ayok biar kita cepat selesai" Putus Ayu.

Safira dan Diah mencabuti rumput sementara Ayu dan Aisya menyapu daun-daun kering. Cuaca terik membuat ke empat gadis itu dipenuhi keringat.

Sudah hampir tiga jam mereka membersihkan area pesantren.

Dari kejauhan terlihat ustad Ali berjalan di tengah lapangan sambil membawa pengeras suara. "Bagi yang sudah selesai harap masuk kedalam pesantren sekarang juga akan diberi waktu satu jam untuk istirahat, mandi, dan makan."

"Baik pak ustad." Jawab seluruh santri kompak.

"Safira ayo cepetan biar waktu istirahat kita lebih banyak." Ucap Ayu mengingatkan kembali bahwa mereka akan membeli beberapa keperluan nya.

Aisya meletakkan alat kebersihannya kemudian menghampiri Safira dan Ayu. "Kalian mau kemana?"

"Ke warung depan Sya, bentar doang kita mau beli itu....."

Aisya yang paham hanya menganggukkan kepalanya.

Sesampainya di warung mereka segera membeli perlengkapan bulanan perempuan, Ayu sengaja mengambil lebih banyak agar tidak bolak balik untuk membelinya. Setelah dirasa cukup mereka segera kembali ke pesantren untuk melanjutkan aktifitas mereka sebagai santri.

Diperjalanan mereka sedikit mempercepat langkah. Namun tiba-tiba saja langkahnya di hadang oleh segerombolan orang menggunakan motor.

"Hallo sayang"

Safira mengangkat kepalanya. Matanya membulat ketika mengetahui siapa yang memanggilnya. "Re-reyhan?" Ucap Safira terbata-bata melihat laki-laki yang sudah merusak hidupnya datang bersama segerombolan temannya.

"Ayo ikut gua, bitch." Ucap Reyhan seraya turun dari motornya.

Safira masih terdiam ditempatnya, air mata yang ia tahan kini sudah membasahi pipi chubby nya. "ngga, nggaaa, engga Rey aku gamau"

Ayu menatap Safira ketakutan segera memeluk tubuh sahabatnya itu. "kalian siapa?!" bentak Ayu.

"Owh shit gua takut banget bro, gilaaa!" Ucap Reyhan di iringi gelak tawa bersama teman-temannya.

"KALIAN JANGAN MACEM-MACEM YA!!!" Tanya Ayu sedikit meninggikan nadanya.

Reyhan tersenyum sinis. "Lo mau aja sih berteman sama pelac*r berkedok muka polos kayak dia."

Reyhan melangkahkan kakinya membuat tubuh Safira bergetar hebat. Reyhan menarik lengan Safira dengan kuat. "Minggir lo perempuan sok alim, Safira punya gue dan akan selalu jadi punya gue!"

Ayu terkejut ketika melihat Reyhan memperlakukan sahabatnya dengan kasar. "Rey lepasin" Lirih Safira.

Tak menunggu waktu lama Ayu menggunakan kesempatan untuk berlari menuju pesantren. Bukan bermaksud untuk meninggalkan Safira hanya saja Ayu ingin meminta bantuan.

Safira semakin terisak melihat Ayu meninggalkan dirinya. "Rey..... aku mau memperbaiki diri aku tolong lepasin, le-lepasin aku Rey." Ucap Safira sedikit memejamkan matanya menahan sakit akibat cengkraman kuat tangan Reyhan di lengan nya.

"Rey ayo kita saling memperbaiki diri. Ambil langkah kita masing-masing, kita lupain semua yang pernah terjadi sama kita dimasa lalu Rey..... aku mohon."

Reyhan menghempaskan tubuh Safira hingga kepalanya terbentur aspal. "LEPASIN? lo minta di lepasin? yang bener aja gua belum ngerasain tubuh lo bitch."

"HENTIKAN" Teriak Afnan yang datang bersama beberapa santri, ustad dan ustadzah. "Saya sudah menelfon polisi, sebentar lagi mereka datang. Kalian jangan membuat ulah di area sekitar pesantren."

"Wuihhhh bos, ada pahlawan kesiangan nih." Ucap salah satu teman Reyhan.

Afnan berjalan menghampiri Safira dan membantunya untuk berdiri. Afnan dapat merasakan bahwa gadis dihadapannya ini sedang ketakutan.

"Hei kamu gapapa?" Tanya Afnan.

Reflek, Safira memeluk erat tubuh Afnan. "Sa-saya takut." Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Safira.

Afnan yang terkejut mendapatkan sebuah pelukan dari Safira. Dirinya mencoba menjauhkan tubuhnya namun Safira justru semakin mengeratkan pelukannya. Pemandangan tersebut tak luput dari perhatian orang-orang yang ada di sana. Ada pula beberapa warga bahkan kiyai Husein ikut terkejut melihat Afnan bersentuhan dengan wanita yang bukan mahramnya.

"Tenang, Safira." Nalurinya mengusap lembut punggung Safira untuk menyalurkan rasa aman.

Reyhan mengepalkan kedua tangannya. saat ingin menghampiri Safira sebuah mobil polisi datang membuat seluruh teman-temannya kabur mau tak mau dirinya ikut melarikan diri.

Setelah melihat Reyhan bersama teman-temannya pergi, Afnan perlahan melepaskan pelukannya. Ayu, Aisya, Diah segera mengambil alih tubuh Safira yang berada dipelukan gus Afnan kemudian membawanya ke ruang kesehatan pesantren atau bisa di sebut dengan UKS.

Ketika Anjani mendapatkan kabar dari Afnan ia segera meluncur ke pesantren untuk mengecek keadaan Safira. Sesampainya di sana Anjani mendapati Safira tergeletak lemas di ruangan kesehatan pesantren

"Assalamualaikum" Ucap Anjani.

"Waalaikumsalam" Jawab Diah.

Anjani tersenyum hangat, Ia melihat kebingungan di wajah Diah. "Saya kakaknya, kamu bisa kembali ke asrama dan beristirahat biar saya yang jagain Safira. Terimakasih yaaa"

"Baik kak, Saya permisi dulu." Pamit Diah. Anjani hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Anjani mengusap wajah Safira dengan lembut. Sungguh malang sekali nasib adik perempuan nya ini.

Disisi lain Afnan termenung di depan ndalem. Pikirannya melayang pada kejadian tadi siang. Afnan yang sempat tersenyum mengalihkan pikirannya. "Astaghfirullahalazim...."

"Nak...." Panggil kiyai Husein.

"Iya abi? ada apa?"

"Abi mau berbicara serius dengan kamu, Afnan."

•••

hayooo, kira-kira kiyai Husein mau ngomong apa yaaaa?

jangan lupa votenya yaaa
makasihhh !!!!

sehangat cinta gus afnan [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang