"Aaaah, aaaah, Pak, tolong hentikan. Saya harus bekerja."
Tubuh Laras terlonjak-lonjak saat Adrian terus memacu tubuhnya. Laras tidak bisa melakukan apapun selain menurut karena tenaganya kalah jauh dibandingkan dengan Adrian. Pria itu selalu memaksanya meskipun Laras belum siap seperti sekarang.
"Sudah ku beritahu berkali-kali jangan sampai aku melihatmu bersikap murahan lagi. Tadi malam aku sudah menghukummu semalaman dan sekarang kau mengulanginya lagi. Rupanya kau mulai menikmati hukumanku heh."
"Aaaaah."
Adrian menusuk dengan keras bagian bawah tubuh Laras hingga Laras merasa miliknya sangat perih. Pria itu benar-benar lebih bajingan dari pada binatang. Bahkan di saat Laras kelelahan seperti sekarang, Adrian masih tidak punya belas kasihan padanya.
"Pak, tolong maafkan saya jika saya bersalah. Tapi tolong biarkan saya bekerja sekarang. Tuan Prasetya pasti akan marah jika saya lalai."
"Heh, kau pikir aku peduli. Kenapa kau bebal sekali. Sudah ku katakan agar tidak genit pada sembarang pria. Tetap saja kau sangat tidak tahu diri. Kau pikir pria-pria itu mau menerima pelayan sepertimu? Mimpilah Laras. Mereka hanya akan memanfaatkanmu seperti aku. Bahkan mungkin mereka akan jijik padamu jika tahu kau wanita bekasan."
Sungguh hati Laras sangat sakit mendengar perkataan Adrian. Serendah itukah harga dirinya di mata Adrian. Padahal selama ini Laras selalu menjaga dirinya dan menjadi wanita baik-baik sebelum Adrian merusaknya malam itu.
"Menangis heh, selalu itu yang bisa kau lakukan. Dasar wanita munafik. Kau berpura-pura menolakku padahal kau menikmatinya. Lalu kau mencari pria-pria itu untuk memberimu kepuasan jika aku meninggalkanmu. Diam-diam kau itu sangat licik Laras."
"Aaah, aaah."
Laras tak kuasa menahan desahannya saat mendapatkan pelepasan. Tubuhnya terus di pacu dari bawah oleh Adrian hingga pria itu juga mendapatkan pelepasannya. Adrian segera mencabut miliknya kemudian membalikkan tubuh Laras dan membenturkannya ke tembok hingga membuat Laras terhimpit sesak.
"Dengar Laras, ini peringatan terakhir bagimu. Jika kau berani bermain mata lagi dengan para pria itu, aku tidak akan segan-segan menyakitimu atau bahkan memecatmu. Atau mungkin aku juga akan membunuh pria yang sering kau temui itu. Jadi mulai sekarang berhati-hatilah. Aku tidak akan melepaskanmu sebelum aku bosan."
Adrian melepaskan tubuh Laras kemudian keluar dari kamar wanita itu setelah memastikan tidak ada orang yang lewat. Ia kembali ke tempat perjamuan, mengabaikan Laras yang kini sibuk menangis dan menghapus air matanya. Sekarang ia jadi takut menemui Darren. Adrian sepertinya memata-matainya hingga bisa tahu ia sering bertemu dengan Darren.
Merapikan pakaiannya, Laras segera keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. Ia memberikan instruksi pada para pelayan dan petugas catering agar menambah makanan yang habis dan membersihkan beberapa tempat yang mulai kotor.
Setelah memastikan semua instruksinya jelas, Laras kembali ke taman belakang dimana tempat perjamuan sedang berlangsung. Ia segera memastikan keadaan baik-baik saja dan tidak ada masalah.
"Laras!"
Panggilan dari nyonya Prasetya membuat Laras segera berjalan ke meja dimana tuan rumah dan para tamunya berkumpul dalam satu meja. Devi sedikit mengernyit melihat Laras yang penampilannya sedikit berantakan. Padahal biasanya penampilan Laras selalu rapi.
"Kau baik-baik saja Laras? Wajahmu tampak pucat."
Laras sedikit gelagapan mendengar pertanyaan Devi. Ia menatap Adrian yang kini menatap datar padanya. Sementara Raisa yang menyadari ada main mata antara majikan dan pelayan itu menghembuskan napas berat. Ia berdoa dalam hati semoga dugaannya tidak benar.
"Saya baik-baik saja Nyonya. Hanya sedikit kelelahan."
"Istirahatlah. Masih banyak pelayan yang lain. Oh ya, katakan pada Ina, suruh dia menggantikanmu di sini untuk melayani kami. Kau sebaiknya beristirahat. Aku tidak mau kau kenapa-napa."
"Baik Nyonya."
Laras segera meninggalkan meja dan menyuruh Ina menggantikannya. Sejujurnya Laras memang kelelahan. Ia nyaris tidak tidur semalaman karena Adrian terus memasukinya dengan brutal. Dan baru saja pria itu juga melakukan hal yang sama. Tenaga Laras habis dan ia memang butuh istirahat.
Sesampainya di kamarnya, Laras segera merebahkan tubuhnya. Memejamkan mata, Laras berusaha melupakan semua kejadian tadi. Laras berharap, Adrian segera bosan padanya dan Laras bisa segera bebas dari pria itu dan mengejar kebahagiaannya sendiri.
**
Darren memeluk Agni dari belakang saat wanita itu tengah membuat sarapan. Semalaman mereka bercerita tentang kehidupan masing-masing dan berakhir saling mengasihani satu sama lain. Dendam Darren pada Agni lenyap seketika setelah mendengar kisah hidup wanita yang cukup menyedihkan.
Meskipun terlihat sebagai anak pejabat penting di pemerintahan, ternyata hidup Agni sangat menyedihkan karena tidak pernah diperhatikan. Wanita itu sangat kesepian dan tidak pernah dianggap. Mungkin itu yang membuat Agni nyaman bersamanya. Dan meskipun tidak ada pembicaraan apapun mengenai cinta di antara mereka, tetap saja hubungan mereka memanas penuh gairah dan romantis seperti pasangan suami istri.
"Baunya enak sekali. Ini namanya masakan apa?" Tanya Darren saat mencium masakan Agni yang mengeluarkan aroma menggiurkan. Ia tidak menyangka gadis yang terlihat pendiam itu cukup lihai dalam memasak.
"Ini udang asam manis. Bi Ami yang mengajarkan memasak ini padaku. Saat sedang kesepian, aku sering menghabiskan waktu untuk membantu Bi Ami memasak di dapur. Ini, bagaimana rasanya?"
Agni mengambil satu udang dari wajan dan menyodorkannya pada Darren meyakini tengah memeluknya dari belakang. Pria itu segera membuka mulutnya dan memakan udang masakan Agni sambil merasakannya dengan seksama.
"Bagaimana rasanya?" Tanya Agni penasaran karena Darren tak kunjung memberikan tanggapan.
"Enak, manis seperti bibirmu."
Jawab Darren sambil mencium sekilas bibir Agni, membuat keduanya tertawa bersama-sama. Agni benar-benar merasa dirinya hidup saat bersama Darren. Ia merasa di perhatikan dan dianggap. Jantung Agni selalu berdebar-debar saat bersama pria itu. Ia merasa bahagia yang entah bagaimana rasanya, Agni tidak bisa menjabarkannya.
Apa ini yang namanya cinta? Apa ia jatuh cinta pada penculik bernama David itu?
Entahlah, Agni masih bingung dengan perasannya. Mereka bercinta, makan berdua, memasak berdua bahkan mandi berdua. Perasaan David padanya bagaimana, Agni juga tidak tahu. Yang jelas, saat ini ia nyaman bersama David dan tidak ingin mengakhiri kebersamaan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapping ( On Going )
RomanceAgni Prasetya Hadiwinata, seorang putri panglima TNI yang selama ini selalu di abaikan oleh keluarganya sendiri. Sang papa terlalu sibuk dengan karir politiknya, sedangkan sang ibu yang selalu diabaikan ayahnya juga sibuk dengan dunianya sendiri. Ka...