[08] An-Naba'

285 39 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

08. An-Naba'

Memasuki hari kedelapan berpuasa yaitu hari Selasa, sebagian orang mulai terbiasa dengan rasa haus dan lapar, tapi ada pula yang masih mengeluh kelaparan atau kehausan. Namun, di antara semuanya, hal yang paling sulit ditahan adalah berkata kasar.

Untuk seorang Gilang Aditama, menahan toxic tidak sesusah yang dia kira. Berbeda dengan teman-temannya yang memang susah menahan hal tersebut karena terbiasa memasukkan kata kotor ke dalam kalimat sehari-hari, Gilang sendiri sejak awal bukanlah orang yang gampang berkata kasar.

Kecuali saat diselimuti emosi.

Bagaimana dia berbicara, tergantung tempat dan siapa lawan bicaranya. Pergaulanlah yang menyebabkannya seperti itu, tentu saja karena dia menyesuaikan diri dengan teman-temannya.

Saat ini, dirinya tengah berjalan menuju parkiran sekolah bersama teman-temannya karena kegiatan Pesantren Ramadhan telah selesai dilakukan. Cuaca tidak begitu panas hari ini, tapi orang yang berjalan di sebelahnya seolah akan pingsan sekarang juga. Gilang melihat Fabian yang berjalan lesu, tanpa semangat hidup, dan seperti orang yang sedang stres.

"Lo kenapa, Fab?" tanyanya.

Fabian menoleh dengan tatapan sengit. "Kenapa? Lo nanya gue kenapa? Lo masih nanya gue kenapa, Lang?!" Dramatis sekali.

Bintang melihatnya dengan tatapan aneh. "Dramatis banget, tinggal jawab doang."

"Bin, ini kalau bukan puasa, pala lo udah gue getok sumpah," balas Fabian lalu mengusap wajahnya dengan kasar. "Mati gue, sumpah dah mati gue."

"Bacot lo, dosa bejibun pake ngomong mau mati segala," celetuk Juan tanpa ekspresi. Dia berjalan sambil berkutat pada ponselnya. Tidak, dia tidak bermain game sambil berjalan, tapi sedang melihat berita politik di Indonesia saat ini.

"Au tuh. Dosa lo tuh bejibun, Fab, apalagi lo suka mainin hati cewek. Behh, Malaikat aja sampe bingung kenapa catatan amalan baik lo cuma dikit," canda Bintang menyetujui kalimat Juan.

"Kagak ade gue mainin hati cewek, yeee. Orang cuma gombalin dikit doang. Kalau dia baper ya bukan urusan gue dong, salah siape baper?" elak Fabian tidak terima dibilang seperti itu. Walau pada dasarnya, dilihat secara mata telanjang pun dia memang memainkan perasaan para perempuan meski hanya lewat rayuan.

Rendy menghela napas, "Udah, udah," Dia menengahi. "Fab, emang lo ada masalah apa sampai keliatan stres gitu?" tanyanya penasaran.

"Jelas-jelas Ummi nyuruh kite semua buat ngapalin surat An-Naba' tadi," jawab Fabian frustasi.

"Trus?" Gilang bingung.

𝗧𝗔𝗞𝗝𝗜𝗟 𝗔𝗕𝗔𝗛 𝗘𝗚𝗢 || 𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐋𝐨𝐜𝐤 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang