11 ❀ Cheshire

34 6 0
                                    

Tidak ada jaminan, menyandang title sekolah elit, maka segala yang ada di dalamnya ikut elit pula. Banyak hal di luar nalar, yang orang awam tidak akan mengira akan ada di Akademi terpandang ini.

Misal, hal paling remeh. WI-FI, jangan kira Wi-Fi di KWANGYANG selancar koko-koko china berbicara bahasa china. Tidak sama sekali! Tidak tau apa pasal, entah karena KWANGYANG terlalu banyak dosa, atau memang benda kotak-kotak itu hakikatnya cuman pajangan. Kenapa operator tidak menambah router Wi-Fi saja!? Hey! Uang KWANGYANG banyak, bukan! Bukan satu dua penghuni yang mengeluh, bahkan sudah menjadi konsumsi publik, bahwa Wi-Fi KWANGYANG LEMOT.

Masih untung, kalau untuk menyokong jaringan komputer, kecepatan jaringan masih stabil, mampu untuk menjadi tulang punggung penghidupan sehari-hari kebutuhan teknologi akademi. Namun, jika untuk para ponsel penghuninya. Jangankan 2G, batas itu masih tergolong cepat di banding Wi-Fi KWANGYANG. Percuma menfasilitasi free Wi-Fi. Para murid sepertinya lebih mampu untuk membeli router sendiri-sendiri dari pada harus berbangga dengan embel free. Kapasitas kuota mereka lebih melimpah dari jatah bulanan biaya Wi-Fi satu KWANGYANG.

Kemudian, ada lagi, perihal asupan makanan. Ada rumor mengatakan, bahwa air KWANGYANG mengandung zat yang bisa membuat orang jadi good looking. Karena KWANGYANG di juluki gudangnya visual.

Bukannya sombong, atau sekedar bualan, di dalam KYANGYANG memang bertebaran wajah-wajah tidak manusiawi. Seolah sekolah menerima siswa-siswinya melalui jalur visual, dan otak hanya nilai bonus -tentu saja tidak, meski di isi para konglomerat, di KYANGYANG anti suap untuk masalah nilai, otak para murid murni hasil tempaan akademi.

Hanya saja, dari mana bisa ada legenda air penyempurna rupa seperti itu!?

Padahal, kala sudah menjadi warga KWANGYANG, akan tau bagaimana sesungguhnya, deretan lemari es dan rak-rak yang seharusnya berisi kue-kue atau makanan ringan yang di jual di setiap titik saja sering kosong, terlambat di isi. Apa maksud air ajaib, menyejahterakan perut warganya saja masih setengah-setengah.

Juga perihal menu makanan kantin, referensi menu makanan hanya itu itu. Dalam hitungan dua minggu saja, rasanya menu yang sama sudah di jumpa tiga kali. Memang, menunya bukan dengan nilai gizi rendahan, dengan bahan-bahan pilihan. Tapi, yahh... Lama-lama bosan juga bukan jika makan sesuatu yang sama terlalu sering.

Herannya, kantin tetap terhitung ramai setiap harinya.

Sembari menopang dagu, Anna lebih sering mengaduk-mengaduk nampannya, dari pada menyuap sendok ke mulut. Menu hari ini di dominasi sayur -lagi. Anna suka sayur, namun kembali lagi, sudah terlalu sering berjumpa dengan menu ini, padahal ia juga tidak setiap hari ke kantin. Tambahkan moodnya yang gampang naik turun, rasanya ia sudah tidak selera untuk melakukan apa pun sejak pagi.

Di sampingnya, seperti biasa. Karin begitu bersemangat membicarakan apa pun. Apalagi ada kehadiran Leon di dalam majlis itu. Syaraf-syaraf sel capernya bekerja dengan baik.

Anna menimpali seadanya, sekedar tersenyum sewajarnya. Geby yang duduk di depan Karin, di samping Leon, banyak membantu. Ia selalu bisa mengikuti arus Karin dengan baik. Mereka lebih lama saling kenal dari Anna tentunya. Frekuensi mereka tidak jauh beda.

Anna sadar jika Leon memperhatikan kemalasannya ini. Mungkin sudah gemas ingin menyambar sendok Anna dan menyuapinya.

Ada kehadiran irisan cabai di dalam sayur yang mereka makan. Biasanya, Anna akan menyingkirkan cabai-cabai itu. Bukan tidak suka, tapi Anna tidak bisa makan pedas. Padahal ia cukup cukup suka dengan makanan pedas, namun perutnya tidak bisa menerima, meski hanya secuil rasa itu menyapa lidahnya.

Hari ini tidak begitu peduli. Ia tetap menyuap tanpa menyortir makanannya, bahkan di hadapan Leon. Palingan juga sebentar lagi Leon akan mengambil cabai-cabai itu tanpa persetujuannya, Anna memprediksi.

AKU? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang