Musuh

26 1 0
                                    

Waktu itu berjalan begitu cepat bagi orang orang yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik mereka pasti akan merugi.

Perasaan kemarin baru saja aku datang ke pesantren ini , sekarang sudah sebulan saja

Aku sudah mentarget dalam 3 bulan ini aku harus sudah menyelesaikan hafalan ku, banyak yang bilang itu mustahil tapi siapa yang tau Allah berkehendak lain

Di pesantren baru ini banyak mengajarkan hal baru juga padaku, suasan disini masih begitu asri para santri berpakaian dengan sangat sederhana.

Di sini di penuhi dengan nuansa yang sederhana namun terkesan begitu mewah.

Ya walaupun aku tau ada satu dua orang yang terlihat tak suka padaku, karna aku adalah santri baru tapi sudah sangant dikenal oleh Ummah Arum

Memang semua ada senang sedih nya masing masing

Disini banyak waktu untuk busa menambah hafalan dan murojaah, karena disini di fokuskan pada tahfidz saja

Sedangkan untuk santri yang nderek seperti ku harus meluangkan waktu untuk membantu Ummah di Ndalem di pagi hari dan juga sore hari.

Kata Ibu, di manapun kita berada hal yang palin penting itu adalah ikhlas, harus bisa menjaga amanah yang di berikan pada kita.

Aku berjalan hendak menuju ke Ndalem Ummah namun di pertengahan jalan aku di hentikan oleh dua mba mba santri senior yang ku ketahui namanya adalah mbak Dillah dan Mbak Fina

" Eh kamu anak baru " panggilnya padaku, aku pun berhenti tepat di depan mereka

" Ada apa mba?" Tanyaku sopan pada mereka

" Sopan banget pantes Ummah Arum luluh sama kamu pinter juga cari mukanya" ucap mereka seperti itu

" Eh dengerin ya, kamu itu ngga usah caper sama Ummah, apalagi sama Gus Zain kamu itu disini cuma nderek ngga usah sok sok an " ya seperti itulah kata kata yang keluar dari mulut mereka.

Aku tak menanggapi semua omongan mereka hanyanku dengar dengan baik, namun tiba tiba tanganku di vengklnua hingga pergelangan tangan ku terasa sangat sakit.

" Denger ya pokoknya kamu itu ngga usah caper caper sama keluarga Ndalem denger itu" serelah mengucap begitu mbak Dilla lebih mencengkeram erat pergelangan tanganku aku meringis menahan sakit.

" Shanum" itu adalah suara Aidah

" Apa apaan sih sampean berdua ini,  Shanum gak ada salah sama kalian" bentak Aidah keoada dua orang tadi

" Lho itu gak tau apa apa, nggak usah ikut campur" setelah mengatakan itu mereka berdua oergi meninggalkan aku dan Aidah

" Kamu gak papa Num?" Tanya Aidah panik

" Gak papa tapi ahak sakit buat di gerakin "

" Itu dua orang emang selalu bikin gara gara "

" Sudahlah ayo langsung ke Ndalem saja, nanti Ummah nyariin "

****

" Assalamualaikum" salam kami berdua ketika sampai di Ndalem

" Wa'alaikumsalam, eh kalian ayo masuk sini" jawab Ummah Arum dengan sangat ceria

" Wah Ummah sepertinya sedang senang sekali" tanya Aidah

" Iyha hari ini putra nya Ummah mau pulang jadi harus di buatkan masakan yang spesial " antusias Ummah menjawab

" Gus Akbar ya Ummah?" Tanya Shanum

" Iyha nduk, ya sudah Ummah tinggal ya kalian langsung kedapur saja ada Azza disana "

Setelah itu aku bersama Aidah pergi kedapur, dan benar disana sudah ada Ammah Azza yang sedang memotong sayuran.

" Ammah masak apa?" Tanyaku

" Ini mau masak sayur lodeh sama bikin garang asem"

" Sahnun lanjutkan saja Ammah " ketika hendak mengambil pisau yang di bawa Ammah Azza, Ammah melihat tangan Shanum yang memar

" Sahum tangannya kenapa?" Tanya Ammah

" Tidak apa apa Ammah tadi ketatap pintu " jawab Shanum bohong

" Sudah di beri salep, biar cepat sembuh "

" Iya Ammah nanti di kasih salep "

Ammah Azza pergi ke depan untuk menata meja makan, sedangkan aku dan Aidah sedang berkutik dengan peralatan dapur, karena tidak memasak terlalu banyak hanya untuk keluarga ndalem saja jadi hanya berdua yang memasak.

Lewat di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang