"Selamat pagi kesayangan baba." Sapa Afnan sambil mengecup dahi Alya dan Safira secara bergantian.
"Pagi juga baba." Ucap Safira sambil mengelus pipi Alya.
"Mas berangkat ke masjid dulu ya dek?"
"Emm hati-hati mas, aku gapapa kan shalat dirumah?" Tanya Safira sambil menggendong Alya yang terus merengek.
Afnan tersenyum kecil. "Tentu saja boleh sayangku, karna seorang perempuan memang dianjurkan untuk melakukan kewajiban shalat di rumah."
Safira menganggukkan kepalanya. "Yaudah sana ih keburu terlambat." Tak lupa Afnan memberikan kecupan singkat di dahi Safira.
Setelah Afnan pergi, Safira menidurkan Alya di kasur memberi bantal di sisi kanan dan kiri berjaga-jaga agar tidak glundung. "Sayangg, umma shalat subuh dulu yaaa?"
Selesai melaksanakan kewajibannya, Safira merapikan sajadah nya kemudian menggendong Alya yang sedikit rewel. Safira membawa Alya pergi di depan teras ndalem. "Tuh Alya lihat masih gelap sayang. Kita masuk yuk? Bobo sama umma dikamar yaaa?"
Namun baru saja menginjakkan kaki di depan pintu Alya menangis. "Uhhh sayang... kenapa anak cantik?" Tanya Safira reflek ketika mendengar tangisan Alya.
"Alya haus? mimi susu dulu sini aaaa" Bukannya menerima puting dot nya, Alya malah menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri dengan tangis yang semakin kencang.
"Sayaaang, kok rewel sih? kenapa nak? Perasaan ini popoknya juga belum penuh. Alya nyari baba?" Seketika tangis Alya mereda.
"Alya nyari baba yaaah?" Sang bayi hanya terdiam menatap Safira penuh harap.
Safira tertawa melihat kelakuan putri kecilnya. "Nyusul baba aja yaaa? baba disuruh pulang? iya nak?" Ucap Safira sambil melangkahkan kakinya menuju masjid untuk menjemput Afnan.
"Loh, kok Alya sudah di ajak keluar? ini masih gelap loh" Ucap Maryam
"Umi, iya ini Alya nangis mau nyari baba nya" Jawab Safira.
"Ya ampun, yasudah kamu antarkan suruh Afnan cepat-cepat pulang kasihan kalau dia harus di luar pagi-pagi gini" Tutur Maryam sambil mengusap lembut pipi Alya.
"Baik umiii"
Afnan yang melihat Safira menghampiri nya sambil menggendong Alya mengernyitkan dahinya bingung. "Kok kesini sayang? ada apa?"
"Tadi anaknya rewel mas. Terus pas aku sebutin baba dia langsung diem." Adu Safira pada Afnan.
Afnan tersenyum. "Pinternyaaa, masih bayi udah ngerti babanya ya sayanggg?" Ucap Afnan sambil mengambil alih Alya dari gendongan Safira.
"Ututu MasyaAllah cantiknyaa, ini yang nyari beneran kamu atau umma nak?" Goda Afnan membuat Safira ingin memukul suaminya sekarang juga.
"Dua-duanya baba! udah ayok ih pulang kata umi ga baik Alya kelamaan diluar" Ajak Safira.
Seperti biasa karna ini hari minggu jadi pesantren terlihat sepi sebagian santri pulang ke rumah setiap jum'at malam atau sabtu pagi dan akan kembali ke pesantren minggu malam.
Sesuai dengan yang di ucapkan Afnan beberapa hari yang lalu, hari ini mereka akan berkunjung ke rumah Safira untuk memperbaiki hubungan sang istri dengan keluarga nya. Sekaligus meminta restu untuk hubungan pernikahan mereka. Meskipun sudah terlambat.
Sesekali Safira menolak rencana suaminya itu karna takut jika ayah atau ibunya akan marah ketika mengetahui putrinya menjadi seorang mualaf.
Namun berulang kali pula Afnan meyakinkan hati istrinya. Kalau tidak sekarang, mau
sampai kapan? Tidak baik membiarkan perselisihan antar keluarga terus menerus dan, yam... mau tidak mau Safira harus menurut apa yang di perintahkan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sehangat cinta gus afnan [ REVISI ]
أدب المراهقينPutra Afnan Ramadhan seorang gus muda berusia 23 tahun yang memiliki paras tampan, kesabaran seluas samudera, lulusan salah satu universitas terbaik di Arab, sangat paham agama serta mempunyai calon istri seorang ning dipertemukan dengan seorang gad...