Part 9

5.9K 220 14
                                    

"Akhirnya setelah sekian tahun reunian tanpa Hilya," ucap Tari.

Wanita berjilbab itu langsung merangkul Hilya begitu datang. Menyambut dengan baik dan menarik kursi di sebelahnya agar Hilya duduk. Dulu Tari merupakan teman sebangkunya saat kelas 3 SMA, wajar mereka begitu akrab. Hanya saja semenjak Hilya sibuk bekerja dan Tari berumah tangga, komunikasi mereka cukup jarang.

Hilya tersenyum tipis, lalu menyapa teman-teman yang lain. "Anakmu gak ikutan diajak?"

"Sama bapaknya diajak main Timezone malah gak mau ikutan."

"Anteng banget ditinggal Mamanya."

Teman-teman satu angkatan Hilya mulai pada berdatangan. Tak begitu banyak karena tak semua bisa ikut hadir. Hanya sekitar 30 orang saja sudah membuat cafe tempat mereka menyewa sudah cukup penuh.

Ario yang merupakan ketua dari angkatan mereka akhirnya membuka suara. "Terimakasih pada teman-teman yang sudah berkenan untuk hadir pada tahun ini. Sebenarnya acara ini diselenggarakan setiap tahun untuk memperkukuh persahabatan kita. Tapi ya qadarulllah dari semua anak-anak angkatan, hanya sebagian yang bisa hadir. Kita do'akan agar nanti ke depannya lebih lengkap lagi." Pria itu menjeda ucapannya, ia menatap pada teman-teman yang hadir. Terakhir mengunci tatapan pada salah satu wanita yang sudah lama tak pernah dilihat olehnya.

Wanita itu mengenakan atasan putih tanpa lengan, lalu ia menutupinya dengan cardigan tipis putih. Kontras dengan kulit kuning Langsat ya tampak lebih cerah. Selain itu ia juga memadukan rok jeans di bawah lutut. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, make up-nya tampak tipis dan natural. Benar-benar terlihat sangat cantik!

"Dan buat Hilya Janita, selamat datang bergabung dengan teman-teman."

"Cie-ciein Ario sama Hilya, please woy! Dia minta dicie-ciein itu!" Sorak Guntur dengan heboh.

Teman-teman lain ikut menyoraki, sehingga membuat wajah Ario tampan memerah.

"Setelah sekian lama ya Ri! Nungguin Hilya gak pulang-pulang," sebut yang lain.

Suasana baru mulai agak tenang kembali saat Ario kembali mengondisikan teman-temannya. Acara kali ini dimulai dengan doa singkat yang dipimpin oleh Ario sendiri, kemudian dilanjutkan dengan bermain game.

"Nah, karena tahun kemarin kita challenge tebak-tebakan suara. Lalu kita juga pernah main jenga, fear box, dan uno. Jadi kali ini kita akan main tebak siapa pelakunya!"

"Waa!"

"Keren-keren!"

Guntur, Gibran dan Afnan maju berdiri di samping Ario. Mereka ikut memperagakan, menulis sesuatu di kertas, lalu tulisan salah satu dari mereka dibacakan.

"Pernah nyebur di empang sekolah karena kabur dari Bu Ratmi," sebut Gibran.

Sontak teman-teman yang lain pantas menjawab. "Afnan!!"

"Anjir, mana bener lagi. Dulu si Afnan saking takutnya sama Bu Ratmi ketangkap hp langsung lari. Akhirnya kecebur karena kualat," sahut Guntur.

Afnan tertawa, mengingat kembali masa-masa saat sekolah dulu.

Guntur lantas melirik temannya curiga. "Nyimpen ikeh-ikeh di hp kan kamu Nan! Ngaku!"

"Bukan, woy!"

"Terus?" Sahut Ario.

"Ada foto gue ciuman sama cewek gue dulu."

Sontak yang lain tertawa, termasuk Hilya yang merasa terhibur melihat ekspresi Afnan yang tertekan. Sudah lama ia tak bertemu dengan teman-teman masa SMA nya, tapi ia tak pernah merasa asing saat kembali bertemu.

TERJERAT PESONA DUDA 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang