Ternyata Bukan

6.1K 239 10
                                    

"Sekarang umi sudah dengar kan? Mbak memang perempuan yang baik, hanya saja ia pernah terjerumus umi. Umi tau kenapa mas Afnan sangat mencintai mbak Fira? Karna emang mbak layak mendapatkan mas Afnan, Allah sudah mengatur sedemikian rupa agar mas Afnan bisa membimbing mbak Fira untuk melangkah ke surganya Allah." Ucap Habibah sambil memeluk lengan Maryam.

"Habibah tau kok, umi ingin yang terbaik untuk mas Afnan dan Habibah. Ibu mana yang mengacuhkan kehidupan anaknya? Tapi umi juga harus ingat kalau kami mempunyai kehidupan sendiri. Kami masih membutuhkan umi namun ketika kelak kami berumah tangga tentu Habibah akan berbakti pada suami Habibah, dan mas Afnan akan memuliakan istrinya. Umi jangan khawatir untuk kehidupan kami sekarang, InsyaAllah anak-anak umi mendapatkan jodoh yang tepat." Sambungnya sambil mengeratkan pelukan tangannya pada Maryam.

Seketika Maryam meneteskan air matanya, ia sungguh merasa sangat berdosa karna sudah mempersulit perjalanan rumah tangga anaknya, Afnan.

Baik Afnan maupun Kiyai Husein sudah memafkan Reyhan termasuk Maryam yang merasa bersalah apalagi menyuruh Afnan bercerai dengan istrinya jelas-jelas perbuatan itu adalah perbuatan yang paling dibenci oleh Allah.

"Oke oke, sekarang kita cari mbak bareng-bareng yaa? Reyhan kamu tau ga siapa aja temen mbak Safira yang paling deket sama dia? yang sekiranya bisa nolongin dia?" Tanya Habibah.

"Setau gue temen yang paling deket sama dia itu Putri" Jawab Reyhan dengan yakin.

"Yaudah coba deh telfon dia"

Saat Reyhan menghubungi Putri tiba-tiba saja ada sebuah telfon masuk pada ponsel Afnan. Mau tidak mau Afnan ijin keluar sebentar untuk mengangkat panggilan tersebut.

Afnan kembali dengan mata yang berbinar. "Abi umi, Afnan mau ke Malang."

"Kenapa tiba-tiba mas?" Tanya Habibah kebingungan.

"Safira ada di Malang, barusan budhe Yati telfon Afnan" Jawab Afnan dengan penuh semangat.

"Bro, gua temenin ya?" Ucap Reyhan.

Tentu saja Afnan tidak setuju kalau Reyhan harus ikut dengan dia. "Jangan, biarkan saya sendiri. Ini rumah tangga saya."

Reyhan hanya terdiam, ia menghargai keputusan Afnan. Dengan cepat Afnan bersiap-siap untuk menjemput istrinya kembali ke rumah.

Sesampainya di depan rumah sebuah tangan menahan pergelangan Afnan membuat sang empunya menoleh. "Umi? Tolong jangan halangi Afnan"

Maryam tersenyum hangat. "Jemput istri kamu, bawa menantu umi kembali ke rumah ini."

Sebuah senyuman terukir pada paras tampan Afnan. "Terimakasih umi, do'ain Afnan yaaa. Assalamu'alaikum." Di akhir kalimat Afnan mengecup punggung tangan Maryam.

Setelah menempuh waktu beberapa jam Afnan memasuki kota Batu, Malang. Ia segera melajukan mobilnya pada alamat yang diberikan oleh budhe Yati

Pandangan Afnan tertuju pada sebuah banner di depan tokk kecil bertuliskan "rumah bunga, the Safira bouquet" membuat Afnan semakin yakin bahwa istrinya benar ada disana. Namun, Hari sudah semakin larut. Toko bunga yang ia tuju terlihat gelap tidak ada penerangan sama sekali. Pada akhirnya Afnan memilih untuk mencari penginapan terdekat agar besok pagi-pagi ia dapat berkunjung pada toko tersebut.

Malam hari sekitar pukul dua, tubuh Safira tiba-tiba saja menggigil Ratih sangat panik ketika memegang dahi Safira yang terasa panas. "Mbak? Mbak Astaghfirullah, sebentar saya ambil kompresan dulu mbak"

Ratih dengan telaten mengompres Safira. Sudah hampir satu jam demamnya belum reda bahkan kali ini Safira mengigau memanggil nama seseorang.

"Mas, mas Afnan" Gumam Safira dengan mata yang masih terpejam.

sehangat cinta gus afnan [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang