Sebuah Kabar Buruk

34 5 0
                                    

Ujian sudah selesai sejak seminggu yang lalu, begitu juga dengan ujian Tahfidzku. Dan kini semua persiapan untuk akad sudah hampir selesai memang tidak meriha seperti pada umumnya kami hanya mengundang sanak saudara saja

Aku diberikan izin pulang oleh Ummi Latifah untuk persiapan akad. Tapi sejak seminggu yang lalu pula belum ada kabar apapun dari Mas Faiz dia juga tidak mengirim pesan apapun.

" Nduk gimana dengan Faiz apa sudah menghubungi mu?" Tanya Ibu

" Dereng Bu " jawabku dengan menunduk

" Ya sudah kamu dulu saja yang menghubungi" saran Ibu

Ku buka aplikasi hijau di ponselku ku kirimkan pesan keoada Mas Faiz, WhatsApp nya terskhir dilihat juga sudah seminggu yang lalu, sebenarnya apa yang terjadi

Ku coba untuk menghubungi Ummi Salamah
Berdering.....

" Hallo Assalamualaikum cantiknya Ummi" terdengar suara dari sebrang tanda jika panggilan sudah di jawab

" Wa'alaikumsalam Ummi, bagaimana kabar Ummi"

" Alhamdulillah Ummi baik, emm nduk sebenarnya ada yang ingin Ummi sampaikan, tapi Ummi ingin bicara dulu dengan Ibukmu, ada ?"

" Nggih Ummi wonten"

" Ibu, Ummi Salamah mau bicara sama Ibu" ku berikan ponselku pada ibu lantas ibu pergi menjauh dariku

Tampak Ibu seperti menahan marah entah apa yang mereka bicarakan, firasatku juga tidak enak.

Kulihat ibu sudah selesai menelpon dengan Ummi, ku hampiri Ibu

" Nduk" ucap Ibu saat aku mendekat dan langsung memelukku.

" Kenapa Bu, Ibu kok menagis" kutanya pada Ibu tapi Ibu masih tetap bungkam matanya masih mengeluarkan air mata dan pelukan nya juga masih belum lepas

" Besok kamu kembali ke pesantren ya Nduk, biar diantar mas mu"

" Nggih bu" sebenarnya aku juga bingung kenapa Ibu tiba tiba menyuruhku kembali ke pesantren padhl rencana awal tinggal menghitung hari lagi akad akan dilaksanakan

Begitu juga Mas Faiz yang tidak bisa dihubungi, sebenarnya ada apa semua ini.

****

Pagi ini sesuai perintah Ibuk aku diantar Mas Kafa kembali ke pesantren

" Num ini beneran mau balik ke pondok?" Tanya Mas Kafa meyakinkan

" Iyho Mas"

" Lah bukan e acara akadnya sbentar lagi?"

" Iyho Mas, tapi Ibu nyuruh aku kembali saiki"

" Udah siap Nduk?" Ya itu adalah suara Ibu yang baru datang dari dapur, kulihat matanya sembab entah ada apa dengan Ibu

" Sudah Bu ini tinggal berangkat "

" Hati hati ya Nduk, sebelum ke pesantren mampiro dulu kerumah Mas Faiz "

" Enggih Bu "

" Le temani adekmu ya nanti"

Selama di perjalanan aku sudah tak tenang semua sperti teka teki , mulai Mas Faiz yang yidak bisa dihubungi, Ibu yang menangis setelah telpon dengan Ummi Salamah dan sekarang aku harus kerumah Mas Faiz

Setelah lebih dari 4 jam kami di perjalanan kini akhirnya sampai di kota Magetan.

" Rumah e Faiz sebelah mana dek" tanya Mas Kafa

" Gang itu lurus Mas " jelasku sambil menuding gang yang ada di depan

Ini bukan pertama kalinya aku datang kerumah Mas Faiz, dulu sudah pernah kesini bersama Ummi Latifah tapi sudah sangat lama sebelum kenal dengan Mas Faiz, dan waktu itu juga aku tidak ikut masuk menunggu di luar saja.

" Ini Num rumahnya" tanya Mas Faiz ketika kita sampai didepan rumah ber cat hijau tosca dan gerbang merah didepannya

" Iya Mas"

" Mas kok firasat gak enak to Num" ujar Mas Kafa tiba tiba

" Mas jangan gitu to Shanum jadi makin takut ini"

" Yws ayo turun"

Aku turun dari mobil mengikuti langkah Mas Kafa

" Assalamualaikum " ucap Mas Kafa ketika sampai didepan gerbang

Tak butuh waktu lama sudah ada jawaban salam dari dalam

" Wa'alaikumsalam " itu adalah suara Faiza

" Loh Shanum, Monggo masuk dulu" sambutnya mempersilahkan kami masuk

" Ummi ada Mba " tnyaku ketika sampai didalam rumah Mas Faiz, kulihat rumahnya begitu sepi

" Ada Num sebentar tak pangilkan"

Mba Faiza pergi berlalu dan tak lama berselang Ummi Salamah datang membawakan minum

" Ummi sehat" aku berdiri kuoeluk Ummi Salamah dan kucium tangannya

" Ummi baik"

" Nduk, sebenarnya ada yang mau Ummi sampaikan, Ummi tau mungkin ini menyakitkan buat Shanum tapi maaf untuk kali ini Ummi ngga bisa bantu apa " jekas Ummi Salamah yang membuat ku semakin bingung

" Wonten nopo Ummi" ucapku dengan setenang mungkin

" Setelah pulang dari rumahmu waktu melamar kemarin dan selang satu minggu setelah itu Abinya Faiz pulang" jelas Ummi, masih ku perhatikan

" Dan waktu itu juga Abinya menolak tentang lamaran Faiz kepadamu" jelas Ummi dengan air mata yang sudah mengalir deras sedangkan aku?

Aku masih terkejut dengan ucapan Ummi, tubuhku seakan mati rasa, lidahku kelu hanya untuk sekedar menjawab

" Maaf kan Ummi Nduk, Ummi sudah bujuk Abi tapi beliau masih bersikukuh, dia menjodohkan Faiz dengan anak teman" runtuh sudah benteng pertahanan ku tubuhku ambruk dipelukan Mas Kafa

Lewat di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang