Apakah Seorang Pendosa Tidak Berhak Bahagia?

6.7K 229 3
                                    

Afnan mengusap lembut pipi Safira berniat membangunkan istrinya untuk melaksanakan shalat subuh.

"Dek bangun, ayo kita shalat subuh dulu" Panggil Afnan dengan suaranya yang lembut.

Safira mengerjapkan matanya. "Kok udah pagi aja sihhh?"

"Udah sayang, kamu mau shalat di rumah atau di mushola?"

"Di mushola aja ishh biar kayak biasanya"

Afnan tersenyum. "Yaudah ayok."

Keduanya pun bersiap untuk melaksanakan shalat subuh di mushola.

"Abi umi, lihat deh pengantin baru mah emang beda ya gandengan mulu." Ledek Habibah ketika melihat Afnan dan Safira keluar dari kamarnya.

"Ya bagus dong nak, kamu tuh kapan nyusul mas Afnan" Jawab Maryam sambil menyentil hidung Habibah.

"Umiiii, Habibah tuh masih kecil masa disuruh nikah" Kesal Habibah mengingat bahwa tahun ini umurnya masih menginjak dua puluh tahun.

"Kalo kamu kecil terus aku apa? Embrio?" Sahut Safira.

"Eh iya juga yaaa mbak kamu masih umur delapan belas tahun hehehe"

"Lucu kan istri mas? Masih kecil" Bangga Afnan pada Habibah yang hanya mendapat tatapan geli dari adiknya itu.

"Sudah-sudah, ayo segera berangkat." Ajak Kiyai Husein.

Setelah melaksanakan shalat subuh seperti biasa kegiatan para santri adalah menyetorkan hafalan. Sementara Safira menunggu sang suami yang sedang menagih setoran hafalan para santri.

"RAAAA" Teriak Aisya sambil berlari menghampiri Safira.

"Aaaaaa aku kangen banget sama kalian. Padahal baru kemarin ga ketemu" Balas Safira

Diah memeluk tubuh Safira "Kita juga kangen banget sama kamuuuu, maaf ya kemarin kita ga bisa nemenin kamu sampe malem soalnya kan kita tetep harus ikut aturan pesantren"

Safira membalas pelukan ketiga sahabatnya. "Iya aku paham kok"

"Eh gimana nih malam pertamanya" Goda Ayu.

"Apasih Ayuuuu, ngga ada apa-apa lah"

Mereka bertiga pun membicarakan banyak hal. Sampai akhirnya...

"Hai girl's"

"Difa?" Kaget Safira.

Difa mendekatkan tubuhnya pada Safira. "Hai, pelacur"

"Maksud kamu apa ya, jaga ucapan kamu" Sahut Aisya.

"Lah? kan bener kata gue dia ini pelacur. Sekali pelacur mah pelacur aja meskipun penampilan lo berubah kayak gini." Beo Difa tak mau kalah.

"Kamu ngapain disini Dif?" Balas Safira dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Pikirannya kembali saat ia melakukan kesalahannya dulu.

"Ini tempat umum, so terserah gue dong"

"Sayang, Ayo kita balik ke ndalem nanti keburu siang" Ucap Afnan sambil merangkul bahu Safira

"Wowww sayang? Di pesantren boleh pacaran emang?" Tanya Difa sedikit meremehkan.

"Dia istri saya"

Jawaban Afnan membuat Difa membulatkan matanya. "What? seorang pelacur kayak dia?"

"Cukup Dif" Lirih Safira.

"Kenapa? Lo ga boleh buta fakta kalo lo itu perempuan murahan, mau penampilan lo berubah kayak gimanapun—" Difa mendekat bibirnya ke telinga Safira "Kalo emang pelacur ya pelacur aja" Sambungnya.

sehangat cinta gus afnan [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang