Part 11

4.7K 220 10
                                    

"Mas pesan apa?"

"Samakan saja. Nanti pesan sekalian buat Jennie ya?"

"Oke."

Sembari menunggu pesanannya, Hilya melirik Banyu yang tampak sibuk pada tabletnya. Pria itu mengerutkan kening berkali-kali, sampai akhirnya menyadari bahwa sejak tadi ada yang memperhatikan.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya. "Apa?"

"Kalau masih ada kerjaan, baiknya di apotek aja."

"Sedikit, hanya membantu review jurnal." Ia mengedipkan matanya. "Kamu gak nyaman?"

"Nyaman. Tapi takutnya nanti Mas yang gak tenang. Di sini kan berisik," katanya.

"Nyaman aja."

Pesanan mereka datang, iga bakar dan kepiting saos pedas yang menjadi pilihan Hilya. Meski tadi telah makan, tapi Banyu tetap ingin makanan berat tanpa nasi.

Hilya menggeser jus jeruk pada Banyu. "Ini tempat favorit aku tiap kali pulang. Sain enak, harganya juga terjangkau. Kalau di Jakarta, gak dapat harga segini."

Wanita itu mulai mencicipi iga bakar, ia berdecak kala mengigit daging yang terasa matang dengan pas. Sedangkan Banyu sibuk memperhatikan kepala Hilya yang tampak bergoyang kecil sembari bersenandung. Ia tersenyum melihat betapa ekspresifnya wanita itu kala mencicipi makanan.

"Seenak itu?"

"Hm."

"Biasanya di Jakarta, kamu makan bareng siapa?"

"Teman-teman. Kebetulan aku punya beberapa teman kantor yang bisa diajak hang out bareng tiap pulang kerja."

Banyu langsung mendekatkan wajah mereka. Ia tampak bersemangat kala Hilya membahas kehidupannya di Jakarta. "Perempuan semua?"

"Gak. Aku punya dua teman cewek, Mbak Nita sama Ayu. Nah, dua lagi cowok, Fawzi sama Hadi. Cuma anehnya tiap kali aku ngajak teman-teman buat nyoba tempat baru dan kepala divisi kita selalu minta ikut dengan alasan survei tempat kencan. Sialan!"

Kepala Hilya kembali dipenuhi memori saat ia bekerja di ibukota. Pekerjaan yang sesuai dengan passion, tapi sayang hal itu harus ia lepaskan begitu saja. Padahal perjuangannya tak mudah untuk sampai di titik puncak karirnya.

Mata Banyu berputar. "Dia suka sama kamu mungkin."

"Gak mungkin lah! Dia punya pacar Mas."

"Pernah lihat pacarnya?"

"Gak. Cuma dia selalu minta rekomendasi hadiah valentine, sama hari-hari tertentu pulang lebih cepat dengan alasan kencan."

"Baguslah."

Ponsel Hilya berdenting, beberapa pesan masuk dari grup yang telah lama ia abaikan. Entah mengapa wanita itu tertarik untuk membuka  dan membaca pesan yang beruntun muncul.

"Wah, akhirnya Ayu jadi nikah juga sama Hadi."

"Teman kantor kamu?"

"Ia. Waktu aku mau resign itu, mereka ternyata udah ketahuan pacaran 3 bulan. Sekarang nyebar undangan." Hilya langsung mengetikkan balasan pada temannya dan mengucapkan selamat. Ia turut senang karena Ayu akhirnya melepaskan masa lajang dengan seseorang yang baik.

Usai membalas pesan, wanita itu kembali menyimpan ponsel di meja. Lalu menikmati makanannya dalam diam. Raut wajahnya tak lagi berseri-seri seperti tadi, malah tampak murung dan sendu.

Mengetahui perubahan ekspresi pacarnya, Banyu sontak bertanya. "Mau ditemani saat menghadiri pernikahannya?"

"Mas kerja. Jennie juga gak mungkin ditinggal."

TERJERAT PESONA DUDA 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang