Part 5

6.7K 246 3
                                    

"Nduk, kamu belum ada keinginan buat menikah?"

Ahilya tercenung, ibunya tak pernah bertanya demikian selama ini. Pun ia merasa santai karena tak ada yang menuntut agar ia segera menuju pelaminan.

Sang ibu buru-buru mengalihkan pandangannya pada ayam-ayam yang sibuk berebut pakan. "Ya ibuk cuma tanya ini. Tidak punya maksud apa-apa," katanya.

"Jodohnya belum ada Buk," balas Hilya.

Nah, kan! Kalau sudah begini kan aman. Ia tak perlu buru-buru menikah karena belum memiliki calon suami. Pun sisa trauma karena pria brengsek itu masih ada.

"Tapi kalau niatnya udah?" Tanya Salma memastikan. Matanya kini beradu pandang pada sang putri untuk melihat kesungguhan.

Hilya langsung mendengus. "Ibuk pengen ngenalin aku sama siapa lagi kali ini? Jangan orang yang udah tua atau nawarin aku jadi istri keduanya tengkulak  padi itu loh!" Ancamnya.

Sebab beberapa tahun lalu Pak Solih yang merupakan tengkulak padi kampung mereka pernah menawarinya untuk jadi istri kedua. Itulah alasan mengapa Hilya tak ingin kembali ke desa, terutama sebelum memiliki calon suami.

Salma tersenyum geli. "Mana ibuk kasih kalau kamu jadi istri kedua Solih. Tapi ini ada Mas Ghani anaknya Pak Rotib kades itu loh!"

"Ibuk mulai nih, takut aku gak laku ya?" Tuduh Hilya. Pasalnya tetangga sekitarnya mulai mencibir karena diusianya yang sudah menginjak 27 tahun tak kunjung dipinang seseorang.

Apalagi di kampung-kampung umur segitu sudah dianggap terlalu tua. Sebagian dari mereka bahkan menikah diumur belasan tahun pasca tamat SMA.  Hanya Hilya yang menempuh pendidikan sampai S2 di kota.

Wajah Salma langsung murung. "Bukan begitu. Setelah kepergian bapak yang tidak kita sangka, mungkin bisa aja ibuk pergi dalam keadaan begitu juga. Makanya sebelum ajal, ibuk pengen lihat kamu nikah. Ibuk pengen mastiin suami kamu itu sayang sama kamu."

"Ibuk gak perlu khawatir. Nanti aku juga bakal ketemu jodohnya."

"Ya tapi ini kamu tidak ada niatan mau kenalan sama Ghani dulu? Yang kuliahnya di Jepang itu loh. Kemarin ibunya juga tanyain kamu, makanya ini ibuk langsung tanya."

Tentang Ghani, Hilya tak terlalu mengingat sosok itu. Sebab saat masa SMA, pria itu telah merantau lebih dulu ke Jepang. Pun kini entah berapa tepatnya umur pria itu, hingga orang tuanya sibuk mencarikan jodoh. Yang jelas diingatan Hilya hanya sosok pria culun berkacamata tebal dan tak terlalu bergaul dengan anak-anak di kampungnya.

Salma beranjak menuju kamar untuk mengambil ponselnya. Lalu kembali duduk di kursi bambu belakang rumah, menyodorkan ponsel yang menampilkan foto sosok pria bernama Ghani. "Ini loh kalau kamu lupa! Sekarang anaknya udah tinggi banget, mungkin juga kena angin Jepang jadi agak putihan dikit."

"Ini masih sawo matang Bu," sambar Hilya. Menelisik foto sosok pria yang tak lagi mengenakan kacamata tebal, hanya jas formal dan senyum tipis yang cukup menawan.

"Halah, ini kan kuning Langsat!" Kata Salma tak terima.

Hilya berdecak. "Iya kuning langsat. Masa cowok begini susah nyari jodoh? Sampai mau dikenalin orang tuanya? Kerja di Jepang kan dia?"

Aneh rasanya jika pria itu tak memiliki pacar. Pun pasti pekerjaan pria itu tak main-main, sampai bisa membelikan orang tuanya tanah serta mobil yang cukup mahal di kalangan orang desa sepertinya.

"Ya makanya belum ada jodohnya itu ibunya sekarang lagi berusaha nyari. Karirnya udah bagus, sekarang lagi ditugaskan perusahaan cabang di Surabaya. Kan apa salahnya kalau kalian saling kenalan, mumpung Ghani di sini juga."

TERJERAT PESONA DUDA 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang