Part 14 Ketemu mantan

3.2K 190 7
                                    

"Papa udah baikan sama Tante Hilya?"

"Udah."

Jennie kembali menguyah roti bakarnya yang sedikit gosong. Ia meneguk air putih beberapa kali saat menelan roti, lantas melirik sang ayah yang kini menyesap kopi. "Terus bagaimana? Tante Hilya gak mau ke sini lagi?"

Sudah sebulan lebih ia mencoba menelan sarapan pagi buatan sang ayah. Hasilnya tak ada yang benar-benar memuaskan. Malah terkadang mereka lebih sering membeli sarapan di luar. Padahal ia lebih menyukai buatan rumahan.

"Kan udah berhenti kerja."

"Papa emang gak bisa bujuk buat kerja lagi?" Tanya Jennie.

Kening Banyu berkerut, pria itu menyingkirkan kopi setelah habis ia minum. Lantas menyusun piring kotor bekas sarapan pagi mereka. "Kayaknya Tante Hilya udah nyaman sama kerjaan yang sekarang. Hari ini juga mau berangkat ke Thailand."

Sontak Jennie berdiri. "Kok gak bilang kalau Tante Hilya pergi? Iih! Papa kayak gitu terus. Gak mau ngomong apa-apa tentang Tante Hilya. Kan aku rencananya mau ngajak buat acara parents day." Gadis itu merengut, lantas mengambil tas yang terletak di kursi sebelahnya dan buru-buru keluar dari rumah.

Ia menghentakkan kakinya berulang kali karena kesal tak dikabari. Padahal ia berharap Hilya memberinya kabar lebih dulu. Tapi ternyata wanita itu benar-benar menjauhinya. Menyebalkan!

Sembari menunggu Ayahnya bersiap-siap, Jennie duduk di teras rumah. Lalu membuka pop up chat terakhir kali dengan Hilya. Ia segera mengetikkan pesan.

Tante gak bilang-bilang kalau mau ke Thailand! Mau berapa lama emang?

Tak sampai 1 menit, pesannya langsung dibalas oleh Hilya.

Cuma seminggu rencananya. Tapi gak tau deh, lihat nanti.

Baru ingin membalas, pesan lainnya langsung muncul.

Sekalian mau lihat-lihat kampus Thailand. Mana tau bisa lanjut kuliah di sana.

Jennie berhenti mengetik, membiarkan pesan dari Hilya terbaca begitu saja. Ia menghela nafas berat, tak menyangka bahwa tingkahnya membuat Hilya dan Papanya putus. Bahkan kini keduanya menjauh dan imbasnya, Jennie tak lagi memiliki teman curhat yang asik.

Saat Ayahnya hendak masuk ke mobil, Jennie menarik lengan Ayahnya. "Naik motor aja."

"Tumben."

"Aku mau ke rumah Tante Hilya dulu."

"Orangnya udah berangkat ke bandara."

Jennie langsung cemberut, ia tak mengatakan apapun dan mengikut sang Ayah masuk ke dalam mobil. Rasanya kesal karena kepergian Hilya yang tiba-tiba. Apalagi wanita itu tak mengatakan apapun padanya. Padahal Ayahnya tahu, mengapa ia tak diberi tahu?

Melihat putrinya tampak kesal, Banyu membuka suara. "Tadinya mau bilang langsung ke rumah. Tapi udah terlambat katanya."

"Tante Hilya marah sama aku?"

"Tidak. Cuma lagi tidak mau ganggu kamu katanya."

"Kan aku gak merasa terganggu."

Banyu menggaruk tengkuknya, sulit membalas ucapan sang putri. Sampai di depan gerbang sekolah putrinya, tak ada percakapan apapun diantara mereka. Niatnya, nanti Banyu ingin membujuk putrinya setelah pulang sekolah.

"Belajar yang serius. Papa pergi dulu!"

"Hm."

______

Sudah sebulan ini rasanya hidup Banyu hampa. Ia telah terbiasa dengan kehadiran Hilya, melihat sosok itu setiap pagi di dapurnya dan menyiapkan sarapan yang lezat. Terkadang wanita itu juga membawakan bekal untuknya. Sayang sekali, sekarang ia harus membeli setiap makan siang.

TERJERAT PESONA DUDA 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang