5. Pacaran

8 2 0
                                    

Dira sedang asik membaca novel yang baru dibelikan ayahnya.
suara notif ponselnya membuat dia menatap layar ponselnya yang menyala. menampilkan sebuah chat dengan nomor baru.

Dira meletakkan novel di kasur, mengambil ponselnya membuka room chat itu.
hanya sebaris kata "hai" membuat dia dengan cepat membalas.
lalu tak lama balasan chat muncul.
mata dira membulat kala mengetahui siapa nomor baru itu.

Dira tak ingin membalas, tetapi orang di sebrang sana terus mengirimi nya chat. sampai dia membaca chat terakhir, matanya kembali melotot.

+628**********
hai

ya? siapa?

Raka. sv yah.

maneh inget aing kan?

ga dibales?

asu diread doang
besok temuin aing pas jam istirahat. aing tunggu dibelakang sekolah.

Dira menatap layar ponselnya masih terus mengigiti kukunya. kebiasaan jelek ketika dia sedang gugup/takut.
Dira melempar ponselnya sembarangan.

"aduuuhh. kenapa jadi panjang urusan nya sih"

"bundaaaa~ Dira takut"

Dira mengacak rambutnya frustasi. dia memikirkan cara supaya besok dirinya tak bertemu lelaki itu.

***
disisi lain. Raka mendengus kesal kala pesannya tak dibalas dan hanya dilihat oleh Dira.

"awas, besok Lo ga bakal gue lepas"

Raka membaringkan tubuhnya ke kasur.
dia memegang bibirnya. mengingat kejadian sore tadi, membuat dia lagi lagi tersenyum.

"manis. rasa pisang"
ucapnya tanpa sadar.

***
keesokan harinya.

"sayang. kok sarapannya di mainin gitu? kamu ga suka?"

lamunan Dira hilang kala bunda nya bertanya dengan suara lembut.
dia menggeleng dengan kuat.

"suka kok Bun. cuman Dira ga nafsu makan aja"

"tapi kamu harus sarapan Ra. nanti kamu sakit. makan dikit aja yang penting perut kamu ke isi"
ucap ayahnya yang sedari tadi diam memperhatikan putri semata wayangnya.

"iya yah"

"hari ini kamu ayah antar yah"

Dira menatap ayahnya. kemudian hanya mengangguk kecil sebelum melanjutkan sarapannya.

***
di perjalanan hanya ada keheningan.
ayah Dira menatap putrinya yang terus diam. biasanya Dira akan mengoceh, tak bisa diam jika bersama ayahnya. tapi tumben sekali anak itu terus diam melamun, sarapan pun hanya dikit.

"Dira. kamu ada masalah? mau cerita sama ayah?"

Dira yang sedari tadi hanya menatap luar jendela, langsung menoleh kesamping menatap ayahnya.
dia masih diam. lalu menghela nafas panjang.

"engga yah. Dira gapapa. cuman kepikiran sekolah aja, bentar lagi kan mau ujian kenaikan kelas 12"

mendengar ucapan Dira, sang ayah tersenyum kecil. kemudian mengusap lembut rambut hitam panjang anaknya.

"ga usah dipikirin sayang. anak ayah ini pasti bisa lewatin semuanya, jalanin semuanya. anak ayah kan hebat, pinter"

Dira hanya tersenyum lalu memeluk lengan ayahnya.

RAKADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang