20 ❀ Kantor Dinas

19 6 4
                                    

Di luar tembok pagar belakang rumah, titik biasa Anna gunakan untuk kabur. Memanjat, apalagi. Tepat setelah kepergian motor Leon dari pelataran rumah. Anna yang sudah siap sedia langsung tancap gas dengan keperluan yang sudah ia siapkan di bawah kasur.

Lima belas menit terus menilik jam tangan, mobil yang ia tunggu akhirnya menunjukkan hilal. Berhenti tepat di depan Anna, tanpa menunggu di persilahkan, Anna langsung naik di jok belakang. Lantas mobil pun kembali melaju dengan kecepatan dua kali lipat dari sebelumnya.

"Ke mana aja sih, anjir. Lama banget!" belum juga bokong Anna menapak, mulutnya sudah mengoceh pada dua pria yang duduk di depan, "Ve. Mana yang gue minta!" tidak menunggu omelannya di tanggapi. Memulai persiapan untuk penyamaran.

"Jo, lo serius?" menyerahkan tas berisi barang-barang permintaan Anna. Sesungguhnya Velic masih ragu dengan semua yang akan mereka lakukan malam ini.

Anna tidak menggubris, sudah lelah dengan keraguan dua lelaki ini. Kenapa jadi mereka yang khawatir. Tadi di sambungan telepon ia dan Rayn juga sempat ber cek cok. Akhirnya Anna harus sedikit menurunkan ego untuk kelangsungan rencananya. Segalanya sudah di depan mata, jangan sampai justru penyebab kegagalan dari usahanya adalah orang dalam sendiri.

"Singkirin kacanya, jangan hadap belakang!" Anna masih mengenakan bathrobe asal kalian tau. Ia terlanjur bingun harus pakai apa. Menyuruh Rayn membelikan baju baru yang 'pantas' untuk di kenakan peran Anna malam ini. Menatap sejenak baju pilihan Rayn. Dia juga tidak tau bagaimana harusnya, jadi iya iya saja. Tidak ada waktu juga untuk protes.

"Eh, Rayn. Dalemnya tempat Jessica gimana? Sketsa kasar lah buat persiapan. Elo dari kemaren suruh ngejelasin di chat juga!" Anna selesai dengan pakaiannya, beralih membuka tasnya sendiri, berisi make up. Mulai memoles untuk menyamarkan wajah. Meski bukan mengenakan topeng atau full make up yang sampai membuat wajahnya berbeda. Tapi setidaknya, saat orang melihatnya, akan mengira itu orang lain.

Wajah Rayn masih menunjukkan raut kurang sedap, perihal pertengkarannya dengan Anna di telepon. Beruntung masih mau menjawabi meski dengan datar, terus fokus mengemudi, "Lebih mirip clubbing. Tapi yah gitu, namanya juga tempat pelacur. Dan dasarnya juga Nightmare udah bebas kayak gitu. Orang ngent*t di meja bar juga gak masalah. Malah satu cewek di serbu bareng-bareng juga ada. Tapi tetep, dia emang udah di sewa sebelumnya.

Baru kalau mau yang lebih panas lagi, atau emang pengen dari awal di kamar. Ada kamarnya bejejer, di lantai atas. Sistemnya, karena lo belum ada yang nge booking, lo nanti bakal jadi pelayan gitu, nganterin minuman atau apa pun, intinya lo harus berkeliaran. Cari pelanggan. Mereka belum boleh ngapa-ngapain elo kalau belum buat reservasi. Kecuali pemegang kartu VVIP, dan gue masih pelanggan biasa. Gue juga gak tau kalau ada begituan. Dan prosedurnya nggak segampang itu buat pindah member ke VVIP.

Siap-siap mental aja lo nanti, gue gak jamin lo gak muntah duluan sebelum gue dateng. Jangan terlalu mencolok, tapi juga jangan mojok. Jessica standby di sana. Gue gak bisa ngapa-ngapain kalau sampek ada orang VVIP yang ngelirik elo. Dan asal lo tau aja, baju yang lo pakek sekarang itu gue asal beli. Nanti lo di kasih baju sendiri dari sana, kayak maid gitu, tapi minim kain. Pasti jijik lo, udah ogah duluan. Masih yakin lo buat lanjut?" Rayn menjelaskan panjang lebar. Sengaja memberikan semua informasi sekaligus tanpa kurang. Lebih untuk meyakinkan sekali lagi, bahwa apa yang akan di lakukan Anna bukan hal yang masuk akal.

Anna dan Velic yang mendengarkan sampai terbengong. Walau mereka tipikal anak jamet urakan. Namun hal-hal seperti itu bukan kebiasaan mereka. Apalagi Velic, ia sudah menyerngit jijik terlebih dahulu.

Anna berdeham, menelan ludah. Berusaha terlihat biasa saja, melanjutkan riasan. Diam-diam melirik baju yang ia pakai sekarang. Pantas saja Anna sedikit bertanya-tanya, model seperti ini Anna juga banyak di lemari. "Ha ha.. Heleh, gitu aja bukan apa-apa anjir. Gampang mah, gue tinggal gak mencolok aja gitu. Lagian lo nanti juga langsung dateng kan. Sesuai rencana kita," berusaha tertawa tapi malah terdengar sumbang.

AKU? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang