[29] Takbiran

144 25 14
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sekarang adalah hari Selasa, hari yang merupakan penghujung Ramadhan tahun ini. Malam ini juga akan diadakan takbiran keliling seperti yang biasa dilakukan dari tahun ke tahun.

Saat ini kamu tengah membuat lontong untuk disajikan besok. Kamu juga sudah membuat menu lain seperti rendang dan gulai yang akan menjadi pendamping lontong. Kegiatan memasak itu kamu lakukan bersama abahmu yang membantu. Berhubung hanya berdua dan masih banyak makanan yang harus dimasak, kamu memilih memasak rendang dengan bumbu cepat saji.

Kamu juga sudah memesan adonan bakso yang telah digiling untuk membuat bakso yang akan disajikan pada hari lebaran kedua. Sedangkan pada lebaran ketiga, kamu akan memasak pempek.

Di sela kegiatanmu, kamu melirik ke arah jam dinding guna memeriksa sudah pukul berapa sekarang. Rafael mengajakmu untuk ke luar menonton takbiran keliling, tapi kamu belum memberikan jawaban apakah dirimu bisa ke luar atau tidak.

Abahmu sudah mengizinkan dua hari yang lalu, tapi masih ada beberapa masakan yang belum matang. Namun, takbiran keliling hanya dilakukan sekali dalam satu tahun dan kamu sendiri sangat ingin menontonnya. Pasti acara tersebut sangat meriah dan ada banyak orang yang menonton.

Tiba-tiba, ponselmu berdering. Rafael menghubungimu dan kamu segera mengangkatnya. "Assalamu'alaikum. Halo, Raf."

"Waalaikumsalam. Gimana? Jadi nggak? Kalau jadi, gue jemput sepuluh menit lagi."

Kamu bimbang seraya memandang ke arah kompor. "Gimana ya... aku masih masak, banyak yang belum mateng...."

"Ya terserah lo aja sih. Mau pergi, ayo. Kalau nggak, yaudah gue sendiri."

"Pergi aja, Dek. Biar Abah yang lanjutin, 'kan cuma tinggal nunggu mateng aja." Dari arah belakang, abahmu menyeletuk. Rupanya dia mendengar pembicaraanmu dengan temanmu.

Kamu terdiam seraya memandangnya. Dia memberikan izin, dan berkata kalau urusan dapur akan dilanjutkan olehnya.

"Woi!"

"Eh? Iya!" kagetmu. "I-Iya, Raf. Aku jadi pergi. Aku mau siap-siap dulu, ya?"

"Gue dateng, lo harus udah siap."

"Iya, iya. Assalamu'alaikum," tutupmu.

"Waalaikumsalam."

Panggilan kamu akhiri. Kamu kemudian berjalan seraya membawa ponselmu menuju kamar, tapi sebelum itu kamu menghampiri abahmu terlebih dahulu. "Adek mau nonton takbiran dulu ya, Bah."

𝗧𝗔𝗞𝗝𝗜𝗟 𝗔𝗕𝗔𝗛 𝗘𝗚𝗢 || 𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐋𝐨𝐜𝐤 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang