"Bu, kalau besok aku pengen dibawain bekal Kimbab. Boleh?"
"Boleh dong."
Hilya kembali menyisir rambut Jennie yang sudah ia bersihkan dari telur kutu. Anak itu tertular dari temannya, awalnya Jennie tak mengetahui penyebab gatal di kepalanya. Ia pikir hanya ketombe biasa, tapi setelah Hilya periksa dan terlihatlah beberapa telur kutu yang menempel.
"Masih banyak kutunya, Bu?" Tanya gadis itu yang mulai kantuk.
"Gak banyak. Ini tinggal keramas besok pagi udah mulai hilang. Jangan digaruk kuat-kuat, nanti berdarah."
"Hmm."
Gadis itu akhirnya bangkit, ia melirik pada sang ayah yang sudah keluar dari ruang kerja. Ia pun mengecup pipi Hilya, bergantian dengan pipi sang ayah. "Aku tidur duluan."
"Jangan main hp lagi," ucap Banyu.
"Gak janji," sahutnya sembari menutup pintu.
Banyu menggeleng, tahu betul dengan tabiat sang putri yang seringkali bermain ponsel sampai tertidur. Pantas saja gadis itu susah dibangunkan saat subuh.
Membereskan bantal yang berserakan di lantai, Hilya juga merapikan kembali sofa serta meja. Ia tak suka melihat rumahnya berantakan saat bangun tidur. Maka seringkali ia melakukan pekerjaan rumah saat malam hari.
Melihat sang istri yang sibuk mengutip sampah, Banyu juga mengikuti. "Dilanjut besok aja kalau nyapu sama ngepelnya."
"Mas mau ke pancingan apa ronda malam ini?"
"Tidak."
"Ooh." Wanita itu langsung masuk kamar, ia segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Lalu memakai serangkaian skincare.
Pandangan Banyu tak lepas dari kegiatan yang dilakukan oleh sang istri. "Pakainya nanti saja."
"Kenapa?"
"Pahit."
Awalnya Hilya mengerenyitkan dahi, tapi setelah sekian detik ia pun menyadari maksud sang suami. Wanita itu pun hanya menyisir rambut dan menyemprotkan body mist.
Ia ikut bergabung di ranjang bersama sang suami. "Jennie bilang lagi naksir sama teman sekelasnya, Mas."
"Sama yang kemarin udah putus?"
"Kayaknya udah gak. Anaknya keras, Jennie gak nyaman sama dia."
Banyu mengangguk, pria itu mematikan lampu utama. Lantas hanya meninggalkan cahaya remang kekuningan dari lampu tidur.
"Bantu nasihati supaya belajarnya jangan kendor. Rasa suka itu wajar, tapi jangan sampai bikin hilang fokus saat belajar."
"Aku udah sempat bilang. Kata Jennie dia juga gak mau lah peringkatnya turun karena hal itu. Apalagi yang dia suka itu selalu peringkat pertama dan mewakili Olimpiade."
Tak lagi menanggapi sang istri, Banyu kini menumpukan kepalanya di tangan. Pria itu menghadap sang istri. "Kalau misalnya saya minta sekarang, kamu udah siap?"
"Bisa gak sih Mas langsung praktik aja? Aku malu kalau ditanya gitu," jawab Hilya. Wajahnya mulai memanas saat salah satu tangan Banyu mengusap pelan bagian lehernya.
"Saya memastikan. Kan bagaimana pun ini pertama kalinya bagi kamu." Pria itu lalu mengubah posisi menjadi duduk, kini sang istri bagai sandera yang berada di bawah kuasanya. "Baju tidur kamu bagus-bagus semua."
Padahal yang dipakai oleh sang istri kini jauh dari gaun malam pengantin. Hanya crop top putih ketat dan juga hot pant. Kalau di luar kamar, Hilya melapisinya dengan baju daster. Sebab malu jika dilihat oleh putri sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJERAT PESONA DUDA 18+
RomanceSejak mendapat kabar bahwa keadaan sang ibu tak kunjung membaik, Ahilya Janita harus menelan asa yang sedang ia rajut. Kembali ke desanya yang jauh dari perkotaan dan membuatnya harus melepaskan mimpi menjadi budak korporat di gedung tinggi menjulan...