Dia Kemana?

5.8K 224 6
                                    

Afnan memijat pelipisnya yang terasa pening. Tangannya terulur untuk mengambil kertas kecil yang terselip pada amplop coklat tersebut.

  Untukmu, lelaki yang telah menjadi imam ku.

Mas, terimakasih untuk perhatian dan kasih sayang yang sudah kamu berikan. Terimakasih telah menjadikan ku sebagai wanita yang paling beruntung. Kamu tau ngga? Selain memeluk agama islam, Kamu adalah anugerah terbesar dalam hidup aku mas. Tapi mungkin Allah berkehendak lain untuk hidup kita.

Mas, untuk menandatangani surat perceraian kita ga semudah itu. Jujur sangat berat sekali. Tapi aku ga punya pilihan lain mas, umi adalah ibu kamu dan sampai kapan pun kamu harus selalu taat dengan beliau. Kamu jangan sekali-kali salahin umi ya? Aku pergi karna memang pilihan aku sendiri mas.

Jangan cari aku, lanjutkan hidup kamu. Aku pamit ya mas, kamu jaga kesehatan. Oh iyaaa bahagia selalu dengan Nabila.

Mas, sampaikan salam ku kepada Kiyai Husein, Umi Maryam, Habibah, Diah, Ayu, Aisya dan mbak Anjani. maaf aku ga bisa pamitan langsung dengan mereka.

Tunggu-tunggu, mas jangan nangis lo yaaa, nanti jadi tambah tuaaa! sudah yaa? sekian dari aku. I love you zauji ku.

Salam hangat,

Safira Syakiella.


"Mas? Mas kok nangis? Isi suratnya apa mas?" Tanya Habibah ketika melihat Afnan mengeluarkan air matanya.

Seakan paham kiyai Husein segera memeluk putranya itu.

Afnan menggelengkan kepalanya. "Afnan mencintai Safira bi, dia kemana?"

"Nan, tenang kan diri kamu dulu. Kita cari bareng-bareng yaa? Habibah coba kamu hubungi nak Anjani" Perintah Kiyai Husein.

"Baik abi"

Penampilan Afnan terlihat berantakan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Kiyai Husein prihatin melihat kondisi afnan saat ini jujur saja ini kali pertama Kiyai Husein melihat  putranya sehancur ini.

"Abi, Mbak Anjani juga gatau dimana mbak fira. Mbak Anjani juga otw kesini abi." Ucap Habibah membuat Afnan semakin lemas.

Kiyai Husein memegang bahu Afnan. "Ayo kita masuk dulu sambil menunggu nak Anjani datang"

Setelah mendapat kabar bahwa Safira pergi Anjani segera berangkat ke pesantren. Anjani pun khawatir dengan keadaan Safira.

Kepingan ingatan Afnan kembali pada pertama kali ia menemukan Safira yang tergeletak lemas penuh dengan darah. Baru ia sadari ada sebuah desiran di dalam hatinya. Bahkan Afnan sempat mengartikan perasaan nya hanya sebatas kasihan namun nyatanya ada perasaan lain yang tidak bisa di artikan oleh Afnan.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

"Afnan gimana Safira? Udah ketemu?" Tanya Anjani sambil memberi salam kepada Kiyai Husein dan umi Maryam.

Afnan menggeleng lemas, rasanya ia tidak ada tenaga untuk menjawab pertanyaan singkat dari Anjani.

"Nan, lo ga boleh kayak gini. Lo harus semangat buat nyari Fira." Ucap Anjani namun tetap saja Afnan hanya memberi sebuah anggukan.

•••

Sudah genap satu minggu kepergian Safira. Sementara kondisi Afnan semakin memburuk. Pekerjaan yang terbengkalai, muka yang masam dan terlihat lesu.

Maryam memasuki kamar Afnan. "Nan, ceraikan saja istri kamu, untuk apa kamu menahan dia? Umi kasihan dengan kamu jika kamu harus menanggung dosanya nak."

Afnan bangkit berdiri. "Saya tidak akan pernah menceraikan Safira umi. Allah Maha adil. Saya akan membimbing istri saya dan mengajak dia melangkah bersama menuju ke surga-Nya. Namun, apabila memang benar adanya saya ikhlas jika harus menanggung seluruh dosa istri saya." Ucap Afnan dengan lantang.

Maryam menggelengkan kepalanya. "Kenapa kamu jadi berani melawan umi?"

"Umi, umi adalah ibu Afnan dan selama-lamanya Afnan akan menuruti keinginan umi asalkan keinginan umi baik. Tapi sekarang sudah beda kondisinya umi, biarkan Afnan menjadikan istrinya sebagai prioritas." Ucap Kiyai Husein.

"Tapi mau sampai kapan Afnan seperti ini abi? Toh Safira hilang entah kemana. Bisa aja dia pergi dengan laki-laki itu"

"Astagfirullahaladzim umi, sudah sudah. Afnan maafkan umi mu yaa, sekarang kamu istirahat dulu. Habibah antarkan Afnan ke kamar buat kan mas mu teh hangat." Perintah Kiyai Husein.

Saat memasuki kamar Afnan kembali teringat dengan kenangan-kenangan bersama Safira. "Kamu pergi kemana humairahku?" Lirih Afnan.

•••

Hallooo, maaf sedikit dulu yaaaa...
ngomong-ngomong cerita ini bakalan hadir dalam versi cetak tentunya aku usahakan lebih baik dari versi wp nya.



sehangat cinta gus afnan [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang