Banyu mengikuti langkah Hilya sejak tadi. Pria itu berdiri di samping kiri, sesekali tangannya berada di punggung wanita itu. Matanya melirik ke sana kemari, tak tenang melihat beberapa baju yang dipajang.
"Mas nunggu diluar ya?"
"Ih, ini kan nanya selera kamu sekalian. Jangan kayak perjaka baru kawin deh, Mas. Aku aja yang belum juga biasa aja." Hilya menarik lengan pria itu untuk semakin masuk ke dalam toko. Ia menuju tempat-tempat pakaian dalam. "Sini aja berdiri. Ada beberapa suami yang antar istrinya juga kok."
Wanita itu mengambil beberapa helai pakaian dalam dengan santai, lantas memilih beberapa modelnya di depan Banyu. Bahkan sesekali bertanya selera dan tipe pria itu. Kalau ditanya malu? Sebenarnya agak malu, tapi hal ini juga berhubungan dengan kepuasan mata sang suami, akhirnya ia menyingkirkan rasa malu itu.
"Jangan terlalu aneh. Kamu pakai apa aja juga kelihatan cantik."
"Kalau yang model jaring-jaring begini kamu suka?" Tanya Hilya. Wanita itu mengambil beberapa contoh dengan model yang berbeda. Dan warna yang lebih menyala tentunya.
"Tidak perlu. Biasa aja."
Mata Hilya menyipit, ia kemudian menyebut lengan pria itu dan berbisik pelan. "Yang dulu pakai begini?"
Tanpa menjawab, Banyu menyingkir dari sana. Akhirnya Hilya mengambil beberapa model yang biasa saja serta baju tidur satin yang polos tapi terlihat elegan dengan beberapa variasi warna.
Sampai di kasir, Banyu mengeluarkan kartunya dan membayar belanjaan Hilya.
Lalu mereka kembali berkeliling untuk membeli perlengkapan seserahan. Menuju toko kosmetik dan produk kecantikan. Banyu membantu Hilya membawa barang serta keranjang yang akan diisi.
"Mas mau sekalian beli?"
"Tidak."
Hilya melanjutkan kegiatannya, memilih produk kecantikan dan menyimpannya di keranjang. Sebagian seperti parfum, ia sudah menyicil di toko online.
"Udah ini aja. Habis ini kita istirahat sambil makan di resto depan."
Wanita itu melangkah lebih dulu, tampaknya ekspresi Banyu belum berubah sejak ia ungkit tentang istrinya terdahulu. Ya, salah Hilya juga karena mengungkit yang telah lalu.
Mereka menuju restoran seafood, Hilya memesan udang bakar dan Banyu cumi bakar. Sembari menunggu pesanan, wanita itu mengecek beberapa notifikasi sosial medianya.
"Jennie bilang pulangnya agak sorean. Mau kerja kelompok di tempat Nashawa dulu katanya. Hp Mas mati?"
"Iya. Baterainya habis."
Hilya melirik pria itu. "Aku minta maaf bahas yang tadi."
"Hm."
Hilya merengut. "Mas kelihatan masih marah ya?"
"Tidak marah. Hanya saja kurang elok bahas-bahas masalah sensitif tentang masa lalu. Mas juga tidak mau bikin kamu jadi tidak nyaman dan berpikir yang lain. Sekarang masanya kita, jadi tidak perlu dibandingkan sama yang lalu."
"Oke. Aku minta maaf."
Pesanan mereka datang, Banyu dan Hilya sibuk menikmati hidangannya.
Wajah Hilya memerah karena sambal bakarnya terlalu pedas, rambutnya yang tadinya tergerai kini sudah diikat. Peluhnya bercucuran, sontak Banyu mengusap dengan tisu.
"Cabenya jangan digigit semua. Itu rawit."
"Udah lama gak makan pedas. Sama ibuk soalnya dilarang terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJERAT PESONA DUDA 18+
RomanceSejak mendapat kabar bahwa keadaan sang ibu tak kunjung membaik, Ahilya Janita harus menelan asa yang sedang ia rajut. Kembali ke desanya yang jauh dari perkotaan dan membuatnya harus melepaskan mimpi menjadi budak korporat di gedung tinggi menjulan...