Rencana Pernikahan

5.8K 222 3
                                    

Saat ini Safira dan Afnan berhadapan dengan Kiyai Husein, Maryam serta Anjani. Afnan mencoba menceritakan semua kejadian yang menimpa Safira sehingga membuat dirinya tidak bisa mengendalikan emosi. Bukannya marah Maryam justru beradu tatap sambil tersenyum jahil bersama Anjani.

"Umi kenapa malah senyum-senyum gitu?" Selidik Afnan.

"Nak, perasaan kamu sudah benar namun tentu saja tindakan kamu salah." Jawab Maryam sambil mengusap bahu Afnan.

Afnan berpindah posisi di depan Maryam seperti bersujud. "Ngapunten umi sampun ndamel umi kecewa. Afnan tidak bisa melihat calon istri Afnan di rendahkan seperti tadi."

Maryam tertawa kecil. "Calon istri? memangnya Safira sudah setuju menikah dengan kamu?"

Safira hanya menundukkan kepalanya. "Afwan Pak kiyai, Umi Maryam, kak Anjani. Safira tau ini bukan waktu yang tepat tapi apakah boleh Safira menjawab pertanyaan khitbah dari gus afnan kemarin?"

Maryam mengangguk. "Tentu nak."

"Bismillahirrahmanirrahim, Safira mau menikah dengan gus Afnan."

"Allhamdulilah." Ucap semua bersamaan. Afnan yang tadinya menunduk di depan Maryam kini fokusnya beralih pada Safira.

"Safira, saya memang bukan seorang laki-laki yang sempurna tapi degan ilmu agama yang saya miliki insyaallah saya akan berusaha untuk membawa kamu, dan anak-anak kita kelak menuju ke surga-Nya." Batin Afnan sambil menatap Safira yang terus menunduk sambil memainkan ujung jarinya.

"Afnan, seperti yang umi bilang tadi. Abi tidak pernah menyalahkan niat kamu karna niat kamu sangat baik tapi sangat disayangkan tindakan kamu salah besar nak. Seperti saat ini Safira masih menyetujui khitbah dari kamu bukan berarti dia sudah menjadi mahram kamu." Komentar Kiyai Husein yang mengundang tawa Maryam dan Anjani.

Seperti maling yang ketangkap basah Afnan segera mengalihkan pandangannya salah tingkah. "Abi!"

Anjani masih setia memeluk lengan safira hatinya merasa senang karna Safira dipertemukan dengan laki-laki seperti Afnan. Ia sangat yakin bahwa temannya itu akan menjadi imam yang baik untuk adiknya.

•••

Keesokan paginya seluruh santri melakukan kegiatan seperti biasanya belajar belajar belajar dan hafalan kegiatan mereka hanya berputar disitu-situ saja. Berbeda dengan Safira ia justru sedang menjalankan hukuman karna ketahuan keluar tanpa ijin tadi malam. Namun mau bagaimana lagi? Hukuman tetap hukuman karna memang salah dia sendiri sudah melanggar aturan pesantren.

Sudah hampir satu jam Safira menyapu seluruh penjuru pesantren namun tidak juga ia mendapati calon suaminya. Eh.... maksudnya gus Afnan.

"Alhamdulillah akhirnya selesai jugaaa." Lega Safira. Setelah selesai mengerjakan hukumannya ia memilih untuk kembali ke asrama putri untuk mengganti bajunya kemudian berlanjut mengikuti kelas hingga sore nanti.

Makan malam pun tiba, seluruh santri berbondong-bondong menuju kantin pesantren untuk mengambil jatah makan malamnya.

"Ngomong-ngomong kok aku ga ngeliat gus Afnan seharian ini ya padahal kan dia penyemangat kita" Celetuk Diah sambil menyantap makanannya.

"Diahhh, kamu lupa apa? gus Afnan kan ngajar di sekolah juga punya abi nya ning Bila, belum lagi dia punya bisnis lain." Bisik Ayu

"Iya sih ya.... bener-bener idaman banget deh andai aja aku jadi istrinya" Jawab Diah

Uhukk uhukk

"Kenapa raaaa?" Tanya Diah, Ayu, Aisya bersamaan.

Ayu menyodorkan segelas teh hangat miliknya. "Ini ra kamu minum dulu."

Disisi lain Afnan sengaja memasuki kantin pesantren bertujuan menemui pujaan hatinya. Setelah melihat keberadaan Safira ia bergegas untuk menghampiri Safira.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam gus Afnan" Jawab Diah, Ayu, Aisya bersamaan.

"Gus Afnan panjang umur nih baru aja di omongin langsung nongol orangnya" Bisik Ayu di telinga Diah.

Afnan mendengar perbincangan mereka namun ia hanya tersenyum sembari menatap fokus pada Safira. "Fira, besok ikut saya pergi ya? untuk fitting baju dengan Habibah... agar tidak timbul fitnah." Ucap lembut Gus Afnan. Tentu saja Sesampainya dikamar Safira langsung mendapatkan ribuan pertanyaan dari ketiga sahabatnya.

"Iya iyaaaa, kalian diem dulu biar aku jelasinnn. Jadi sebenernya aku mau menikah dengan gus afnan....."

"HAH?" Jawab Ayu dan Dayu bersamaan.

Sementara Aisya justru tersenyum sambil meluk Safira. "Alhamdulillah"

"Maaf ya aku baru ngasih tau kalian, InsyaAllah sebelum puasa kami akan melangsungkan akad."

"Malas, kabar sepenting ini kamu sembunyiin dari kita." Balas Dayu sambil merajuk.

"Dayuuu, Ayuuuu, udah dong kalian jangan marah giniii yang penting kan sekarang kalian udah tau..... ini baru kalian loh yang tauu."

"Bukannya gitu kita juga jadi ngerasa ga enak ke kamu kan kita sering ngehaluin gus Afnan." Timpal Ayu yang mendapat anggukan dari Diah.

Safira tersenyum sambil menggeleng. "Gapapa Ayuu, Diahhh, kan itu hak kaliannn."

Diah dan Ayu segera bergabung memeluk Safira dan Aisya.

"Apapun rencana baik kamu, semoga dimudahkan ya sama Allah ya raaa." Doa Aisya yang diaminkan oleh ketiga sahabatnya.

Hari semakin larut kini ke empat gadis itu sudah bergelut dengan dunia mimpinya. Mengingat bahwa besok pagi pesantren melakukan kegiatan piknik kecil-kecilan di bukit dekat pesantren.

Keesokan paginya setelah melakukan shalat subuh Semua santri bersiap dengan barang bawaannya masing-masing berbeda dengan Safira ia sedikit santai karna hari ini dirinya melakukan fitting baju dengan gus Afnan dan Habibah yang ber notabene calon adik ipar setelahnya baru mereka akan menyusul ke acara piknik pesantren.

"Kalian hati-hati yaaaa, nanti aku nyusul kok" Ucap Safira yang mendapat anggukan dari ketiga temannya.

"Assalamu'alaikum semua" Ucap Habibah.

"Wa'alaikumsalam"

"Maaf, aku pinjem mbak Safira nya dulu boleh kan?" Tanya Habibah sedikit malu-malu.

"Tentu boleh donggg" Jawab Aisya.

"Yaudah kita permisi dulu ya semuaaanyaa" Pamit Habibah dan Safira bersamaan.

Kabar pernikahan Afnan dan Safira sudah tersebar ke seluruh penjuru pesantren tak sedikit yang menyalahkan Safira sebagai alasan gagalnya pernikahan Afnan dan Nabila.

Bahkan saat Safira dan Habibah berjalan menuju ndalem tidak sengaja mereka mendengar desas desus yang tak sedap.

Habibah mengeratkan rangkulan tangannya pada lengan Safira. "Mbak yang sabar yaa... mereka cuman orang-orang yang bisa ngejudge jelek tentang mbak tanpa tau gimana ceritanya aslinyaa"

Safira hanya tersenyum sambil mengangguk kecil. Mau bagaimana lagi? Bahkan sampai sekarang dirinya sendiri tidak tau kenapa pernikahan Afnan dan Nabila batal. Dan kenapa Afnan malah menikahinya? Kalau dibandingkan dengan Nabila dirinya sangat kalah jauh Nabila perempuan keturunan Arab, seorang ning, berpendidikan tinggi, lemah lembut, ramah, solehah sementara Safira? Dia hanya wanita biasa yang baru memeluk agama islam. Entah mengapa rasa percaya diri Safira menurun drastis saat ini.

•••

Hallouuu pada nungguin ya? hahahaha jangan lupa pencet bintang yang ada di kiri bawah yaaa makasiiii

sehangat cinta gus afnan [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang