[27] Ngabuburit Terakhir

129 22 7
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

27. Ngabuburit Terakhir

Sekarang adalah hari Minggu, hari ke 27 Ramadhan.

Saat ini sudah memasuki waktu sore dan kamu sedang menyiapkan bahan-bahan untuk menu berbuka nanti. Tidak disangka jika waktu berlalu begitu cepat, dan bulan Ramadhan akan segera berakhir. Padahal kamu merasa baru kemarin dirimu dan abahmu berjualan takjil di Bazar Ramadhan, dan sekarang kegiatan itu sudah tidak dilakukan untuk menyiapkan segala kebutuhan di hari Raya Idul Fitri.

Dari yang awalnya tidak berekspetasi tinggi, nyatanya penjualan takjil itu laris manis di pasar. Kamu menikmati dan menjadikannya sebagai pengalaman terbaik di Ramadhan tahun ini. Walau kadang susah membagi waktu antara berjualan dan berbuka puasa, kamu menikmati hasil yang didapat. Terutama perolehan dari penjualan es kulkul dan pisang cokelat mampu mencapai jutaan.

Hasil tersebut bisa menjadi tambahan uang jajanmu atau kamu masukkan ke dalam tabungan.

Di tengah gerakanmu dalam menuangkan minyak goreng ke dalam wajan, ponsel pintarmu berdering pertanda ada panggilan masuk. Dengan segera kamu mengambilnya dan memeriksa siapa yang menelepon.

"Assalamu'alaikum, Kak Samuel, kenapa nelpon, Kak?" Kamu langsung membuka suara begitu menerima panggilan dari dia yang merupakan seniormu.

"Wa'alaikumussalam. Nggak ada sih. Lo sibuk?" Dari sana, Samuel menyahut.

"Ini lagi mau masak buat berbuka nanti. Emang kenapa, Kak? Tumben nelpon?"

"Ntar abis Ashar pada mau ngabuburit bareng-bareng. Lo mau ikut nggak? Kalau mau biar gue jemput."

"Ngabuburit ke mana?" tanyamu balik.

"Belum tau sih, Satria yang ngajak, ntar liat aja bakal ke mana. Ga jauh-jauh amat, palingan juga masih di sekitar sini. Ntar sebelum Maghrib biar gue antar pulang biar abah lo nggak khawatir."

"Rame-rame ya, Kak?" tanyamu lagi seraya berpikir. "Tapi masa aku cewek sendiri?" Tentu saja kamu memikirkan hal itu karena tidak ada perempuan lain yang berada di dalam geng mereka. Saat berbuka bersama waktu itu saja, hanya kamu satu-satunya perempuan di antara mereka. Hal tersebut membuatmu sedikit kurang nyaman, apalagi jika dilihat oleh orang lain.

"Ya gimana lagi? Kan emang cuma lo doang cewek di sini. Lagian gue sama yang lain juga nggak bakal ngapa-ngapain lo. Terserah lo aja sih, mau ikut atau nggak? Gitu doang. Kalau mau biar gue jemput ntar."

"Bentar, ya, Kak?" izinmu lalu meninggalkan ponsel di dapur dan menghampiri abahmu yang sedang menonton televisi. "Bah," panggilmu.

𝗧𝗔𝗞𝗝𝗜𝗟 𝗔𝗕𝗔𝗛 𝗘𝗚𝗢 || 𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐋𝐨𝐜𝐤 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang